Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa

Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-09
Oleh:  Khomairoh On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
142Bab
820Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Lie Feng, seorang pemuda yatim piatu, ditemukan di sebuah kuil kuno yang menyimpan rahasia ilmu persilatan terhebat. Ia dilatih oleh seorang sesepuh misterius dan menguasai Jurus Tapak Dewa, sebuah jurus sakti dengan kekuatan spiritual 1000 tangan yang mampu menghancurkan lawan dalam sekejap. Ketenarannya sebagai Pendekar Tapak Dewa mengguncang dunia persilatan, menarik perhatian berbagai pihak, termasuk organisasi jahat yang menginginkan kekuatan Tapak Dewa untuk menguasai dunia. Lie Feng harus menghadapi berbagai tantangan, mengasah kemampuannya dalam Jurus Pedang Dewa Abadi, Jurus Pedang Langit, Jurus Kecepatan Dewa, dan Jurus Mata Dewa, serta melawan musuh-musuh yang semakin kuat dan licik. Di tengah pertarungannya, ia juga menemukan cinta dan persahabatan, serta mengungkap rahasia masa lalunya yang tersembunyi. Akankah Lie Feng mampu melindungi dunia persilatan dan mengungkap misteri di balik kekuatan Tapak Dewa?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bayangan di Reruntuhan

Angin malam mengoyak reruntuhan Kuil Dewa Langit dengan raungan yang nyaris seperti jeritan hantu. Tetapi angin yang berbisik cerita-cerita dari masa lalu, membawa aroma tanah lembap yang bercampur dengan bau rempah-rempah kuno dan debu berabad-abad.

"Tempat ini... benar-benar mati," gumam seorang prajurit berjubah hitam, suaranya bergetar diterpa angin. "Apakah kita yakin harus mencari di sini?"

"Perintah adalah perintah," jawab rekannya, matanya menyipit menembus kegelapan.

"Kita harus menemukan apa yang mereka sembunyikan, apa pun itu."

"Lihat," prajurit pertama menunjuk ke reruntuhan di depan mereka. "Bangunan itu... dulunya pasti sangat megah."

"Tapi sekarang hanya tinggal puing-puing," sahut rekannya, mendengus. "Seperti harapan yang terkubur."

"Apa maksud dari ukiran-ukiran ini?" tanya prajurit pertama, mengamati dinding yang remuk. "Apakah ini semacam peringatan?"

"Entahlah," jawab rekannya, mengangkat bahu.

"Yang penting kita menemukan apa yang kita cari, lalu pergi dari tempat terkutuk ini."

Hanya bulan purnama yang menerangi reruntuhan itu, memberikan cahaya redup yang membuat bayangan-bayangan menari-nari dengan aneh, seakan-akan hidup.

"Bayangan-bayangan itu... seperti menari," bisik prajurit pertama, merinding. "Apakah tempat ini berhantu?"

"Jangan bodoh," desis rekannya, meskipun dia sendiri merasa tidak nyaman. "Itu hanya permainan cahaya dan bayangan."

Di tengah reruntuhan yang sunyi dan mencekam itu, terdapat sebuah celah di antara reruntuhan, tersembunyi di balik tumpukan batu yang tumbang. Di dalam celah itu, tergeletak seorang bayi mungil, terbungkus kain sutra usang berwarna hijau tua yang telah pudar dan robek di beberapa bagian.

"Lihat!" seru prajurit pertama, menunjuk ke celah itu. "Ada sesuatu di sana."

"Apa itu?" tanya rekannya, mendekat dengan hati-hati.

Kain itu tampak seperti sisa-sisa kemewahan masa lalu, kini hanya menjadi pembungkus bagi makhluk kecil yang tak berdaya. Bayi itu menangis pelan, suaranya nyaris tak terdengar di tengah hempasan angin malam dan suara-suara alam yang misterius. Tangisannya, meskipun lemah, terasa menusuk kesunyian malam, seperti sebuah ratapan kecil yang mencari perlindungan.

"Bayi?" bisik prajurit pertama, terkejut. "Siapa yang meninggalkan bayi di tempat seperti ini?"

