Share

Raja Tanpa Mahkota
Raja Tanpa Mahkota
Author: Kyliansyah

1. Tragedi di Hotel Mivart

Malam ini seharusnya James Seremion merasa bahagia dan terhormat karena mewakili perusahaan. Menghadiri sebuah pesta yang diselenggarakan oleh Wiseman Group selaku induk perusahaan tempat dia bekerja. Seharusnya pula dia merasa gembira menghadiri pesta bergengsi yang diadakan dua kali dalam setahun oleh Wiseman Group - salah satu perusahaan terbesar di Britania Raya - untuk meningkatkan kerjasama antar-perusahaan yang ada di bawahnya.

Pesta yang diadakan Wiseman Group selalu menjadi ajang adu gengsi - dipenuhi oleh para petinggi perusahaan, kolega serta para bangsawan. James cukup beruntung karena meski menempati jabatan rendah, dia dipilih oleh Nyonya Scarlet Amstrong sang direktur perusahaan untuk datang menghadiri pesta tersebut sebagai pendampingnya.

Namun sungguh malang nasib pemuda yang sudah yatim piatu ini. Bukannya mendapat kehormatan dan kebahagiaan karena dapat menghadiri pesta tersebut, tapi justru penghinaan dan caci maki yang diterimanya. Di tengah kemeriahan pesta yang tengah berlangsung itu, dia menaruh curiga pada seorang perempuan yang dia duga adalah tunangannya. Penampilan serta kesan yang dimiliki sosok perempuan tersebut memang sedikit berbeda, tapi James sangat yakin bahwa itu adalah tunangannya. 

James memperhatikan perempuan itu sedari awal pesta. Dia - perempuan itu -begitu mesra bersama seorang lelaki yang tidak pernah James kenal pun ketahui. Bahkan di tengah kemeriahan pesta, tanpa malu mereka berciuman mesra penuh nafsu.

Tak kuasa lagi menahan gejolak amarah yang telah menggelora di dalam dadanya. James pun memanggil perempuan itu, sekali pun dia belum yakin betul jika perempuan itu adalah tunangannya.

“Elizabeth!” ucap James memanggil seorang perempuan itu dengan nada tinggi.

Merasa dipanggil dari arah belakang, Perempuan itu menoleh. Dia terkaget, matanya terbelalak melihat sosok James yang juga ada di pesta tersebut. 

Dugaan James  terbukti benar, perempuan itu ialah tunangannya. Seorang wanita cantik nan anggun yang berasal dari salah satu keluarga terkaya di Kota London, bernama Elizabeth Baines. 

“James? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Elizabeth seolah dia tak berdosa, seraya melepaskan genggaman tangan pria di sebelahnya.

“Dasar pelacur! teganya kau selingkuh setelah apa pun kulakukan untukmu!” bentak James penuh amarah, membuat seisi ruangan pesta mengarahkan perhatian padanya.

“Tidak James, aku tidak berselingkuh. Aku berani bersumpah,” ucap Elizabeth menyangkal perbuatannya yang jelas-jelas sudah terbukti.

“Jaga mulutmu bajingan!” ucap lelaki yang bersama Elizabeth. Amarahnya tersulut karena mendengar perkataan kasar dari James. Membuat dia tanpa pikir panjang melayangkan sebuah pukulan.

BUG! 

Sebuah pukulan mendarat tepat di pipi kanan James, membuatnya terhuyung. James pun tak tinggal diam, meski berbadan lebih kecil dari lelaki yang bersama Elizabeth tapi James adalah seorang ahli bela diri yang telah mempelajari berbagai macam disiplin ilmu. Mereka pun terlibat pertikaian hingga membuat suasana pesta berantakan tak terkendalikan. Saling pukul, tendang, cekik dan banting mewarnai pertikaian dahsyat itu.

“James – Raul, ku mohon hentikan!”  seru Elizabeth. Bahkan dengan seruan itu pun tak mengehentikan pertikaian antar keduanya. Sampai beberapa orang dari pihak keamanan hotel datang melerai pertikaian tersebut, barulah pergulatan fisik itu bisa terhentikan. 

