Share

2. Secawan Dosa

Saat akan munuju ke sebuah Pub, rupanya Nyonya Scarlet tidak mau pergi ke sembarang Pub. Dia merupakan seorang yang cukup pemilih. Nyonya Scarlet pun meminta kepada Jemes untuk ke sebuah Pub yang berada di pinggiran sungai Thames di Kota London.

Tempat itu tidak terlau jauh dari hotel Mivart tempat pesta penuh kekacauan itu berlangsung. Tak terlalu lama berkendara mereka sampai ke tempat yang maksud oleh Nyonya Scarlet itu. Di depannya bertuliskan“Black Friar”, siapa pun yang pernah tinggal di Kota London pasti mengetahui Pub legendaris ini. Salah satu yang tertua dan salah satu yang terbaik di Kota.

Dari cara memilih tempat untuk minum, James jadi mengetahui satu hal, yakni Nyonya Scarlet merupakan perempuan cantik nan sexy dengan selera dan standar yang sangat tinggi dalam menentukan sesuatu.

Masuklah kedua orang itu ke dalam, memesan beberapa botol minuman beralkohol. Nyonya Scarlet sepertinya memang sudah berlangganan dengan tempat ini, hingga sang “master” atau pemilik Pub cukup mengenali dia dan melemparkan sebuah sapaan dengan hangat kepadanya.

James dan Nyonya Scarlet mengambil tepat duduk di salah satu pojok ruang tempat itu. berhiaskan nuansa klasik, berlampu temaram dan di kelilingi oleh jendela berkaca bening untuk melihat keluar Pub, membuat suasana tempat itu begitu nyaman untuk melepas penat.

Kebetulan sedang tidak terlalu ramai sehingga mereka bisa menikmati suasana untuk meredekan setres dan mendinginkan hati serta pikrian. Entah itu sebuah kebetulan belaka atau mungkin karena awan mendung yang sedari sore sudah memayungi Kota London, membuat orang enggan untuk melangkahkan kaki keluar rumah - takut akan basah oleh hujan.

Belum lama mereka meletakkan tubuh pada tempat duduk, minuman yang dipesan sudah mulai berdatangan satu demi satu. Kedunya pun langsung menenggak minuman-minuman beralkohol itu seolah kerongkongan mereka begitu kering dan haus.

“Cheers,” Nyonya Scarlet melontarkan sebuah kata yang selalu menjadi pembuka bagi siapa pun yang akan meminum-minuman beralkohol. Tetapi ucapan itu bukan dimaksudkan untuk merayakan suatu kebahagiaan, melainkan agar mereka yang meminum itu dilimpahi keberuntungan.

Perbincangan hangat pun terlajin antara James dan Nyonya Scarlet. Mereka terhanyut dalam senda gurau yang tidak jelas arah tujuannya seiring tetes demi tetes minuman beralkohol itu mengalir ditenggorokan. Apa pun menjadi topik perbincangan mereka, mulai dari pembunuhan yang baru tadi terjadi hingga membicarakan orang-orang yang ada di perusahaan.

“Apa kau tahu identitas orang tadi dibunuh James?” tanya Nyonya Scarlet yang sudah mulai mabuk.

“Tidak Nyonya aku sama sekali tidak tahu siapa dia,” Jawab James sambil menggelengkan kepala.

“Kau ini benar-benar bodoh dan tidak tahu apa-apa yah? Ucap Nyonya Scarlet dengan wajah memerah karena banyaknya minuman beralkohol yang dia minum. Tak juga mau berhenti, kembali dia tuang minuman-minuman itu pada gelas miliknya.

Setelah menenggak minuman berjenis wine didepannya, wajah Nyonya Scalet menunjukan sebuah kepuasan yang tak terlukiskan, lalu dia mulai kembali melanjutkan perkataanya,” Pria itu bernama Harry Blackhound, dia adalah kepala bidang keuangan dan hukum di perusahaan pusat kita James. Dia mengabdi cukup lama pada perusahaan, membuatnya punya kedekatan khusus dengan Tuan Wiseman – sang pemilik perusahaan. Mereka yang berani melakukan ini tidak tahu akan berhadapan dengan siapa...glek,” ucap Nyonya Scarlet sembari menenggak lagi minuman dihadapannya.

