Udara di kamar sederhana itu terasa berat, dipenuhi aroma obat-obatan dan kayu. Lie Feng terbaring di tempat tidur, tubuhnya dibalut perban. Luka-luka akibat pertarungan dengan Lord Viper masih terasa perih, namun rasa sakit fisik itu tak sebanding dengan luka batin yang menggerogoti jiwanya. Kemenangan atas Lord Viper seharusnya membawa kebahagiaan, namun yang dirasakan Lie Feng hanyalah kekosongan.Jian duduk di sampingnya, tangannya menggenggam tangan Lie Feng. Wajahnya dipenuhi kekhawatiran. "Kau baik-baik saja, Lie Feng?" tanyanya lembut.Lie Feng tersenyum lemah. "Aku baik-baik saja, Jian. Hanya sedikit lelah." Namun, suaranya tidak meyakinkan. Ia merasa kosong, tujuan hidupnya tampak kabur.Mei masuk, membawa semangkuk bubur hangat. "Makanlah ini, Lie Feng. Kau butuh tenaga untuk memulihkan diri."Lie Feng menerima bubur itu, namun hanya memakannya sedikit. Pikirannya melayang ke masa lalu, ke masa kecilnya yang kelam. Kenangan yang selama ini ia pendam muncul
Angin sepoi-sepoi menerpa wajah Lie Feng saat ia berjalan menuju puncak Gunung Lonceng, tempat kediaman Master Jian, sahabat karib Guru Agung. Perjalanan setelah pertempuran dahsyat di Gunung Tian telah membuatnya merenung. Meskipun ia berhasil mengalahkan Lord Viper, ancaman belum sepenuhnya sirna. Sisa-sisa Kelompok Naga Hitam masih berkeliaran, menunggu kesempatan untuk membalas dendam.Lie Feng membutuhkan strategi baru, sesuatu yang melampaui kekuatan fisik semata. Ia membutuhkan bimbingan Master Jian, seorang ahli strategi ulung yang dikenal karena kecerdasannya yang luar biasa.Sesampainya di puncak gunung, Lie Feng disambut oleh Master Jian, seorang pria tua dengan rambut putih panjang dan mata yang tajam. Ia duduk di bawah pohon sakura tua, aura ketenangan terpancar dari dirinya."Lie Feng," sapa Master Jian, suaranya lembut namun berwibawa. "Kau telah melakukan dengan baik di Gunung Tian. Kau telah menunjukkan keberanian dan kekuatan yang lua
Kemenangan atas sisa-sisa Kelompok Naga Hitam seharusnya membawa kedamaian, namun bayangan pengkhianatan justru menyelimuti kuil Guru Agung. Lie Feng, yang tengah merencanakan langkah selanjutnya untuk mengamankan dunia persilatan, menerima informasi mengejutkan dari Lin Xuan."Lie Feng," mulai Lin Xuan, suaranya serius, "aku telah mendeteksi aktivitas yang mencurigakan. Sepertinya salah satu dari kita… bekerja sama dengan Kelompok Naga Hitam."Lie Feng terkejut. Ia tidak percaya bahwa salah satu anggota timnya akan mengkhianati mereka. "Siapa?" tanyanya, suaranya gemetar."Aku belum bisa menentukannya dengan pasti," jawab Lin Xuan. "Namun, aku telah mendeteksi serangkaian komunikasi terenkripsi antara salah satu dari kita dengan seseorang yang terkait dengan Kelompok Naga Hitam. Aku sedang mencoba untuk memecahkan enkripsi tersebut."Lie Feng merasakan kecemasan yang menyerang jiwanya. Ia tidak percaya
Udara di markas besar Kelompok Naga Hitam bergemuruh dengan aura kegelapan. Lie Feng, diikuti Jian, Mei, dan Tuan Gu, berdiri di ambang pertempuran terakhir. Lin Xuan, yang tidak terampil dalam seni pertarungan, tetap berada di belakang, memberikan dukungan strategis dan informasi melalui sistem pemantauannya. Mereka telah melewati banyak cobaan, tetapi ini adalah pertempuran yang akan menentukan segalanya."Dia menunggu kita," kata Lie Feng, matanya memandang ke dalam markas besar yang menyeramkan. "Pemimpin Kelompok Naga Hitam… ia lebih kuat dari yang kita bayangkan.""Kita harus berhati-hati," jawab Jian. "Ia sangat licik dan memiliki banyak kejutan.""Kita telah siap," kata Mei. "Kita akan mengalahkannya bersama-sama.""Ingat strategi kita," ingatkan Tuan Gu. "Kerja sama tim adalah kunci kemenangan kita."Mereka memasuki markas besar Kelompok Naga Hitam. Di dalam, mereka dihadapi o
Debu dan asap masih memenuhi udara, sisa-sisa pertempuran dahsyat melawan naga hitam. Lie Feng, walaupun berhasil mengalahkan makhluk mengerikan itu, terkapar di tanah, tubuhnya dipenuhi luka yang menganga. Jian, Mei, Tuan Gu, dan Lin Xuan, semuanya terluka parah, terbaring di sekitar Lie Feng. Keheningan mencekam, hanya suara nafas berat mereka yang terdengar.Lin Xuan, yang paling cepat pulih dari keterkejutan, berteriak, "Lie Feng! Lie Feng!" Ia mendekati Lie Feng dengan hati-hati, mengucapkan nama kekasihnya dengan suara gemetar. Wajahnya pucat, namun mata itu berbinar dengan kegembiraan dan kelegaan.Lie Feng menggerakkan jari-jarinya dengan perlahan. Ia merasakan nyeri yang menyeksa di seluruh tubuhnya, namun ia masih sadar. Dengan tenaga yang tersisa, ia menarik napas dalam-dalam dan mengucapkan kata-kata sakral yang diajarkan Master Jian: mantra Jurus Kehidupan Abadi.Cahaya keemasan melingkupi tubuh Li
Udara di kuil Guru Agung terasa lebih tenang daripada sebelumnya. Setelah pertempuran dahsyat melawan Kelompok Naga Hitam dan naga hitam raksasa, kedamaian akhirnya tiba. Namun, itu adalah kedamaian yang rapuh, diwarnai oleh bekas luka fisik dan emosional yang mendalam.Lie Feng, yang duduk di beranda kuil bersama Lin Xuan, menatap langit senja. Luka-lukanya telah sembuh berkat Jurus Kehidupan Abadi, namun bekas luka itu masih terasa jika ia bergerak terlalu keras. Lebih dari itu, bekas luka emosional yang lebih dalam masih menyerang jiwanya."Kau baik-baik saja?" tanya Lin Xuan, suaranya lembut. Ia menaruh kepalanya di bahu Lie Feng, merasakan kehangatan tubuh kekasihnya.Lie Feng tersenyum lemah. "Aku baik-baik saja," jawabnya. "Hanya sedikit lelah.""Jangan berbohong," kata Lin Xuan, mengangkat wajah Lie Feng dan memandang matanya. "Aku tahu kau masih merasakan bekas luka emosionalnya."Lie Feng menarik
“Suasana tegang sekali,” kata Tuan Gu, matanya mengamati wajah tegang rekan-rekannya. Lie Feng, Lin Xuan, Master Jian, Mei Lin, Zhou, Jian (yang lebih muda), dan Elder Tai berkumpul di ruang pertemuan utama Kuil Guru Agung. Udara dipenuhi aroma dupa yang samar, namun tak mampu menutupi ketegangan yang mencekam. Di atas meja, berjejer lembaran-lembaran berisi informasi yang baru saja dikumpulkan Lin Xuan.Lin Xuan, dengan tatapan serius, memulai, “Informasi yang terkumpul menunjukkan sesuatu yang jauh lebih besar daripada Kelompok Naga Hitam. Seorang dalang yang berada di balik semuanya, seorang yang kita sebut… Vashta.”Keheningan menyelimuti ruangan sejenak. Mei Lin, yang biasanya ceria, tampak khawatir. Ia menatap Lie Feng, mencari kepastian.“Vashta? Siapa dia?” tanya Mei Lin, alisnya bertaut. “Apakah dia lebih kuat dari naga hitam itu?”Lie Feng, yang duduk di kursi utama, menatap ke arah langit-langit kuil. Bayangan gelap yang ia lihat
Bab 52: Jejak Senjata KunoLie Feng duduk bersila di tengah ruangan, napasnya tenang dan teratur. Di sekelilingnya, Lin Xuan, Master Jian, Tuan Gu, Mei Lin, Zhou, dan Jian, menunggu dengan sabar. Ketegangan masih terasa, bayangan ancaman Vashta masih menghantui pikiran mereka. Di tangan Lie Feng, sebuah kristal kecil yang memancarkan cahaya redup, berdenyut lembut. Itulah inti dari Mata Dewa, alat yang akan mengungkap rahasia lokasi Pedang Naga Hitam.“Aku siap,” kata Lie Feng, suaranya tenang namun penuh tekad. Ia menutup matanya, menfokuskan pikirannya, dan menghubungkan kesadarannya dengan kristal itu. Cahaya kristal semakin terang, memancar aura yang kuat.“Bagaimana keadaannya?” tanya Lin Xuan, suaranya gemetar karena ketegangan. Ia menatap Lie Feng dengan tatapan penuh harap. Mereka semua menunggu dengan napas yang tertahan.Lie Feng menarik napas dalam-dalam, kemudian membuka matanya. Matanya berbinar dengan cahaya yang
Setelah pertempuran dahsyat di Kuil Dewa Langit, Lie Feng, Jian, Mei Lin, dan ahli simbol kuno itu kembali ke Perguruan Naga Teratai. Lin Xue, Mei Lin, dan Jian yang telah diselamatkan dari cengkeraman penyihir jahat itu kini telah kembali dan pulih. Vashta, yang terbebas dari pengaruh kekuatan gelap, juga telah kembali. Namun, suasana perayaan kemenangan itu tidak lama berlangsung. Lie Feng merasakan sesuatu yang sangat mengancam sedang mengintai. Ia merasakan sensasi yang tidak menyenangkan, sebuah pertanda akan datang bahaya yang jauh lebih besar.Di Perguruan Naga Teratai, Lie Feng bersama Arka, pemimpin Perguruan yang bijaksana, meneliti catatan-catatan kuno yang ditemukan di Kuil Dewa Langit. Mereka menemukan informasi yang jauh lebih mengerikan daripada yang dibayangkan. Catatan itu tidak hanya mengungkapkan rahasia tentang asal usul kekuatan Lie Feng, tetapi juga mengungkap keberadaan kelompok rahasia yan
Debu beterbangan, menari-nari dalam sinar matahari redup yang menyelinap melalui celah-celah atap Kuil Dewa Langit yang runtuh. Arka dan Lie Feng melangkah hati-hati, setiap langkah mereka menimbulkan bunyi gemerisik batu-batu kuno yang terkikis waktu. Udara terasa berat, dipenuhi dengan aroma tanah lembap dan misteri yang membayangi. Mereka telah mencapai ruangan terdalam, sebuah ruang melingkar yang dindingnya dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno yang tampak hidup, seakan-akan berbisik kisah-kisah dari zaman yang telah lama berlalu.“Sungguh… menakjubkan,” desis Arka, matanya terpaku pada ukiran-ukiran rumit yang meliuk-liuk di atas batu. Gambar-gambar makhluk mitologis, dewa-dewi yang mahakuasa, dan simbol-simbol yang tak dikenal terukir dengan detail yang luar biasa.Lie Feng, wajahnya dipenuhi dengan suatu tekad yang kuat, mendekati sebuah ukiran yang menggambarkan sebuah tapak kaki raksasa, lebih besar daripada manusia manapun. Tapak kaki itu tampak memancarkan aura yang ku
