Share

Bab 3

Author: Anak Ketiga
"Tobi, sejak menerima telepon dari dokter tua itu, aku sudah menunggumu. Akhirnya, hari ini kamu datang juga. Kenapa kamu berdiri di depan pintu?"

Setelah Kakek Muhar tahu Tobi datang, dia telah menunggunya sejak tadi. Karena yang ditunggu-tunggu tidak muncul, kakek itu pun berjalan keluar untuk menemuinya.

Ketika Tobi melihatnya, dia langsung tersenyum dan menyapanya, "Kakek Muhar!"

Begitu Kakek Muhar melihat cucunya berada di samping Tobi, dia langsung bertanya dengan penasaran, "Kalian saling kenal?"

Widia tiba-tiba merasa canggung.

"Kami bertemu tadi pagi," ujar Tobi sambil mengatasi kecanggungan itu.

"Kebetulan sekali. Kalian memang berjodoh. Oh ya, hari ini juga hari yang baik untuk menikah. Setelah makan siang, kalian pergi ke kantor sipil untuk membuat akta nikah saja," seru Kakek Muhar sambil tertawa. Senior Dewa Medis memiliki keterampilan medis yang hebat, muridnya pasti juga sama.

Tobi tertegun sejenak. Pria itu baru menyadari wanita cantik ini adalah Widia Lianto, tunangannya. Dia terus memandangi seluruh tubuh wanita itu tanpa berkedip, terutama di bagian-bagian penting.

Widia juga memperhatikan mata Tobi yang terus bergerak liar itu. Saat teringat dengan apa yang terjadi tadi malam, dia makin malu dan kesal.

Padahal, kejadian tadi malam telah membuat Widia menganggap bajingan itu keji. Namun, ternyata pria yang menyakitinya itu adalah calon tunangannya sendiri.

Jika begitu, Widia pasti akan balas dendam kepadanya.

Kakek Muhar sangatlah senang, tetapi pria dan wanita paruh baya yang berada di sampingnya itu memperlihatkan wajah dingin, jelas sekali mereka tidak senang.

Mereka tidak lain adalah orang tuanya Widia. Putri mereka tidak hanya memiliki kecantikan yang luar biasa, tetapi dia juga direktur perusahaan. Bagaimana dia bisa jatuh ke tangan pria udik seperti ini?

Ibunya Widia, Yesa Laksono tampak tidak tahan lagi, lalu dia berkata, "Ayah, kamu yakin mau Widia menikahi pria ini?"

"Lihat cara berpakaiannya itu, kolot sekali. Penampilannya seperti orang desa."

"Kalau putriku menikah dengannya, bukankah aku akan kehilangan muka?"

Ayahnya Widia, Herman Lianto ikut menimpalinya, "Benar. Bukankah ini akan membuat malu Keluarga Lianto?"

"Omong kosong apa yang kalian bicarakan? Tobi bukan orang desa. Selama ini, dia tinggal di pegunungan dan nggak begitu kenal dengan dunia luar. Jadi, kalian harus lebih menjaganya."

"Pokoknya, pernikahan mereka berdua sudah kuputuskan," kata Kakek Muhar dengan tegas. Dia sudah bulat dengan keputusannya itu.

Suami istri itu juga tidak berani membantah lagi.

Meskipun Kakek Muhar kini telah menyerahkan bisnis perusahaan kepada Widia, tidak ada yang berani membantah perintahnya.

Sebenarnya, Widia juga memahami hal ini, jadi dia telah menyiapkan mentalnya.

Satu-satunya hal yang tidak dia duga adalah tunangannya itu justru si bajingan yang telah mengambil kesuciannya tadi malam. Apalagi, bajingan itu adalah pria udik yang baru saja turun dari pegunungan.

Namun, tidak masalah, Widia akan memperlihatkan kesenjangan di antara mereka dan membiarkan Tobi mundur dengan sendirinya.

Bagaimana jika pria itu ingin menyentuh dirinya?

Tentu saja tidak mungkin!

Sekitar jam satu siang, sesuai permintaan Kakek Muhar, Widia pun pergi ke kantor sipil bersama dengan Tobi.

Tak lama kemudian, prosedur akta nikah mereka pun telah selesai. Saat melihat foto Widia yang memperlihatkan wajah dingin di akta nikah itu, Tobi menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Lihat fotomu ini, apa kamu nggak bisa terlihat senang?"