Dari semua hal dibicarakan itu, sering kali terselip perbincangan mengenai masalah pribadi mereka. Kian malam kian banyak pula minuman keras yang ditenggak oleh mereka, keduanya pun semakin terhanyut dalam rintikan hujan yang mulai turun secara perlahan.

Sebatang rokok mulai disulut oleh Nyonya Scarlet, lalu dia isap dalam-dalam rokok itu. Kepulan asap keluar dari sela-sela mulutnya, wajahnya menunjukkan kepuasan. Seolah asap itu turut pula melambungkan masalah yang dia pikul. Melihat hal itu, membuat James penasaran.

“Maaf nonya, boleh saya minta sebatang?” tanya James kepada Nyonya Scarlet sambil menunjuk sebuah kotak yang berisi batangan rokok yang terletak di depannya.

“Tentu ambilah james, tidak perlu sungkang.” Jawab Nyonya Scarlet

Diambilnya sebatang rokok itu lalu dinyalakan oleh James. Dia isap dalam-dalam hingga kepulan asap keluar dari celah tembakau yang tersusun rapi itu.

“uhuk uhuk...” James langsung terbatuk, karena sebelumnya dia memang tidak pernah merokok.

“Hei James? kau tak apa? pelan-pelan dan santa saja. Ini minumlah dulu, ” ucap Nyonya scarlet sambil menyodorkan sebotol air yang memang sedari awal sudah dia pesan untuk sesekali membilas minuman beralkohol yang terlalu keras.

James meraih sebotol air tersebut dan meminumnya dengan cepat. Sebenarnya dia merasa malu akan hal itu, seorang lelaki dewasa terbatuk karena mengisap sebatang rokok adalah suatu hal yang luar biasa konyol. Tapi perasaan itu bisa dia redam berkat efek dari banyaknya alkohol yang dimimum, sampai membuat setengah kesadarannya menghilang.

Meski terbatuk ketika pertama kali mengisap rokok, tidak membuat James berhenti. Dia masih penasaran untuk menemukan letak kenikmatan lintingan tembakau itu. Setelah tiga sampai empat kali isapan, barulah James merasakan kenikmatan dari sebatang racun yang dia pegang. Pikirannya menjadi lebih tenang, kekalutannya mulai mereda dan tensi darah yang mengalir di otaknya mulai menurun.

Hujan yang kian deras membawa James dan Nyonya Scarlet pada pembicaraan yang lebih jauh dan lebih dalam. Lama berbincang kesana kemari membuat James jadi jauh lebih mengenal sosok bos di hadapannya itu. Berselera tinggi, juga sangat hangat dan menyenangkan jika diajak untuk berbicara.

Ini memang kenyataan yang berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat jika harus dibandingkan dengan kepribadiannya ketika bekerja. Aneh, tetapi james yang sudah setengah sadar pun masih bisa menyadari sisi lain dari Nyonya Scarlet, itu karena perbedaan kepribadian begitu kontras bisa dia saksikan dari bosnya.

Malam pun kian larut, riuh suara rintik hujan tak juga menunjukkan pertanda akan mereda. Seakan langit mengetahui duka lara hati James, dia terus guyurkan airnya hingga terbilas bersih rasa pedih itu hingga tak bersisa barang setitik. Kian deras langit menangis, menghanyutkan james pada alkohol. Dia sungguh telah mabuk oleh minuman setan itu.

Kepulan asap rokok pun tak berhenti keluar dari mulut James meskipun ini adalah yang pertama kali dia mengisap benda tersebut. Terus bersambung antara minuman keras dan rokok membuat James tak lagi kuat menahan dirinya untuk jatuh dalam ketidak sadaran akibat terlalu mabuk.

***

Terik sinar mentari di pagi hari menelisik masuk melawati gorden-gorden yang sedari malam telah tertutup dengan rapat. Kicauan burung saling bersautan satu sama lain, menandakan bahwa pagi telah turun ke dunia. James pun terbangun dengan tidak mengingat sama sekali kejadian semalam. Didapati dirinya tengah tertidur pada sebuah ranjang besar, disebuah kamar yang begitu megah. Di sana, di ranjang itu, dia tidak sendirian. Tepat disebelahnya, tidur seoang perempuan yang begitu menawan, dia tidak lain adalah Nyonya Scarlet, bosnya di perusahaan. Sedikit gerakan dari James membuat Nyonya Scarlet terusik dan akhirnya turut terbangun.