Pertempuran di ruang tersembunyi itu dahsyat. Kekuatan gelap yang menyergap mereka ternyata jauh lebih kuat dari yang dibayangkan. Lie Feng, Jian, dan Mei Lin bertarung dengan gigih, terbantu dengan keahlian ahli decoding simbol kuno yang mampu memanipulasi beberapa perangkap di ruangan itu untuk menyerang musuh. Namun, mereka terpaksa mundur ketika sebuah gelombang energi gelap yang dahsyat menghantam mereka. Mereka terpental ke tembok, tubuh mereka terasa sakit dan lemas.Setelah pertempuran itu, mereka menemukan sebuah jalan tersembunyi di balik tembok yang terlihat biasa. Jalan itu membawa mereka ke ruang terdalam kuil. Ruangan itu lebih besar daripada ruangan-ruangan lainnya, dan suasananya tampak lebih sakral. Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja batu yang di atasnya terletak beberapa gulungan kuno. Gulungan-gulungan itu tampak sangat tua dan rapuh."Ini dia," bisik Lie Feng,
Setelah pertempuran sengit melawan ular raksasa, Lie Feng dan murid-muridnya yang terluka berhasil mencapai pintu masuk Kuil Kuno. Struktur bangunan itu tampak tua dan megah, terbuat dari batu hitam yang telah lapuk oleh waktu. Udara di sekitar kuil terasa dingin dan berat, menimbulkan perasaan misterius dan mencekam. Mereka mengetahui bahwa tantangan yang akan mereka hadapi di dalam kuil ini akan jauh lebih kompleks daripada tantangan yang telah mereka lalui sebelumnya.Lie Feng memimpin murid-muridnya memasuki kuil. Segera, mereka dikejutkan oleh struktur kuil yang rumit dan membingungkan. Lorong-lorong berliku dan gelap terbentang di hadapan mereka, dihiasi dengan berbagai simbol kuno yang terukir di dinding. Patung-patung aneh dan menyeramkan berdiri di berbagai sudut, menciptakan suasana yang mencekam. Mereka mengetahui bahwa kuil ini bukanlah tempat yang biasa. Kuil ini adalah tempat yang penuh dengan teka-teki dan misteri."Kuil
Luka Lie Feng masih terasa perih, tetapi tekadnya untuk mencapai Kuil Dewa Langit tak tergoyahkan. Petunjuk tentang lokasi Kuil Dewa Langit yang diperoleh dari peta kuno menjadi pemicu perjalanan yang sangat berbahaya. Setelah beristirahat sebentar untuk mempersiapkan diri, Lie Feng bersama Jian, Mei Lin, dan ahli decoding simbol kuno, melanjutkan perjalanan mereka. Mereka mengetahui bahwa tantangan yang akan mereka hadapi sangatlah besar, jauh melebihi apa yang sudah mereka lalui.Perjalanan mereka dimulai dengan memasuki hutan lebat yang menyeramkan. Pohon-pohon tinggi menaungi jalan mereka, membuat hutan terasa sangat gelap dan menakutkan. Suara hewan-hewan liar menambah suasana mengerikan. Lie Feng merasakan firasat yang buruk, karena ia mengetahui bahwa hutan ini bukanlah hutan biasa."Hati-hati," bisik Lie Feng, suaranya keras tapi hati-hati. "Hutan ini bukanlah tempat yang aman.""Saya merasa
Kegelapan yang menyelimuti kepergian Lin Xue, Mei Lin, dan Jian masih terasa menusuk hati Lie Feng. Namun, kehilangan itu tidak mematahkan semangatnya. Justru, kesedihan bercampur dengan tekad baja. Kenangan tentang ibunya, wanita kuat dan misterius dalam mimpinya, dan firasat buruk tentang nasib teman-temannya menjadi penyemangat yang luar biasa. Ia harus melanjutkan pencariannya, mengungkap misteri di balik kekuatannya dan menyelamatkan teman-temannya. Petunjuk terakhir dari mimpinya tetap jelas: Kuil Dewa Langit.Lie Feng menghabiskan berhari-hari di Perguruan Naga Teratai, mencari petunjuk. Ia menjelajahi perpustakaan kuno, meneliti gulungan-gulungan kuno, dan mencari informasi yang tersembunyi di balik lapisan-lapisan sejarah. Ia berharap dapat menemukan kunci untuk mengatasi musuh misterius yang telah membawa Lin Xue, Mei Lin, dan Jian. Ia berharap untuk mengeluarkan mereka dari penjara. Ia bertekad untuk menyelam