James yang tengah dipegangi oleh beberapa orang, baru menyadari bahwa di ruangan tersebut tidak hanya ada Elizabeth seorang. Rupanya di sana berdiri pula seluruh keluarga Baines lengkap mulai dari ayah, ibu dan kedua kakak laki-laki dan perempuan Elizabeth. 

Wiliiam sang ayah dan Rufus yang merupakan kakak laki-laki Elizabeth memandang hina kepada James, sedang ibu dan kakak perempuan tunangannya itu menghina James tanpa ampun seolah dia adalah kotoran paling hina di dunia.

“Rendahan! tidak tahu malu! lihat apa yang sudah kau perbuat di sini! Apa kau sudah puas mempermalukan kami? Dasar anjing kampung!”hina Victoria Baines yang tidak lain adalah ibunda Elizabeth. Begitu marahnya dia karena merasa dipermalukan oleh James, hingga wajahnya berwarna merah padam.

Tak kalah dengan sang ibu, kakak perempuan Elizabeth pun tak kalah melontarkan cacian yang begitu perih.

“Orang rendahan sepertimu memang tidak sepantasnya menghadiri pesta elegan seperti ini! Kau harusnya berkaca! tempat orang sepertimu adalah di pembuangan sampah, tidak lebih! sekali anjing jalanan akan tetap menjadi anjing jalanan! Akan kupastikan kau menerima balasanya karena telah mempermalukan kami!” hardik Alexandra Baines.

James hanya bisa diam tanpa bisa membalas satu pun perkataan mereka, dia hanya diam membisu sambil menahan amarahnya. Elizabeth hanya berdiri sambil terdiam, tak satu pun kalimat keluar untuk membela James, lelaki yang menjadi tunangannya.

Keriuhan yang disebabkan oleh perkelahian antara James dan Raul menyedot seluruh perhatian tamu pesta, musik pengiring pun terhenti karena kegaduhan yang mereka buat. Ditengah keheningan yang tercipta dari kekacauan itu, jerit seorang perempuan tiba-tiba terdengar dari sudut yang berlawanan arah dari tempat pertikaian itu terjadi.

“Aa...!” Jerit seorang perempuan dengan keras hingga melengking tajam masuk ke pendengaran.

Seluruh hadirin yang semula perhatiannya tengah terfokus pada perkelahian antara James dan Raul, dalam waktu sekejap mengarahkan pandangan mereka ke pusat jeritan itu berada. Mereka terlalu fokus pada perkelahian antar dua lelaki yang tak imbang fisiknya itu, sampai tak menyadari bahwa di ruangan yang sama telah terjadi sebuah kejadian yang amat mengerikan.

Disana, di dekat salah satu pintu keluar aula, tergeletak sesosok mayat yang telah bersimbah darah.  

Para tamu yang menghadiri acara itu pun tak dapat menutupi kepanikan mereka. orang-orang mulai berlarian, berlomba-lomba untuk segera keluar dari ruangan tersebut. Jeritan perempuan-perempuan terdengar di sana dan sini, para pria pun tak kalah ngeri melihat mayat yang masih segar bermandikan darah tergeletak di dekat salah satu pintu keluar.

Ruangan yang tadinya meriah seketika berubah menjadi ajang kekacauan dan kepanikan. Tak terhindarkan lagi hingga James pun terseret kedalam gelombang manusia yang ingin segera keluar dari ruangan tempat teradinya pembunuhan, tak seorang pun ingin tinggal dan berlama-lama di sana.

Begitu pula dengan seorang James, dia ingin segera pergi sebelum masalah semakin rumit dan runyam. Tapi karena berjubel di satu pintu keluar, pintu itu pun seolah mampat. Arus manusia yang ingin keluar dari ruangan itu terlalu banyak untuk sebuah pintu yang berukuran tak terlalu besar.

Mereka berdesakkan, menyikut, menyeret, apa pun dilakukan untuk bisa segera keluar. Beruntung sebuah tangan meraih James, menyeretnya keluar dari tangah-tengah gelombang kekacauan tersebut.