"Mungkin... orang tuanya tidak punya pilihan," gumam rekannya, matanya melembut. "Kasihan sekali."

Tiba-tiba, dari balik bayangan-bayangan yang menari-nari, muncul sesosok manusia. Sosok itu tinggi dan kurus, dengan jubah panjang berwarna abu-abu yang menutupi tubuhnya.

"Siapa kau?" tanya prajurit pertama, menghunus pedangnya.

"Serahkan bayi itu," suara sosok itu bergema, tenang namun penuh otoritas.

Sosok itu adalah Guru Agung, seorang sesepuh misterius yang telah menghabiskan hidupnya di dalam Kuil Dewa Langit, menjaga rahasia dan warisan yang tersimpan di dalamnya.

"Mengapa kami harus menyerahkannya?" tanya prajurit kedua, waspada.

"Bayi ini bukan milik kalian," jawab Guru Agung, melangkah maju dengan anggun. "Dia memiliki takdir yang lebih besar."

Guru Agung mendekati bayi itu dengan hati-hati. Ia mengangkat bayi itu dengan lembut, merasakan aura luar biasa yang terpancar dari tubuh mungil itu. Aura itu bukan sekadar aura bayi biasa, tetapi aura yang kuat, penuh dengan potensi dan misteri.

"Aura apa ini?" bisik Guru Agung, matanya melebar. "Dia... istimewa."

Guru Agung merasakan getaran kekuatan spiritual yang luar biasa, seperti getaran dari sebuah kekuatan kosmis yang tersembunyi. Ia tahu bahwa bayi ini bukanlah bayi biasa. Bayi ini ditakdirkan untuk sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang akan mengubah jalannya dunia persilatan.

"Siapa namanya?" tanya prajurit pertama, menurunkan pedangnya.

"Dia belum punya nama," jawab Guru Agung, menatap bayi itu dengan lembut. "Tapi aku akan memberinya nama... Lie Feng."

Ia memberi nama bayi itu Lie Feng, nama yang berarti "Angin yang Berkembang," sebuah nama yang mencerminkan potensi dan kekuatan yang terpendam di dalam dirinya.

"Lie Feng," gumam prajurit kedua, mengangguk. "Nama yang indah."

Guru Agung membawa Lie Feng ke dalam sebuah ruangan tersembunyi di dalam Kuil Dewa Langit. Ruangan itu dipenuhi dengan gulungan-gulungan kuno yang berisi pengetahuan tentang berbagai jurus silat, strategi tempur, dan rahasia kekuatan spiritual.

"Tempat ini... penuh dengan rahasia," bisik prajurit pertama, mengamati ruangan itu dengan takjub.

"Dan bayi itu... adalah bagian dari rahasia itu," sahut rekannya, menatap Lie Feng yang tertidur pulas.

Di dinding-dindingnya, terdapat ukiran-ukiran yang menggambarkan sejarah panjang Kuil Dewa Langit dan para pendekar legendaris yang pernah menghuninya. Udara di ruangan itu terasa berat, dipenuhi dengan aroma kertas kuno dan misteri yang tak terpecahkan.

"Apakah dia akan menjadi pendekar hebat?" tanya prajurit pertama.

"Ya," jawab Guru Agung, matanya bersinar. "Dia ditakdirkan untuk itu."

Di tengah ruangan itu, terdapat sebuah altar kuno yang terbuat dari batu giok, di atasnya terdapat sebuah patung dewa yang tampak megah dan sakral. Guru Agung meletakkan Lie Feng di dekat altar itu, memandang bayi itu dengan tatapan yang penuh dengan harapan dan tanggung jawab.

"Dia akan membawa perubahan," gumam Guru Agung, menatap bayi itu dengan penuh kasih.

Ia tahu bahwa ia telah ditunjuk untuk membimbing Lie Feng, untuk membantunya menguasai kekuatannya dan menggunakannya untuk kebaikan. Ia juga tahu bahwa perjalanan Lie Feng tidak akan mudah, bahwa ia akan menghadapi banyak tantangan dan bahaya.

"Kita harus pergi," kata prajurit pertama, menepuk bahu rekannya. "Kita sudah melihat cukup banyak."

