> Area 18 + < Dia memang hanyalah seorang security komplek. Namun membela kehormatan seorang ibu adalah harga mati bagi sosok Bara Satria! ‘Kau boleh menginjak, menghajar, bahkan membunuhku..! Tapi jangan kau hina Ibuku! Karena Ibu adalah cerita lain bagiku..!’ Kendati untuk itu dia harus membunuh seseorang. Hal yang berakibat vonis 7 tahun penjara baginya. Tiada penyesalan atau ketakutan sedikitpun di hati dan wajah Bara. Karena Bara takkan bergeming sejengkalpun dalam prinsip hidupnya! Dan ... Dari penjara inilah, jati diri seorang Bara Satria mulai terkuak dalam menjalani takdir-NYA. Menapaki blok demi blok, area demi area, hingga merajai pertarungan antar raja wilayah lapas di negeri ini. Bahkan tingkat Internasional..! Hal yang mengantarkan Bara pada singgasana berjuluk ‘Sang Kaisar Prodeo’..! Penuh aksi, intrik, duel hidup mati, hasrat bergelora, asmara, dan misteri! Kuyy acab...!
View MoreSementara Leonard dalam renungannya yang hanya beberapa jam saja. Kini dia sudah menemukan jawaban. Dari 'misteri' rasa hausnya akan hasrat bercinta, yang dirasakannya tak pernah terpuaskan itu. Dia menyadari semua hal itu terjadi karena selama ini, dia tak pernah 'mau' belajar mencintai seorang wanita dengan tulus dan wajar. Dan saat dia bertemu dengan Marsha, yang memang sangat spesial di mata dan hatinya. Hal itu bagaikan semacam isyarat dan langkah awal bagi Leonard, untuk berubah. Ya, Leonard telah bertekad untuk merubah perilakunya terhadap wanita. Dan dia ingin belajar mencintai Marsha dengan seutuhnya, dan mencoba setia sepenuhnya hanya untuk Marsha. "Benar Marsha sayang. Aku akan berusaha berusaha berubah dan setia hanya padamu. Bantulah aku agar bisa membahagiakanmu Marsha," sahut Leonard, dengan sepenuh-penuh keyakinan dan harapan. Demikianlah pembicaraan yang terjadi, di antara kedua petualang asmara, yang sama-sama sudah pada 'titik kesadarannya' itu. *** Bara te
Dok ! Dokk. !! "Pak Rudy..! Pak..!" bi Lani langsung mengetok pintu, dan berseru memanggil majikannya itu. Ceklek..! "Ada apa Bi, kok kelihatannya heboh sekali..?" tanya Rudi setengah kesal, karena merasa terganggu konsentrasi kerjanya. "Anu Pak, Non Resti sudah pulang Pak..!" seru bi Lani gembira. "A-apa..?!" Dak .. dak ...dak..! Rudi tersentak kaget, lalu berlari cepat menuruni tangga rumahnya, menuju ke lantai dasar. Wajahnya nampak diliputi ketegangan, namun juga diselimuti rasa bahagia yang teramat sangat. "Resti sayang..! Kau tak apa-apa Nak..?!" seru Rudi, saat melihat Resti masih berada dalam pelukkan istrinya. Rudi segera memeluk istri dan putrinya itu, dalam luapan rasa kegembiraannya. "Resti tak apa-apa Ayah. Resti diselamatkan Kak Marsha, sahabat Mas Bara," sahut Resti seraya tersenyum menatap Bara, yang sejak tadi masih di depan pintu. "Lho..?! Ngapain kamu di situ Bara..? Masuklah sini Nak..!" seru Rudi, yang melihat Bara di depan pintu. Dia segera menghamp
"Hai Jendral..! Justru aku yang harusnya bertanya tentang hal itu padamu. Mengapa Leonard sudah beberapa hari ini tak menghubungiku..? Apakah ada yang terjadi dengan putraku itu..? Dihubungi pun dia tak bisa sejak kemarin Jendral..!" seru Winston balik bertanya. Ya, Winston segera tanggap, bahwa ada masalah serius antara putranya dan sang Jendral. Dia langsung bersikap seolah terkejut, untuk mengetahui latar belakang masalah Leonard dengan sang Jendral. Hal yang tak diceritakan Leonard padanya. Sungguh aktor drama kelas wahid si Winston ini..! "Hhh..! Winston! Leonard telah membawa lari tawanan pentingku, yang akan kugunakan untuk menekan pihak musuh. Dan aku juga masih mencarinya hingga sekarang," dengan menghela nafas kesal, sang Jendral membuka permasalahan yang terjadi dengan Leonard. "A-apa..?! Anak itu benar-benar brengsek..!" maki Winston berpura-pura marah, dengan nada meyakinkan. Dan sang Jendral pun merasa percuma, untuk berlama-lama dalam percakapannya dengan
