Di saat seperti ini, mereka berani melakukan apa saja.Lantaran mereka kini telah menjadi buronan Aula Varun. Seandainya mereka tertangkap, nyawa mereka sudah pasti akan berakhir. Itu sebabnya, mereka bisa melakukan apa saja demi melarikan diri.Begitu Tobi pergi, ponselnya berdering. Ternyata panggilan dari Susan, dia pun segera mengangkatnya."Kak Tobi, apa kamu lagi sibuk?" tanya Susan dengan hati-hati.Apalagi, teringat kejadian dia meminta Kak Tobi untuk berpura-pura menjadi pacarnya, yang berujung disalahpahami oleh istrinya."Nggak, kok. Ada masalah apa? Katakan saja," ucap Tobi."Kamu sudah berbaikan dengannya?" Lantaran ibunya ada di samping, Susan tidak berani menyebut nama Widia langsung. Lagi pula, orang tuanya juga tidak tahu kalau Kak Tobi sudah berkeluarga."Ya, kamu telepon karena ini? Sudah nggak apa-apa, jangan khawatir.""Bukan!"Susan buru-buru menjawab, "Masih ada hal lainnya!""Ada apa?""Kemarin, Yudi, putra dari Keluarga Saswito datang mengunjungi rumah kami, ba
Melihat putrinya menolak dengan tegas, ibunya Susan langsung mengubah nada bicaranya, "Lagian Tobi nggak keberatan. Susan, kamu sendiri nggak mau, tapi Ibu mau. Ibu bersusah payah membesarkanmu hingga sekarang ini, anggap saja itu sebagai penunjang masa tuaku?""Apa kamu tega melihat ayahmu terus bekerja keras seperti ini?""Aku bisa menghasilkan uang untuk membiayai kalian.""Hanya mengandalkan sedikit gajimu, kapan aku bisa tinggal di vila?" balas ibunya Susan, bahkan lanjut menambahkan, "Susan, padahal ini jelas-jelas hadiah untuk kita, kenapa kamu masih ngotot nggak mau terima? Apa kamu mau memaksa ibumu?""Bukan!"Susan tersenyum pahit, lalu berkata tak berdaya, "Bu ... bukannya aku nggak mau terima, tapi kami juga bukan suami istri.""Kalian bukan suami istri, tapi kalian itu sepasang kekasih. Wajar saja dia memberimu hadiah. Bagi Tobi, memberi vila sebagai hadiah itu hanyalah masalah sepele. Jadi, kamu nggak perlu terlalu memikirkan hal ini," kata ibunya Susan."Tapi kami juga b
Ibunya Susan langsung mengancam putrinya dengan nyawanya.Susan benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Di saat ini, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.Ibunya Susan segera melangkah maju dan membuka pintu. Sesuai harapannya, yang datang adalah Yudi. Dia langsung menyambut Yudi dengan penuh semangat dan gembira. Bisa dibayangkan apa yang terjadi selanjutnya.Sudah sampai di titik ini, Susan tidak menghentikannya lagi. Selain itu, Kak Tobi juga sudah mengizinkan, apalagi ibunya juga mengancam, dia benar-benar tidak punya pilihan lain lagi.Terlebih, setelah mendengarkan perkataan ibunya, Susan juga merasa Kak Tobi menyukainya.Lantaran Kak Tobi menyukainya, dia terpaksa harus menerimanya. Kapan pun Kak Tobi menginginkan balasannya, dia pasti akan sukarela menyerahkan tubuhnya kepada pria itu.Tobi sama sekali tidak tahu ucapannya itu bisa membuat ibu dan anak itu berdebat panjang. Setelah masuk ke dalam mobil, Tobi pun segera menelepon anak buahnya, lalu meminta mereka melacak lo
Begitu mendengar suara itu, ekspresi semua orang langsung berubah. Mereka sadar, bukankah itu suara Tobi?Semua orang menoleh dan melihat ke sumber suara. Pintu dibuka dengan mudah, diikuti dengan sosok Tobi yang berjalan masuk.Bagaimana Tobi bisa datang ke sini?Bukannya mereka takut kepada Tobi, hanya saja, jika Tobi bisa menemukan tempat ini, bukankah Rio dan lainnya juga tidak terkecuali?Ridwan menatap tajam Tobi. Dia akui, bocah ini lumayan tangguh. Hanya saja, saat ini, dia lebih khawatir dengan hal lainnya.Dia fokus melihat ke arah pintu. Dia ingin tahu apa ada orang lain yang muncul bersama Tobi?Sorot mata Gavin penuh dengan niat jahat. Jika memungkinkan, dia ingin mencabik-cabik tubuh Tobi, seakan-akan pria itu telah melakukan kesalahan besar kepadanya.Menghadapi tatapan tajam dan kejam dari sekelompok orang, Tobi masih tenang, bahkan menutup pintu dengan ringan.Walau kunci pintu telah dibobolnya, tetapi masih bisa ditutup dengan mudah. Setidaknya, kunci itu tidak terlih