Lie Feng tersentak bangun dari tidurnya, keringat dingin membasahi tubuhnya. Mimpi-mimpi itu masih menghantuinya, lebih nyata daripada kenyataan. Kali ini, bukan hanya bayangan-bayangan gelap yang mengejarnya di dalam hutan belantara yang sunyi dan gelap, tetapi juga kilasan ingatan yang lebih jelas, lebih menyayat hati. Ingatan tentang ibunya, wanita misterius yang telah mengajarkannya segalanya, terluka parah, menyerahkan kalung giok kepadanya sebelum akhirnya kekuatannya padam. Ia melihat sosok ibunya yang lemah dan penuh luka, tetapi matanya tetap memancarkan kekuatan dan kasih sayang yang dalam. Lie Feng kecil menangis tersedu-sedu, memeluk erat kalung giok tersebut sebagai satu-satunya kenangan yang tersisa.Ia duduk, merasakan beban berat masa lalu yang baru saja terungkap. Bukan hanya sekadar mimpi, tetapi pengungkapan yang mengubah segalanya. Ia adalah "anak yang dipilih," pemilik kekuatan luar biasa yang tersembunyi dalam dirinya, diwariskan dari generasi ke
Mimpi-mimpi Lie Feng semakin intens, detailnya begitu nyata hingga terasa seperti kenangan. Ia melihat dirinya, masih kecil, berlatih di bawah bimbingan seorang wanita misterius di sebuah tempat terpencil yang diselimuti kabut. Bukan sekadar seni bela diri biasa yang diajarkan wanita itu, melainkan teknik-teknik yang mengendalikan energi dalam, kekuatan yang melampaui batas kemampuan manusia. Gerakan-gerakan wanita itu lincah, seperti tarian kematian yang mematikan. Lie Feng kecil menyerap setiap gerakan, setiap kata, setiap tatapan tajam dari sang guru misterius. Wanita itu, dengan rambut hitam panjang yang terurai, tersenyum lembut namun tatapannya menyimpan kekuatan yang luar biasa.“Fokus, Lie Feng,” suara wanita itu bergema di telinganya, lembut namun tegas. “Kekuatan sejati bukan terletak pada otot, melainkan pada kehendak hati.”Lie Feng berlatih keras, tubuh kecilnya berkeringat, namun semangatnya tak pernah padam. Malam demi malam, mimpi itu berulang, memperlihatkan kema
Ruangan itu sunyi, hanya diselingi oleh suara napas Lie Feng yang tersengal-sengal. Luka-lukanya parah, kulitnya pucat pasi, dan keringat dingin membasahi dahinya. Pertempuran melawan Vashta yang telah berubah telah meninggalkan bekas yang dalam, bukan hanya pada tubuhnya, tetapi juga pada jiwanya. Lebih dari rasa sakit fisik, yang menghantuinya adalah serpihan-serpihan ingatan yang muncul dalam mimpi-mimpi yang intens dan kacau. Mimpi-mimpi yang bukan sekadar gambaran biasa, tetapi serangkaian adegan yang hidup, penuh simbolisme dan misteri yang mencekam.Lin Xue, Mei Lin, dan Jian berjaga di sampingnya. Kecemasan tampak jelas di wajah mereka. Wajah Lie Feng tampak menegang, tersiksa oleh sesuatu yang tak nampak."Dia masih belum sadar," bisik Mei Lin, suaranya penuh keprihatinan. Ia menatap Lie Feng dengan tatapan yang penuh simpati. "Mimpi-mimpinya… semakin intens sejak pertempuran itu.""Ya," jawab Jian, suaranya juga rendah dan hati-hat