"Senang?"

"Apa kamu pikir aku senang menikah dengan pembual yang nggak tahu apa-apa sepertimu ini?"

"Kamu salah. Sebenarnya aku sangat hebat."

"Kamu?"

"Benar. Terutama bagian medis, orang-orang menyebutku Dewa Medis!"

"Pfft!"

"Orang sepertimu disebut Dewa Medis?" "Kalau kamu Dewa Medis, maka akulah Dewi welas asih!"

Widia mendengus dingin dan berkata, "Lebih baik jangan membual lagi. Aku bukan anak-anak yang bisa tertipu dengan ucapan manismu."

Tobi hanya bisa mengangkat bahu tak berdaya dan berkata, "Baiklah."

"Asal kamu paham saja, kejadian tadi malam hanyalah sebuah kecelakaan. Kita nggak berasal dari dunia yang sama, jadi jangan harap kita bisa bersama," ucap Widia lagi.

"Belum pasti. Mungkin setelah berhubungan denganku nanti, kamu akan menyadari kebaikanku dan akan jatuh cinta padaku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
QBelati Biru
ini cerita yg bagus
goodnovel comment avatar
reza Fahlevi
bapakku nelayan juragan perernakan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1670

    Saat ini, semuanya juga seharusnya sudah berakhir.Setelah semua orang bubar, Vamil maju ke depan sambil tertawa, "Tobi, kamu benar-benar memberiku kejutan besar kali ini.""Awalnya, aku kira kamu setidaknya membutuhkan lima tahun untuk menandingi kekuatan mereka. Aku nggak menyangka kekuatannya akan meningkat secepat itu. Benar-benar di luar dugaanku.""Bolehkah kamu beri tahu aku sudah sampai mana kekuatanmu saat ini?"Vamil sangat penasaran.Tobi mengangkat bahu tak berdaya dan berkata, "Nggak ada lawan, jadi aku juga nggak begitu jelas.""Aku hanya tahu, kalau aku menyerang dengan seluruh kekuatanku, aku bisa menghancurkan kota dengan mudah.""...."Semua orang benar-benar tercengang, lalu berkata tak berdaya, "Luar biasa!"Vamil terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. "Nak, kamu benar-benar mengejutkanku. Oh ya, kapan kalian akan menikah? Jangan terlalu lama. Aku nggak punya banyak waktu lagi."Jelas, dia sangat puas dengan Tobi dan berharap bisa menghadiri pernikahan mereka.Mende

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1669

    Kata-kata dominan Tobi barusan membuat orang-orang Harlanda makin antusias. Saking bersemangatnya, mereka yang menonton siaran langsung dari rumah pun bersorak kegirangan.Mereka sangat gembira. Jadi, perlu mengekspresikan kegembiraan yang mereka rasakan.Hanya saja kalimat 'siapkan misil' yang diucapkan Tobi membingungkan mereka.Apa yang terjadi? Siapkan misil? Apa maksudnya? Tiba-tiba tanda tanya muncul memenuhi seluruh layar.Semua orang benar-benar tercengang mendengar kata-kata itu.Banyak orang mengungkapkan pertanyaan mereka.Di saat bersamaan, para petugas di pangkalan rudal itu juga tampak berkeringat dingin. Biasanya, dalam situasi apa pun, dia pasti akan melaksanakan perintah dengan tegas. Namun, dia jelas-jelas gugup saat ini dan kembali mengkonfirmasi.Radiya mengangguk. Untuk memastikan tidak terjadi kesalahan, dia bahkan turun tangan memperhatikan masalah ini.Jika bukan karena menyaksikan kekuatan Tobi yang melampaui orang biasa dengan matanya sendiri, dia benar-benar