"Ini Mas Bara. Barang yang dititipkan kak Marsha pada kalian semua," Resti meletakkan sebuah tas hermes Kelly terbuka, di hadapan mereka semua. Mata mereka semua kini memandang tas terbuka itu. Sepintas saja sudah terlihat beberapa kotak perhiasan, buku rekening Bank, dan juga sepucuk surat. Bara meraih sepucuk surat dari Marsha terlebih dahulu. Dan di kepala amplop surat tertulis 'To: Mas Bara cs'. Dibukanya isi surat itu, dan dibacanya di depan semua sahabatnya. 'Mas Bara dan sahabat semua. Maaf bila keputusan yang Marsha ambil tidak sesuai dengan rencana kalian semua. Tapi Marsha tak mau, jika Resti harus mengalami hal terburuk dalam hidupnya. Maka dengan rasa persaudaraan yang ada, Marsha mengambil keputusan untuk menggantikan posisi Resti. Namun kalian jangan khawatir. Marsha telah meminta Leonard, untuk membawa Marsha ke negeri asalnya di Amerika. Marsha pasti akan tetap ikut berjuang bersama dan mendukung kalian dari sana, jangan cemaskan Marsha! O iya, Marsha titipkan
"Hai semuanya..! Apakah Mas Bara ada di dalam..?" seru Resti pada para sahabat, yang masih belum menyadari kehadirannya. "Hahhh..!! Resti..!" seruan terkejut Gatot, Brian, serta Sandi, yang baru saja datang beberapa jam yang lalu terdengar kompak. "Ba-bagaimana bisa..?!" David juga ikut berseru kaget. Slaph..! Slaph..! Slaph..! Bara, Drajat, dan Dimas, melesat dari ruang tengah dan muncul di teras. Ketiganya nampak bagai patung saat tiba diteras. Wajah Bara, Drajat, dan Dimas, juga menyiratkan rasa tak percaya, melihat Resti yang tiba-tiba telah berada di situ. "Mas Bara..!" Resti langsung menghambur ke pelukkan Bara, seraya terisak di dadanya. "Res-Resti..! Benarkah ini kau..?" Bara membelai rambut Resti, lalu memegang kedua pundak Resti dan mengamatinya. Dirinya benar-benar merasa meledak dalam rasa gembira, melihat kondisi Resti baik-baik saja. Tekanan berat yang mendera bathin dan pikirannya beberapa hari ini, bagai terlepas dan ambyar seketika itu juga. "Mas Bara, Kak
"Leonard, berjanjilah padaku kau akan memperlakukan Mbak Marsha dengan baik..!" Resti berkata serak pada Leonard, setelah dia mendengar percakapan Leonard dan Marsha barusan. Hatinya begitu cemas dengan nasib Marsha di tangan Leonard nantinya. "Resti, kau pikirlah sendiri. Bagaimana aku tega membuat 'dewiku' sengsara, sedangkan aku benar-benar hendak menjadikannya istriku. Pasti aku akan memperlakukannya dengan baik Resti, tanpa aku harus berjanji padamu," ucap Leonard dengan mantap, dan penuh perasaan. Karena dia memang cinta setengah mati pada Marsha. "Baiklah Leonard. Aku pegang kata-katamu itu. Mbak Marsha adalah tipe wanita yang tulus, jika dia sudah memutuskan mencintai seseorang. Aku bisa mengerti, kalau dia melakukan ini karena Mas Bara. Buatlah dia mencintaimu Leonard, bukan atas dasar nafsu belaka," ucap Resti lirih. Kini dia sadar pengorbanan Marsha pastilah sebagian besar untuk Bara, dan bukan untuk dirinya. Leonard tertegun mendengar ucapan Resti, yang terdengar be