"Ya," jawab rekannya, mengangguk. "Mari kita tinggalkan dia dengan takdirnya."

Tetapi ia percaya bahwa Lie Feng mampu mengatasi semua itu, bahwa ia akan menjadi pendekar yang hebat dan mengubah dunia persilatan. Angin malam masih mengoyak reruntuhan Kuil Dewa Langit, tetapi di dalam ruangan tersembunyi itu, sebuah harapan baru telah lahir. Harapan akan munculnya seorang pendekar legendaris yang akan mengubah jalannya sejarah.

Bertahun-tahun berlalu. Lie Feng, yang awalnya hanya bayi mungil yang ditemukan di reruntuhan Kuil Dewa Langit, tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang kuat dan lincah. Guru Agung, dengan kesabaran dan ketelitian yang luar biasa, membimbingnya dalam perjalanan panjang untuk menguasai ilmu persilatan.

Kuil Dewa Langit, yang dulunya tampak seperti tempat yang menakutkan dan misterius bagi

Lie Feng kecil, kini menjadi rumahnya, tempat ia belajar, berlatih, dan tumbuh dewasa. Setiap sudut dan celah kuil itu menyimpan rahasia dan pengetahuan yang tak ternilai harganya.

Angin malam mengoyak reruntuhan Kuil Dewa Langit. "Dengar itu, Lie Feng?" Suara Guru Agung berbisik, nyaris tertelan angin. "Itu bisikan masa lalu." Lie Feng, bocah lelaki berumur sepuluh tahun, mengangguk. "Seperti jeritan hantu, Guru."

"Benar," Guru Agung setuju, menunjuk reruntuhan megah itu. "Kuil ini menyimpan banyak rahasia, Lie Feng. Rahasia yang harus kau pelajari dan lindungi."

Mereka berdiri di celah reruntuhan, tempat

Lie Feng ditemukan sebagai bayi, terbungkus

kain sutra usang. "Aku masih ingat malam itu," kata Guru Agung, matanya menatap jauh."

Angin berputar-putar, bulan purnama bersinar terang. Kau menangis, kecil dan lemah, namun auramu... luar biasa."

"Auraku?" Lie Feng mengerutkan dahi.

"Ya," Guru Agung tersenyum lembut. "Kekuatan spiritual yang luar biasa. Itulah mengapa aku memberimu nama Lie Feng – Angin yang Berkembang."

Mereka masuk ke dalam ruangan tersembunyi. Lie Feng terkesima melihat gulungan-gulungan kuno dan ukiran di dinding. "Semua ini... sungguh menakjubkan, Guru."

"Semua ini adalah warisan, Lie Feng," Guru Agung menjelaskan. "Warisan yang harus kau pelajari dan kuasai. Suatu hari, kau akan memahaminya."

Lie Feng menghabiskan bertahun-tahun berlatih. "Guru," katanya suatu hari, setelah latihan berat, "kapan aku akan cukup kuat?"

Guru Agung tersenyum. "Kekuatan bukanlah hanya tentang fisik, Lie Feng. Itu tentang pikiran, jiwa, dan pengendalian diri."

Suatu hari, di ruangan tersembunyi itu, di depan altar kuno, Guru Agung berkata, "Saatnya kau mempelajari Jurus Tapak Dewa."

Lie Feng terengah-engah. "Jurus Tapak Dewa? Itu... legenda, Guru!"

"Legenda yang akan kau wujudkan," Guru Agung menatapnya dengan penuh keyakinan. "Pelatihannya akan berat, tetapi aku percaya padamu."

Lie Feng berlatih keras, melewati batas kemampuannya. "Aku hampir menyerah, Guru," desahnya suatu malam, kelelahan.

"Jangan," Guru Agung berkata tegas. "Ingatlah mengapa kau berlatih. Ingatlah tanggung jawabmu."

Lie Feng mengangguk, tekadnya kembali menyala. Ia berlatih hingga tubuhnya lelah, hingga pikirannya hampir putus asa, namun ia terus berjuang. Ia tahu, ia harus menguasai Jurus Tapak Dewa. Untuk dirinya, untuk Guru Agung, dan untuk melindungi warisan Kuil Dewa Langit.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
142 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status