“Hmmmm kau sudah bangun James?” tanya Nyonya Scarlet dengan setengah mengantuk

“ehh iya Nyonya, aku sudah bangun.” Jawab James singkat dengan nada ragu-ragu karena masih bingung dengan keadaan yang dialaminya

“Sudahlah, mulai sekarang dan seterunya kamu sudah tidak perlu memanggilku Nyonya....hoam” ucap Nyonya scarlet sambil menguap mengumpulkan kesadarannya

James masih mencoba mencerna perkataan Scarlet secara perlahan, otaknya berputar keras akibat diliputi kebingungan yang luar biasa. Dia sama sekali tidak ingat apa yang terjadi semalam. Ketika telah tersadar, dia hanya tahu telah tidur seranjang dengan direktur perusahaannya. Belum lagi perempuan itu sudah dalam keadaan hanya mengenakan pakaian dalam, sehingga tubuh sintalnya dapat dilihat dengan jelas oleh James. Membuatnya menelan ludah akibat desis nafsu yang mulai menggerogoti akal sehatnya.

Dilain sisi, James semakin dibuat pusing dengan perkataan bosnya. Dia yang biasa di panggil “Nyonya” mendadak mengatakan bahwa James tidak perlu lagi memanggilnya seperti itu, cukup menyebutkan nama saja. Dengan mengatakan demikian, seolah Scarlet menegaskan bahwa sudah tidak ada lagi jarak di antara mereka berdua. Sekarang yang menjadi pertanyaan terbesar dalam benak James adalah :

“Apa yang sudah ku perbuat semalam?”

Kedua tangannya memegang erat kepala yang masih berat akibat efek samping karena terlalu banyak minuman beralkohol yang dia minum tadi malam. James mencoba berpikir dengan keras, mencoba sekuat tenaga mengingat apa yang telah dia lakukan semalam sampai membuat Scarlet berperilaku sedemikian manis kepadanya. Kosong – tak ada jawaban apa pun keluar dari kepala James.

“Ya Tuhan....apakah aku melupakan begitu saja kenikmatan tubuh Scarlet karena terlalu mabuk? Kalau begini aku sama saja tidak melakukan apa pun dengannya. Tidak! aku tidak boleh lupa, ayo ingatlah James!” ucap James dalam batin penuh penyesalan

Scarlet dibuat bingung dengan kelakukan James. Dalam pandangan Scarlet, dia melihat James seperti orang yang baru saja menjatuhkan dompet dengan sengaja dipinggir jalan. kemudian setelah beberapa saat, dia menyesali tindakkan bodohnya itu lalu dengan sadar mencarinya kembali.

“James? Kau sedang memikirkan apa?” tanya Scarlet tidak kalah bingung melihat James

“Jawablah dengan jujur Scarlet,” Lanjutnya “Apa aku sudah melakukan sesuatu padamu semalam? Atau kita telah melakukan sesuatu, hingga engkau bersikap sedemikian manis padaku?” tanya James

“Tidak, kita tidak melakukan apa-apa,” sambungnya “ohhh yang kau maksud melakukan ini” ucap Scarlet sambil memegang sesuatu milik james yang sudah mulai bangkit memberontak ingin dikeluarkan.

Cuma lelaki berpenyakit yang tidak bangkit gairah dan birahinya ketika di samping tempat dia tidur ada seorang perempuan cantik nan sexy hanya megenakan pakaian dalam, hingga terlihat jelas dua buah melon yang begitu bulat serta pantat yang tak kalah sempurna miliknya. Mungkin bagi mereka yang disebut orang suci, menahan goda’an sedahsyat ini hanyalah perkara sepele semudah membalik telapak tangan. Namun sayangnya James sama sekali bukan salah satu dari orang-orang tersebut, dia hanyalah seorang pria normal dengan segela nafsunya.

Digoda dengan cara sefrontal itu tentu membuat tembok pertahanan lelaki mana pun akan rubuh, demikian pula dengan James. Disambutnya nafsu itu dengan melumat bibir Scarlet, seolah bibir itu adalah sebuah permen paling nikmat yang pernah dia kecap. Tak kalah dengan James, Scarlet memberikan perlawanan yang cukup sengit dengan jari-jarinya yang mulai merambat masuk kedalam celah-celah celana yang dikenakan oleh James.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status