'Ahh..! Sebaiknya sekarang aku pinjam salah satu mobil Paman Jendral dulu. Lalu aku pegang saja kunci mobilnya, untuk persiapan keluar dari Bandung bersama Resti', pikir Leonard. Leonard sangat sadar, kalau perbuatannya ini tentunya akan menimbulkan kehebohan di kediaman sang Jendral. Hubungannya dengan sahabatnya Angga, Freedy, dan juga sang Jendral beresiko akan rusak dan tak harmonis lagi. Tentunya ini juga akan berpengaruh dengan bisnis ayahnya dengan sang Jendral. Namun Leonard tak peduli, menurutnya masih banyak relasi bisnis sang ayah selain sang jendral ini. Dan hal itu takkan berpengaruh banyak ataupun mengurangi omset bisnis sang ayah. Karena mereka pada posisi yang dibutuhkan, bukan membutuhkan. Berpikir begitu, Leonard pun memanggil kontak sang ayah. Tuttt ... Tuttt ... Tutt.!Klik. "Ya Leo," sapa Winston. "Ayah, bisakah Ayah mengirimkan pesawat pribadi ke Jakarta..? Besok Leonard akan kembali ke Amerika ayah." "What's..?! Kenapa begitu tiba-tiba Leo..?!" seru Wi
'Ahh, Mas Bara. Tahukah kamu, keadaan Mas seperti ini sungguh membuat Marsha sedih', rintih bathin Marsha. "Pagi Mas Bara, apakah Mas sudah sarapan pagi ini..?" tanya Marsha lembut. Tanpa menjawab, Bara hanya menggelengkan kepalanya pada Marsha dengan pandangan kosong. Dan melihat mata Bara yang tampak lelah. Maka Marsha pun maklum, bahwa Bara tak tidur semalaman. Sedih sekali Marsha melihat kondisi pria pujaannya sampai seperti itu. 'Ya Tuhan, kenapa bukan aku saja yang diculik mereka. Resti masih terlalu polos untuk menghadapi masalah ini', desah hati Marsha, dalam rasa ketak berdayaannya. Tutt ... Tuttt ... Tutt.! Ponsel Bara berdering, nomor tak dikenal nampak di layar ponselnya. Namun tanpa pikir panjang, Bara segera menerimanya. Dia memang tengah menunggu kabar tentang Resti, tak peduli dari siapa pun itu. Klik.! "Ya halo siapa..?" sapa Bara cepat. "Hahaaa..! Kau pasti tengah menanti kabar tentang kekasihmu Bara..!" seru suara pria dengan aksen aneh di sana. Dan Bara
"Apa maumu Graito..?!" seru Bara. "Hahahaa..! Mauku..?! Akan kujelaskan menjelang pertarunganmu nanti Bara. Tunggu dan turutilah perintahku maka kekasihmu ini akan aman..!" Klik.! Sang Jendral langsung mengakhiri pembicaraannya. "Bedebah Graito..!" sentak Bara dengan wajah kelam. "Tepat seperti dugaanku Bara! Mereka akan menjadikan Resti sebagai sandera, atas hasil pertarunganmu di kompetisi wilayah. Sungguh culas dan pengecut cara mereka itu..!" seru David jengkel sekali. "Sabarlah Mas Bara. Kita pasti akan menemukan cara membebaskan Resti," ucap Marsha, seraya memegang lembut lengan Bara. Hati Marsha bagai tersayat, melihat Bara yang dikasihinya tampak begitu terpukul dan bersedih. 'Mas Bara. Apa yang harus kuperbuat untuk membantumu sayang..?', keluh bathin Marsha. Hingga menjelang sore, suasana di kediaman Bara masihlah sunyi. Mereka kini nampak berpencar di sekitar kediaman Bara. Drajat dan Dimas nampak bertukar pikiran di teras. Gatot, David, dan Brian, berdiskusi di g
Pagi menjelang siang.Di sebuah lapangan tenis dan badminton yang merupakan fasilitas umum bagi warga kompleks perumahan elit di bilangan Menteng, Jakarta Pusat.Nampak seorang pemuda tengah di kelilingi oleh tiga orang yang berdiri angkuh di sekitarnya. Pemuda itu berpakaian security dan dia baru saja mengundurkan diri dari pekerjaannya, sebagai security di kompleks perumahan elit itu.Hal ini tak lain karena dia ingin pergi sejauh mungkin dari kompleks itu. Kompleks dimana ‘mantan kekasihnya’ tinggal.Baru saja semalam dia ‘memutuskan’ hubungan kasihnya dengan ‘Resti’, dan mengembalikan amplop coklat tebal yang diberikan ayahnya beberapa hari lalu.Ya, Resti adalah putri jelita seorang pengusaha garment yang sukses di bilangan kota Jakarta.Sungguh, menjalin hubungan kasih dengan Resti sama sekali bukan inisiatif Bara. Tapi berawal dari perkenalan mereka di posko masuk area kompleks, yang berlanjut pada rasa saling suka pada kepribadian masing-masing.Sejak munculnya rasa suka itula
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments