Di balik tembok benteng Vashta yang gelap dan menyeramkan, Lie Feng, Tuan Gu, dan Master Jian berdiri bersiap. Udara berbau sulfur dan sesuatu yang menyeramkan menyelimuti mereka. Suara angin berdesir di antara batu-batu yang menciptakan suara-suara menyeramkan. Ketiga pendekar legendaris itu memeriksa senjata dan perlengkapan mereka untuk terakhir kalinya, wajah mereka menunjukkan tekad yang kuat namun juga kewaspadaan yang tinggi."Kita akan menghadapi Vashta dalam beberapa saat," kata Lie Feng, suaranya berat namun tegas. Ia memeriksa pedangnya dengan teliti, gerakan yang menunjukkan kehati-hatiannya. "Dia pasti sudah mempersiapkan jebakan dan serangannya. Kita harus siap menghadapi apapun.""Aku telah mendeteksi beberapa aura sihir yang sangat kuat di sekitar sini," kata Master Jian, suaranya tenang namun waspada. Ia mengasah pedangnya dengan hati-hati, gerakannya cepat dan tepat. "Dia pasti telah mempers
Pintu gerbang benteng Vashta hancur berantakan, hasil dari serangan gabungan Mei Lin dan Zhou. Lie Feng, Tuan Gu, dan Master Jian melangkah masuk, diikuti oleh sebagian besar pasukan Kael. Udara di dalam benteng bergetar dengan energi yang kuat, campuran dari sihir dan chi yang mematikan. Bau sulfur dan sesuatu yang menyeramkan semakin kuat, menambah suasana mengerikan di dalam benteng itu.Vashta menunggu mereka di halaman benteng, dikelilingi oleh para pengikut setia dan makhluk-makhluk ganas yang berbagai bentuk dan ukuran. Ia berdiri tegak, wajahnya tenang namun matanya berkilat dengan kejahatan. Di tangannya, ia memegang tongkat sihir yang berkilau dengan energi gelap."Kalian akhirnya datang," kata Vashta, suaranya bergema di seluruh halaman benteng. "Aku sudah menunggu kalian.""Ini akhirnya," jawab Lie Feng, suaranya tegas dan berwibawa. Ia menarik pedangnya, baja ya
Senja menyelimuti lembah terpencil, menorehkan bayangan panjang di antara pepohonan yang menjulang tinggi. Udara dingin menusuk kulit, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk. Di tengah lembah, tersembunyi di balik tebing batu yang terjal, Lie Feng, Tuan Gu, Master Jian, dan Mei Lin berusaha memulihkan tenaga setelah pertempuran dahsyat melawan Lord Vashta.Luka-luka mereka masih terasa perih, beberapa luka masih mengeluarkan darah segar. Keheningan menyelimuti mereka, hanya diiringi desiran angin yang berbisik di antara dedaunan, membawa serta aroma tanah dan darah. Lie Feng, dengan luka di lengan dan rusuknya, duduk tersandar pada batuan yang kasar.Ia memeriksa pedangnya, "Langit", dengan hati-hati. Pedang itu tampak kusam karena pertempuran yang berat, tetapi aura kekuatan masih terpancar dari bilah baja itu. Tuan Gu, dengan wajah yang pucat dan luka di perutnya, bersandar pada sebatang pohon besar, napasnya tersen
Pertempuran berkecamuk di lembah. Hujan panah masih menghujani mereka, diselingi sihir gelap yang menciptakan ledakan api dan kilatan petir miniatur. Lie Feng, meskipun terluka, bergerak dengan luar biasa. Jurus Kecepatan Dewanya membuatnya tampak seperti bayangan yang menari di antara prajurit Kelompok Naga Hitam. Setiap gerakannya presisi, setiap tebasan pedangnya, Langit, mematikan. Energi spiritual langit mengalir deras ke dalam bilah baja itu, memberikan tebasan-tebasannya kekuatan yang menghancurkan."Lin Xue, kau baik-baik saja?" teriak Lie Feng di antara tebasan pedangnya. Ia melirik Lin Xue yang sedang sibuk menangani luka-luka mereka."Aku baik-baik saja," jawab Lin Xue, suaranya sedikit terengah-engah. "Tapi kita tidak bisa bertahan lama lagi. Mereka terlalu banyak!""Aku tahu," jawab Lie Feng, ia menghindari tebasan pedang musuh dengan cepat. "Kita harus mencari ja
Kelelahan dan luka-luka mulai menunjukkan efeknya yang menghancurkan. Napas Lie Feng tersengal-sengal, tubuhnya bergetar karena kelelahan dan rasa sakit. Luka di lengan dan rusuknya berdenyut keras, mengingatkannya pada pertempuran yang sangat sengit. Master Jian, dengan luka di punggungnya, bergerak dengan lambat, tebasan-tebasannya tidak secepat dan sekuat sebelumnya. Mei Lin, meskipun masih cepat, tampak lelah dan terluka. Lin Xue, dengan wajah pucat, terus mencoba untuk menangani luka-luka mereka, tetapi ia juga mulai kehabisan tenaga. Tuan Gu, dengan luka yang semakin parah, berjuang keras untuk mempertahankan perisai energinya."Kita tidak bisa terus berlari!" teriak Lie Feng, ia menghindari serangan musuh dengan cepat, tetapi gerakannya sudah tidak secepat sebelumnya. "Mereka akan mengejar kita terus menerus!""Aku tahu," jawab Master Jian, ia menciptakan pusaran angin yang
Matahari mulai tenggelam, menorehkan bayangan panjang di lembah yang sunyi dan mengerikan. Lie Feng, Master Jian, Mei Lin, dan Lin Xue terus berjuang, namun mereka semakin terdesak. Luka-luka mereka semakin parah, tenaga mereka semakin menipis. Harapan untuk bertahan hidup mulai memudar di balik bayangan senja yang semakin gelap."Kita tidak bisa terus berlari," kata Lie Feng, suaranya lemah dan serak. Ia menghindari tebasan pedang musuh dengan cepat, tetapi gerakannya sudah tidak secepat sebelumnya. Tubuhnya bergetar karena kelelahan dan rasa sakit."Aku tahu," jawab Master Jian, ia menciptakan pusaran angin untuk menghalangi serangan musuh, tetapi pusaran angin itu sudah tidak sekuat sebelumnya. Luka di punggungnya semakin perih. "Tapi kita harus menemukan cara untuk bertahan hidup.""Kita tidak memiliki waktu untuk itu," kata Mei Lin, ia menembakkan sinar energi ke ara
Napas Lie Feng memburu. Luka-lukanya berdenyut hebat, setiap gerakan terasa seperti siksaan. Master Jian, dengan tubuh yang berlumuran darah, bersandar pada dinding batu, tebasan pedangnya sudah tidak sekuat sebelumnya. Mei Lin, dengan mata yang sayu, mencoba untuk menembakkan sinar energi, tetapi tenaganya hampir habis. Mereka terpojok. Mereka hampir tidak berdaya. Musuh mengepung mereka dari semua arah."Kita tidak bisa bertahan lama lagi," kata Master Jian, suaranya lemah dan terengah-engah. "Mereka terlalu banyak.""Aku tahu," jawab Lie Feng, ia menghindari serangan musuh dengan cepat, tetapi gerakannya sudah tidak secepat sebelumnya. "Tapi kita harus menemukan cara untuk bertahan hidup.""Tidak ada cara," kata Mei Lin, ia menembakkan sinar energi yang lemah ke arah musuh, tetapi sinar energi itu dengan mudah dihalau. "Kita akan mati di tempat ini."Lie Feng menatap sekitar, menca
Udara lembap dan dingin menusuk tulang. Bau tanah basah dan aroma anyir darah masih memenuhi rongga sempit gua. Lie Feng, dengan luka di lengan dan rusuknya yang berdenyut keras, mencoba untuk menangani luka-lukanya dengan tangan yang gemetar. Master Jian, dengan luka di punggungnya yang menyiksa, bersandar lemas pada dinding batu yang dingin. Mei Lin, wajahnya pucat karena kehilangan darah, mencoba untuk menahan rasa sakit yang menyiksa di kakinya. Ketiga kombatan itu terdiam, hanya suara napas yang tersengal-sengal dan rintihan sakit yang memecah kesunyian yang menekan. Kehilangan Tuan Gu masih terasa sangat berat."Ini... ini semua salahku," gumam Lie Feng, suaranya teredam oleh kesedihan. Air mata mengalir di pipinya, mencampur dengan keringat dan darah. "Aku seharusnya bisa melindunginya."Master Jian, dengan suara yang lemah, menjawab, "Jangan katakan itu, Lie Feng. Kita semua telah berjuang sekuat
Setelah pertempuran dahsyat di Kuil Dewa Langit, Lie Feng, Jian, Mei Lin, dan ahli simbol kuno itu kembali ke Perguruan Naga Teratai. Lin Xue, Mei Lin, dan Jian yang telah diselamatkan dari cengkeraman penyihir jahat itu kini telah kembali dan pulih. Vashta, yang terbebas dari pengaruh kekuatan gelap, juga telah kembali. Namun, suasana perayaan kemenangan itu tidak lama berlangsung. Lie Feng merasakan sesuatu yang sangat mengancam sedang mengintai. Ia merasakan sensasi yang tidak menyenangkan, sebuah pertanda akan datang bahaya yang jauh lebih besar.Di Perguruan Naga Teratai, Lie Feng bersama Arka, pemimpin Perguruan yang bijaksana, meneliti catatan-catatan kuno yang ditemukan di Kuil Dewa Langit. Mereka menemukan informasi yang jauh lebih mengerikan daripada yang dibayangkan. Catatan itu tidak hanya mengungkapkan rahasia tentang asal usul kekuatan Lie Feng, tetapi juga mengungkap keberadaan kelompok rahasia yan
Debu beterbangan, menari-nari dalam sinar matahari redup yang menyelinap melalui celah-celah atap Kuil Dewa Langit yang runtuh. Arka dan Lie Feng melangkah hati-hati, setiap langkah mereka menimbulkan bunyi gemerisik batu-batu kuno yang terkikis waktu. Udara terasa berat, dipenuhi dengan aroma tanah lembap dan misteri yang membayangi. Mereka telah mencapai ruangan terdalam, sebuah ruang melingkar yang dindingnya dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno yang tampak hidup, seakan-akan berbisik kisah-kisah dari zaman yang telah lama berlalu.“Sungguh… menakjubkan,” desis Arka, matanya terpaku pada ukiran-ukiran rumit yang meliuk-liuk di atas batu. Gambar-gambar makhluk mitologis, dewa-dewi yang mahakuasa, dan simbol-simbol yang tak dikenal terukir dengan detail yang luar biasa.Lie Feng, wajahnya dipenuhi dengan suatu tekad yang kuat, mendekati sebuah ukiran yang menggambarkan sebuah tapak kaki raksasa, lebih besar daripada manusia manapun. Tapak kaki itu tampak memancarkan aura yang ku
Pertempuran di ruang tersembunyi itu dahsyat. Kekuatan gelap yang menyergap mereka ternyata jauh lebih kuat dari yang dibayangkan. Lie Feng, Jian, dan Mei Lin bertarung dengan gigih, terbantu dengan keahlian ahli decoding simbol kuno yang mampu memanipulasi beberapa perangkap di ruangan itu untuk menyerang musuh. Namun, mereka terpaksa mundur ketika sebuah gelombang energi gelap yang dahsyat menghantam mereka. Mereka terpental ke tembok, tubuh mereka terasa sakit dan lemas.Setelah pertempuran itu, mereka menemukan sebuah jalan tersembunyi di balik tembok yang terlihat biasa. Jalan itu membawa mereka ke ruang terdalam kuil. Ruangan itu lebih besar daripada ruangan-ruangan lainnya, dan suasananya tampak lebih sakral. Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja batu yang di atasnya terletak beberapa gulungan kuno. Gulungan-gulungan itu tampak sangat tua dan rapuh."Ini dia," bisik Lie Feng,
Setelah pertempuran sengit melawan ular raksasa, Lie Feng dan murid-muridnya yang terluka berhasil mencapai pintu masuk Kuil Kuno. Struktur bangunan itu tampak tua dan megah, terbuat dari batu hitam yang telah lapuk oleh waktu. Udara di sekitar kuil terasa dingin dan berat, menimbulkan perasaan misterius dan mencekam. Mereka mengetahui bahwa tantangan yang akan mereka hadapi di dalam kuil ini akan jauh lebih kompleks daripada tantangan yang telah mereka lalui sebelumnya.Lie Feng memimpin murid-muridnya memasuki kuil. Segera, mereka dikejutkan oleh struktur kuil yang rumit dan membingungkan. Lorong-lorong berliku dan gelap terbentang di hadapan mereka, dihiasi dengan berbagai simbol kuno yang terukir di dinding. Patung-patung aneh dan menyeramkan berdiri di berbagai sudut, menciptakan suasana yang mencekam. Mereka mengetahui bahwa kuil ini bukanlah tempat yang biasa. Kuil ini adalah tempat yang penuh dengan teka-teki dan misteri."Kuil
Luka Lie Feng masih terasa perih, tetapi tekadnya untuk mencapai Kuil Dewa Langit tak tergoyahkan. Petunjuk tentang lokasi Kuil Dewa Langit yang diperoleh dari peta kuno menjadi pemicu perjalanan yang sangat berbahaya. Setelah beristirahat sebentar untuk mempersiapkan diri, Lie Feng bersama Jian, Mei Lin, dan ahli decoding simbol kuno, melanjutkan perjalanan mereka. Mereka mengetahui bahwa tantangan yang akan mereka hadapi sangatlah besar, jauh melebihi apa yang sudah mereka lalui.Perjalanan mereka dimulai dengan memasuki hutan lebat yang menyeramkan. Pohon-pohon tinggi menaungi jalan mereka, membuat hutan terasa sangat gelap dan menakutkan. Suara hewan-hewan liar menambah suasana mengerikan. Lie Feng merasakan firasat yang buruk, karena ia mengetahui bahwa hutan ini bukanlah hutan biasa."Hati-hati," bisik Lie Feng, suaranya keras tapi hati-hati. "Hutan ini bukanlah tempat yang aman.""Saya merasa
Kegelapan yang menyelimuti kepergian Lin Xue, Mei Lin, dan Jian masih terasa menusuk hati Lie Feng. Namun, kehilangan itu tidak mematahkan semangatnya. Justru, kesedihan bercampur dengan tekad baja. Kenangan tentang ibunya, wanita kuat dan misterius dalam mimpinya, dan firasat buruk tentang nasib teman-temannya menjadi penyemangat yang luar biasa. Ia harus melanjutkan pencariannya, mengungkap misteri di balik kekuatannya dan menyelamatkan teman-temannya. Petunjuk terakhir dari mimpinya tetap jelas: Kuil Dewa Langit.Lie Feng menghabiskan berhari-hari di Perguruan Naga Teratai, mencari petunjuk. Ia menjelajahi perpustakaan kuno, meneliti gulungan-gulungan kuno, dan mencari informasi yang tersembunyi di balik lapisan-lapisan sejarah. Ia berharap dapat menemukan kunci untuk mengatasi musuh misterius yang telah membawa Lin Xue, Mei Lin, dan Jian. Ia berharap untuk mengeluarkan mereka dari penjara. Ia bertekad untuk menyelam
Lie Feng tersentak bangun dari tidurnya, keringat dingin membasahi tubuhnya. Mimpi-mimpi itu masih menghantuinya, lebih nyata daripada kenyataan. Kali ini, bukan hanya bayangan-bayangan gelap yang mengejarnya di dalam hutan belantara yang sunyi dan gelap, tetapi juga kilasan ingatan yang lebih jelas, lebih menyayat hati. Ingatan tentang ibunya, wanita misterius yang telah mengajarkannya segalanya, terluka parah, menyerahkan kalung giok kepadanya sebelum akhirnya kekuatannya padam. Ia melihat sosok ibunya yang lemah dan penuh luka, tetapi matanya tetap memancarkan kekuatan dan kasih sayang yang dalam. Lie Feng kecil menangis tersedu-sedu, memeluk erat kalung giok tersebut sebagai satu-satunya kenangan yang tersisa.Ia duduk, merasakan beban berat masa lalu yang baru saja terungkap. Bukan hanya sekadar mimpi, tetapi pengungkapan yang mengubah segalanya. Ia adalah "anak yang dipilih," pemilik kekuatan luar biasa yang tersembunyi dalam dirinya, diwariskan dari generasi ke
Mimpi-mimpi Lie Feng semakin intens, detailnya begitu nyata hingga terasa seperti kenangan. Ia melihat dirinya, masih kecil, berlatih di bawah bimbingan seorang wanita misterius di sebuah tempat terpencil yang diselimuti kabut. Bukan sekadar seni bela diri biasa yang diajarkan wanita itu, melainkan teknik-teknik yang mengendalikan energi dalam, kekuatan yang melampaui batas kemampuan manusia. Gerakan-gerakan wanita itu lincah, seperti tarian kematian yang mematikan. Lie Feng kecil menyerap setiap gerakan, setiap kata, setiap tatapan tajam dari sang guru misterius. Wanita itu, dengan rambut hitam panjang yang terurai, tersenyum lembut namun tatapannya menyimpan kekuatan yang luar biasa.“Fokus, Lie Feng,” suara wanita itu bergema di telinganya, lembut namun tegas. “Kekuatan sejati bukan terletak pada otot, melainkan pada kehendak hati.”Lie Feng berlatih keras, tubuh kecilnya berkeringat, namun semangatnya tak pernah padam. Malam demi malam, mimpi itu berulang, memperlihatkan kema
Ruangan itu sunyi, hanya diselingi oleh suara napas Lie Feng yang tersengal-sengal. Luka-lukanya parah, kulitnya pucat pasi, dan keringat dingin membasahi dahinya. Pertempuran melawan Vashta yang telah berubah telah meninggalkan bekas yang dalam, bukan hanya pada tubuhnya, tetapi juga pada jiwanya. Lebih dari rasa sakit fisik, yang menghantuinya adalah serpihan-serpihan ingatan yang muncul dalam mimpi-mimpi yang intens dan kacau. Mimpi-mimpi yang bukan sekadar gambaran biasa, tetapi serangkaian adegan yang hidup, penuh simbolisme dan misteri yang mencekam.Lin Xue, Mei Lin, dan Jian berjaga di sampingnya. Kecemasan tampak jelas di wajah mereka. Wajah Lie Feng tampak menegang, tersiksa oleh sesuatu yang tak nampak."Dia masih belum sadar," bisik Mei Lin, suaranya penuh keprihatinan. Ia menatap Lie Feng dengan tatapan yang penuh simpati. "Mimpi-mimpinya… semakin intens sejak pertempuran itu.""Ya," jawab Jian, suaranya juga rendah dan hati-hat