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1668

    Negara Harlanda seketika dibanjiri berbagai kata-kata pujian, sorak-sorai, dan kekaguman.Di mata mereka, Tobi sudah termasuk dewa pelindung Harlanda.Sebaliknya di mata dunia luar, mereka mulai takjub terhadap kekuatan Negara Harlanda. Bahkan, juga ada rasa takut.Tobi tidak peduli dengan masalah ini. Dia teringat bahwa selama periode ini, ada banyak orang yang membuat onar. Jadi, dia pun berkata, "Sejauh yang aku tahu, akhir-akhir ini, banyak wilayah yang meremehkan seni bela diri Negara Harlanda kita. Bisa-bisanya mereka memandang rendah seni bela diri kita.""Kalau begitu, aku akan perlihatkan pada mereka akan betapa hebatnya seni bela diri Negara Harlanda. Master-master hebat lainnya yang jarang menampakkan diri nggak perlu mengambil tindakan, cukup mereka yang ada di sini yang melakukannya saja.""Pandu, keluarlah!"Tobi tiba-tiba menyebut nama Pandu.Awalnya, Pandu sempat terkejut. Namun, reaksinya cukup cepat. Begitu menerima perintah Tobi, dia segera melompat keluar dan berkat

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1667

    Tobi perlahan melambaikan tangan kanannya. Tubuh Hirawan seketika terhempas keluar dari lapangan dan mendarat tepat di samping orang-orang Melandia yang tengah membawa rekan mereka yang tak sadarkan diri tadi.Membiarkan mereka membawa Hirawan pergi.Selanjutnya, giliran Luniver.Semua orang yang hadir di sana kini memandang Tobi dengan tatapan penuh kekaguman dan keterkejutan.Vamil dan lainnya yang mendukung Tobi semuanya tampak antusias. Awalnya, mereka mengira krisis besar yang dihadapi kali ini akan mendatangkan ancaman bagi seni bela diri Harlanda. Siapa sangka, hal ini bisa dengan mudah diselesaikan oleh Tobi.Meski Luniver masih belum bertindak, berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, sudah pasti tidak akan semudah mengendalikan Hirawan lagi."Luniver, giliranmu sekarang!" seru Tobi dengan nada datar.Begitu Tobi selesai berbicara, semua orang terkejut.Mereka sangat familier dengan kekuatan Luniver. Apalagi, setelah pertarungan kemarin, namanya kini sangatlah populer.Jelas sek

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1666

    Wajah Hirawan berubah kusut. Hanya saja, lantaran sudah mengambil langkah pertama, bukankah pengorbanannya akan sia-sia jika dia menyerah sekarang?Jadi dia bangkit, lalu berlutut di depan Tobi lagi sambil berkata dengan suara keras, "Maaf, aku mengakui kesalahanku!"Plak, plak!Tamparan keras lainnya datang.Hirawan benar-benar terpana. Dia tampak kaget sekaligus marah."Suaramu terlalu keras. Aku nggak suka!" kata Tobi dengan nada datar.Semua orang tahu bahwa Tobi sengaja melakukan semua itu. Dia memang ingin mempermainkan Hirawan di hadapan semua orang.Hal ini membuat orang Melandia makin malu.Salah satu orang Melandia yang menyaksikan adegan itu langsung melompat dan berseru, "Hentikan, hentikan! Kamu sedang ....""Enyahlah!"Tobi mendengus dingin, lalu melambaikan tangan kanannya.Meski berada ratusan meter jauhnya, orang itu langsung merasakan sakit luar biasa di bagian dadanya. Tubuhnya terpental mundur puluhan meter dan langsung tak sadarkan diri.Kemudian, dia diseret pergi

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1665

    Kata-kata yang diucapkan Tobi barusan penuh dengan kekuatan spiritual yang kuat. Namun, dia mengendalikannya dengan sangat baik dan hanya menargetkan Hirawan seorang."Nggak!"Hirawan menggertakkan gigi dan meraung. Kekuatan di sekitarnya berkumpul secara gila-gilaan, membentuk energi yang besar dan menakutkan. Dia jelas ingin melawan.Melihat adegan ini, semua orang langsung terkejut.Terutama, tornado besar terbentuk di atas kepala Hirawan. Kekuatan dahsyat itu meledak dan sekali lagi memperlihatkan energinya yang menakjubkan dan menakutkan.Semua orang dikejutkan oleh momentum yang luar biasa itu.Orang-orang Melandia sangat gembira saat melihat adegan itu. Mereka berkata dengan penuh semangat, "Sudah kuduga, Hirawan barusan sengaja mempermainkan mereka. Sekarang dia baru menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya.""Benar, sekarang akhirnya dia melawan. Pokoknya, harus beri pelajaran pada bocah itu.""...."Satu per satu dari mereka sangat bersemangat pada awalnya, tetapi setelah be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status