“Ikuti aku!” ucap Nyonya Scarlet dengan wajah sangat serius.

Tidak seperti orang-orang lain yang berjubel ingin keluar dari pintu di ujung seberang mayat. Nyonya Scarlet justu menyeret James keluar melalui pintu yang ada di dekat mayat itu berada.

Sekilas James sempat melihat mayat yang baru saja terbunuh itu. Dengan jelas dia melihat darah segar mengalir secara perlahan keluar dari luka di lehernya.

Bulu kuduk James meremang luar biasa memandang mayat yang sudah terbujur kaku, batin James bergejolak ngeri mendapati pemandangan yang baru pertama dia lihat. 

Dia dan Nyonya Scarlet pun terus berlari menjauh dari ruangan itu, mereka berlari menuju sebuah kendaraan berlogo kuda jingkarak yang terparkir di halaman Hotel Mivart, tempat pesta itu diselenggarakan. 

James berlari di belakang bosnya. tak pernah disangka oleh dia bahwa Nyonya Scarlet yang bertubuh sintal bak super model bisa berlari begitu cepat.

“Cepatlah James! sebelum para polisi datang dan menahan kita untuk diintrogasi,” ucap Nyonya Scarlet.

Nyonya Scarlet pun melemparkan kunci mobil kepada James, kali ini dia yang memegang kendali atas mobil mewah tersebut. James bersyukur, karena cara mengemudi Nyonya Scarlet yang seperti pembalap liar saat menuju ke pesta, membuatnya tak henti menarik nafas panjang tiap kali mobil yang mereka kendarai hampir menambrak kendaraan lain. Jantung James hampir dibuat berhenti tiap kali kejadian itu terjadi.

“Syukurlah aku tidak harus buru-buru menghadap malaikat maut seperti orang tadi,” ucapnya dalam batin.

Mereka segera menaiki mobil mewah itu. Kemudian melesat meninggalkan Hotel Mivart sebelum para polisi datang untuk memeriksa mayat yang ada di sana.

Karena bergegas, mereka berkendara dengan tak jelas arah dan tujuannya. Ditengah perjalanan itu, NyonyaScarlet menengok wajah James. Dia menyadari bahwa wajah James tak lagi tampak cerah seperti sebelumnya ketika berangkat menuju pesta. Kini wajahnya murung, pucat, dan tampak penuh keputusaan.

Melihat wajah bawahannya begitu sendu membuat Nyonya Scarlet tak kuasa lagi membendung rasa simpatinya, yang tanpa dia sendiri sadari telah merembes keluar. Entah apa yang membuat perempuan yang dikenal paling kejam seantero Wiseman Trade’s – perusahaan tempat James bekera – itu melunak dan mengajak James pergi ke sebuah PUB untuk menenggak beberapa minuman keras, sekadar untuk meringankan perasaan buruk yang dirasakan oleh James akibat apa yang dia alami. 

James pun menyetujui ajakan Nyonya Scarlet, kondisinya memang sedang sangat buruk, bahkan sangat terpuruk, akibat pengkhianatan dan hinaan yang dia alami secara berbarengan. Mungkin minuman beralkohol tidak akan mengobati perasaan yang terkoyak. Tetapi meski demikian, alkohol selalu menjadi kawan baik bagi mereka yang terluka hatinya. Sekadar melupakan masalah walaupun hanya sesaat.

Jemes pun tak ubahnya orang-orang eropa lain yang suka meminum alkohol untuk melepaskan lelah, setres atau perasaan apa pun yang membebani diri mereka. Dengan minuman itu, dia berharap untuk sesaat dapat melupakan rasa pedih dan perih yang kini tengah menumpuk dan membelenggu.

Ajakan itu rupanya bukan sekedar ajakan biasa. Nyonya Scarlet telah menyiapkan sebuah rencana untuk James.

Disusun dan dirancang sedemikian rupa, ditambah kondisi james yang tengah terpuruk membuat rencana itu kian mulus berjalan tanpa menimbulkan kecurigaan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status