Share

Bab 5

Semua orang tertegun sejenak. Mereka tidak menyangka Tobi berani naik ke atas panggung. Seketika para penonton langsung mentertawakannya.

"Haha. Lucu sekali. Orang desa sepertimu masih berani membual."

"..."

Tobi tidak berniat meladeni mereka, dia langsung mengambil sebuah pedang dan mendesak lawannya, "Cepat mulai."

Joni agak bingung. Setelah naik, dia bertanya, "Kamu nggak pakai alat pelindung?"

"Nggak perlu."

Mendengar ucapan itu, Joni seketika marah. Dia tersenyum dingin sambil berkata, "Ya, jangan salahkan aku kalau kamu terluka nanti." Joni bahkan berpikir untuk mengambil kesempatan ini untuk melumpuhkan tangan dan kakinya.

Tobi mengerutkan kening dan berseru, "Banyak omong kali."

Bukan hanya Joni yang merasa marah, tetapi semua orang juga tidak bisa berkata-kata.

Melihat postur Tobi memegang pedang, dia kelihatan seperti orang awam. Kenapa dia malah pamer seperti ini, bukankah dia cari mati?

Widia juga merasa gugup. Meskipun dia tidak menyukai Tobi dan ingin mengusirnya, dia juga tidak mau pria itu terluka.

Tania segera menghiburnya, "Widia, jangan khawatir. Nggak akan terjadi masalah, kok. Lagian, Tuan Joni sangat hebat. Dia pasti akan mengendalikan kekuatannya agar nggak terjadi kecelakaan."

Setelah dipikir-pikir, Widia juga merasa ucapan itu benar.

Saat ini, Joni telah memasang postur dengan mengangkat kakinya. Dia maju ke depan untuk menyerang lawan dengan menggunakan pedang di tangannya itu.

"Keren! Gerakan pedang Tuan Joni sangat tajam dan cepat. Dia nggak kalah hebat dari atlet profesional."

"Lihatlah postur pria itu. Dia nggak stabil dan nggak punya kemampuan untuk melawan."

"Kalau terus seperti ini, dia akan dikalahkan."

"Haha. Masih sok keren. Ayo kita lihat bagaimana dia mati ...."

Namun, sebelum dia selesai berbicara, terdengar jeritan Joni dari atas panggung dan pedang di tangannya langsung terjatuh ke bawah.

Ini?

Kenapa bisa begini?

Semua orang tercengang melihat kejadian itu.

Mereka saling memandang, tidak percaya dengan apa yang terjadi di hadapan mereka.

Widia tampak terkejut dan langsung menutupi mulutnya dengan tangannya. Dia mengira Tobi telah terluka parah.

Tobi membuang pedang panjang di tangannya dan berjalan dengan tenang.

"Nggak mungkin! Hei, bocah, kamu pasti pakai trik kotor."

"Benar, pasti begitu."

"Nggak tahu malu."

"Kalau memang hebat, ayo tanding lagi," sorak semua orang dengan nada tidak puas.

Ketika mendengar akan bertanding lagi, Joni langsung terbangun karena ketakutan.

Yang lain mungkin tidak tahu, tetapi dia menyadari gerakan Tobi sangat cepat dan tepat. Tobi mungkin kurang mahir bermain anggar, tetapi dia pasti pernah belajar seni bela diri. Kalau mereka bertanding lagi, Joni pasti kalah.

Bukankah dia akan lebih malu lagi?

Joni langsung berkata, "Sudahlah, apa pun penyebabnya, aku sudah kalah. Jangan dibahas lagi."

Sekilas, ada tatapan tajam di mata Joni. Orang desa sialan ini telah membuat dirinya malu.

Namun, sekalipun dia menang, kekuatan seperti itu juga tidak ada gunanya di dunia ini.

Kekuasaan adalah hal yang paling penting. Dia akan memperlihatkan kepada lawan kesenjangan di antara mereka.

Ketika semua orang mendengar ucapan Joni, mereka makin kagum kepada pria itu.

"Tuan Joni memang murah hati. Padahal dia jelas-jelas ditipu, tapi dia rela menanggungnya sendiri. Aku salut sama sikap lapang dada dan toleransinya itu."

"Ya. Kita benar-benar kalah dengan kemurahan hati Tuan Joni. Entah siapa yang beruntung bisa menikah dengannya kelak," ujar Tania ikut menimpali.

Widia menganggukkan kepalanya. Dia juga sangat menghargai sikap Joni.

Meskipun Tobi menang, pria itu pasti melakukan metode sesat. Jadi, Widia merasa kemenangan seperti itu tidak perlu dibanggakan.

Setelah menerima pujian dari semua orang, terutama wanita idamannya, Joni sangat bangga dan menatap Tobi dengan ekspresi hina dan jijik.

'Meski bisa mengalahkanku, pada akhirnya kamu hanya akan dijadikan bahan candaan saja.'

Tobi tampak tenang dan sama sekali tidak peduli dengan orang bodoh itu.

"Widia, sebenarnya aku suruh kamu datang ke sini hari ini karena ada hal penting yang ingin kukatakan," ucap Joni sambil tersenyum.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status