"Kamulah yang cari mati!"Ridwan tampak marah. Dia memusatkan kekuatannya ke tangan kanannya. Dalam sekejap, tubuhnya mengeluarkan cahaya dan langsung menerjang Tobi. Dalam serangannya kali ini, dia tidak mengerahkan seluruh kekuatannya.Lagi pula, dia merasa kekuatan yang dimilikinya sangatlah tinggi.Jika dia mengeluarkan seluruh kekuatannya, kemungkinan besar Tobi akan terbunuh dalam satu gerakan.Namun, dia tidak menyangka Tobi akan menanggapinya dengan senyuman. Detik berikutnya, dia melambaikan tangan kanannya perlahan dan kekuatan mendominasi itu langsung sirna.Bam!Terdengar suara benturan keras. Ekspresi Ridwan seketika berubah. Tubuhnya langsung terhempas kembali. Lantaran saat itu, kekuatan dahsyat datang dari telapak tangan lawan.Bisa dikatakan, kekuatan itu setara dengan 30 persen kekuatannya sendiri.Begitu Ridwan mendarat, kilatan keterkejutan muncul di sorot matanya. Dia pun berkata dengan nada dingin, "Nak, tak kusangka, di usia semuda ini, kamu bisa begitu kuat. Tam
Apa!Ahli bela diri setingkat Guru Besar!Begitu mendengar ucapan Ridwan, semua orang Keluarga Gumilar langsung terpana. Wajah mereka memucat. Tak disangka, lawan mereka itu seorang ahli bela diri setingkat Guru Besar. Sekalipun kekuatan mereka hebat, mereka juga tidak bisa menandinginya.Guru Besar?Tidak mungkin, tidak mungkin. Gavin terus menggelengkan kepalanya.Dia tidak percaya, pria tak berguna yang selama ini dia remehkan itu ternyata seorang ahli bela diri Guru Besar.Jika Tobi sungguh ahli bela diri Guru Besar, mengapa dia membiarkan Gavin melakukan hal yang merugikannya?Gavin yakin Tobi tidak menyentuhnya selama ini mungkin karena takut menghadapi kekuatan yang dimiliki oleh keluarganya."Gavin!"Ridwan berteriak memanggil Gavin yang termenung. Kemudian, menatap Tobi dengan tajam, berharap memperoleh jawaban dari mulutnya.Tobi tampak tenang. Menghadapi sekelompok orang yang sudah sekarat, dia juga tidak berniat menyembunyikannya lagi. Dia berkata dengan nada datar, "Benar,
Inikah rencana Langit yang ingin menghancurkan Keluarga Gumilar? Mengapa Keluarga Gumilar bisa bertemu dengan pembawa sial seperti ini?Jelas-jelas dia tidak tahu Tobi telah mencapai tingkat puncak Guru Besar. Hanya saja, ini termasuk kartu truf Tobi. Jika bukan situasi terdesak, dia juga tidak mengungkapkannya dengan mudah.Ridwan mendadak teringat dengan sesuatu.Dia masih belum tahu siapa yang begitu ingin menghancurkan Keluarga Gumilar? Siapa yang begitu berkemampuan dan mampu melakukan hal seperti itu?Dari awal, dia tidak pernah mencurigai Tobi sedikit pun. Dia menganggap pria itu tidak mungkin punya kemampuan sehebat itu, tetapi sekarang tidak demikian lagi."Keluarga Gumilar diburu oleh Aula Varun, apa itu ulahmu?" tanya Ridwan dengan gemetar.Tobi agak kaget, tetapi dia tidak menyembunyikannya dan berkata, "Ya! Salahkan cucumu terlalu banyak bertingkah. Dia terus-terusan menipu dan menyentuh istriku.""Begitu rupanya!""Gavin, kamu benar-benar cucuku yang baik."Ridwan tampak
Gavin benar-benar ketakutan, apalagi Keluarga Gumilar kini telah menjadi sasaran Aula Varun, bahkan kakeknya juga sudah meninggal. Pria yang berada di hadapannya ini bukan hanya menakutkan, tetapi dia juga telah menyinggungnya.Dia sangat menyesal. Seandainya, dia tahu Tobi begitu menakutkan, dia juga tidak akan berani memprovokasi Widia ataupun Tobi.Namun, penyesalan selalu datang terlambat.Saat ini, selain berlutut dan memohon pengampunan, dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi."Kamu berlutut? Kamu lupa apa yang kamu katakan sebelumnya?""Bukankah kamu mau aku berlutut di hadapanmu, bersujud, dan memohon pengampunan?" ejek Tobi."Bu, bukan seperti itu! Status Anda begitu mulia, seharusnya saya yang berlutut dan bersujud kepada Anda!""Oh, statusku sekarang mulia? Bukan lagi orang desa?""Maaf, maafkan saya. Sebelumnya saya nggak tahu diri, bodoh dan nggak tahu apa-apa. Berbelas kasihanlah, tolong lepaskan saya kali ini saja.""Asalkan Anda mau melepaskan saya, saya bisa