/ Fantasi / Raja Terakhir Dinasti Wang / Bab 4 Menyambut Tamu

공유

Bab 4 Menyambut Tamu

작가: Selene21
last update 최신 업데이트: 2021-11-19 21:58:03

Kemah Pasukan Taichan, Kota Jingzhou

Kamp pasukan Taichan di perbatasan kota Jingzhou sedang sibuk berbenah dan mempersiapkan kunjungan Menteri Militer, yang tak lain adalah ayah dari Jenderal Besar Li Deyun. Penghuni tenda berwarna ungu dengan tulisan berwarna emas itu lalu lalang mengerjakan tugasnya masing-masing.

“Cepat benahi semua pagar pembatas yang rusak karena badai semalam. Juga bereskan arena latihan. Simpan semua senjata dan pastikan dalam keadaan bersih!” Deyun melontarkan banyak perintah sekaligus.

“Baik, Jenderal!”

“Ji Mong, katakan pada Zening tentang kedatangan Menteri Militer. Peringatkan dia untuk tetap berada di tendanya,” imbuh Deyun dengan raut panik.

“Baik, Jenderal!”

Deyun duduk di balik meja kerjanya, melanjutkan mempelajari peta kota Wu. Kabar terbaru dari mata-mata yang disebarnya, pemimpin kota Wu sedang merencanakan sebuah pemberontakan. Jumlah tentaranya tidak kalah bila dibandingkan dengan tentara kota Wu, tapi masalahnya mereka mendatangkan bantuan dari kelompok perampok Bulan Sabit yang terkenal kejam dan memiliki ilmu bela diri tinggi.

“KAK!” seorang gadis cantik masuk dengan wajah kesal.

Deyun mengabaikan teriakan protes adiknya. ‘Dia pasti ingin marah padaku.’

“Kakak, kau sengaja mengabaikanku!”

Deyun mendongak perlahan, berusaha keras menahan tawanya ketika melihat raut jengkel di wajah cantik adiknya. “Ada apa?”

“Ada apa? Apa benar kau memintaku tetap tinggal di tenda?”

“Ya, hanya untuk dua hari ke depan.”

“Apa?! Dua hari? Bahkan sehari saja aku enggan.” Zening duduk dengan kasar di atas kursi kayu. “Kak, izinkan aku pergi berburu besok. Aku akan menangkap banyak buruan untuk dihidangkan saat ayah datang,” rayunya dengan mata dibuat memelas.

Ji Mong berlari masuk dengan wajah pias. “Jenderal! Nona menolak ….” kalimatnya terpotong begitu melihat Zening sedang melotot padanya.

“Ada apa, Ji Mong?”

Ji Mong hanya menunduk tanpa berani mengangkat kepalanya. “Maafkan saya, Jenderal. Saya gagal menjalankan misi yang Anda berikan,” akunya lirih.

Deyun tersenyum lebar seraya memutari mejanya. “Pergilah, jangan sampai kamu babak belur karena terus berada di sini,” gurau Deyun sambil menepuk bahu anak buahnya itu.

Ji Mong memberi hormat dan bergegas pergi, sebelum terkena pukulan dan tendangan lagi dari jenderal wanita yang sedang duduk menatap marah ke arahnya.

“Kau apakan dia?”

“Tidak ada, hanya sedikit latihan sore. Kau belum menjawab pertanyaanku, Kak.”

“Zening, malam nanti ayah akan datang mengunjungi kita. Rencananya akan tinggal selama dua hari di sini untuk membahas beberapa masalah pemberontakan yang akhir-akhir ini santer terdengar. Jadi aku minta, jangan membuatnya khawatir.”

“Kak, aku hanya akan pergi berburu, bukan membuat onar. Jadi tidak akan membuatmu dan ayah khawatir,” bantah Zening.

“Ayah sudah semakin tua. Dengan kau memaksa tinggal di sini saja, ayah sering merasa khawatir. Bisa kau bayangkan bagaimana khawatirnya dia bila tidak menemukanmu di tenda.”

Zening mendesah. Hatinya selalu saja lemah bila berurusan dengan usia ayahnya. “Hhh, baiklah. Aku akan tinggal di tenda. Tidak akan keluar kecuali kau memanggilku. Apa begini sudah bisa?”

Deyun maju mendekati adiknya. “Ini baru adik kebanggaanku,” ucapnya seraya mengacak ujung kepala Zening, membuat lengannya dicekal sebelum menyentuh rambut Zening.

Tap.

“Ingat, Kak! Aku adalah Jenderal Li Zening, satu-satunya jenderal wanita di sini. Jaga sikapmu!” ketus Zening marah sambil berlalu pergi, diiring gelak tawa Deyun yang menggelitik hati.

“Ji Mong!”

“Ya, Jenderal.” Ji Mong bergegas masuk.

“Pastikan kamu menyimpan pelana Zening di tempat yang paling aman.”

“Baik, Jenderal.”

****

Kediaman Ratu Qi, Istana Selatan

“Berhenti.” Seorang pengawal kerajaan menghadang jalan.

“Sampaikan pada Ratu Qi, Zhao Ziliang ingin menghadap.”

Pengawal itu masuk ke dalam istana. Tak lama kemudian telah kembali ke depan Kanselir Zhao. “Silakan, Ratu sudah menunggu.”

“Zhao Ziliang menghadap Ratu Qi.” Ziliang menunduk memberi hormat.

“Aku sudah menunggumu. Lama tidak terdengar kabar tentang pengiriman garam dari Selatan.” Dengan anggun, Suying mengangkat cawan teh dan menyesapnya perlahan.

“Maafkan pria tua ini, Yang Mulia. Saya mendapat kabar bahwa Jenderal Li Deyun sedang memperketat pemeriksaan di setiap pintu gerbang perbatasan karena isu pemberontakan yang kita sebarkan untuk memecah konsentrasi Menteri Militer.”

“Lalu bagaimana dengan kereta barang yang datang dari Selatan?” tanya Suying sembari menegakkan punggungnya.

“Beberapa kereta barang terpaksa harus menepi sambil menunggu penjagaan menurun, Yang Mulia.”

“Sial!” Suying meletakkan cawan tehnya dengan kasar ke atas meja. “Pikirkan cara lainnya, lewat perairan atau jalur lainnya. Kamu yang harusnya lebih tahu.” Suying mengibaskan lengan hanfunya dengan sebal.

“Dan satu lagi, bantu aku mencari calon istri yang tepat untuk Pangeran Wang Su. Dia harus segera memiliki anak laki-laki agar posisinya sebagai Putra Mahkota tidak tergantikan.” Suying menggeleng sedikit kencang hingga tusuk kondenya saling beradu, menimbulkan bunyi gemerincing.

“Kita tidak bisa berharap penuh pada Su’er. Dia pemuda yang kurang bergairah, hanya memikirkan kesenangannya sendiri,” gerutu Suying.

Ziliang mengangguk sepakat. “Saya akan pikirkan calon pendamping yang tepat untuk Pangeran Wang Su. Yang Mulia, beberapa kali saya melihat juru tulis istana masuk ke Istana Barat, apa Baginda banyak menulis dekrit?”

“Entahlah, sudah beberapa hari Baginda tidak berkunjung ke sini ataupun ke tempat Selir Chu. Dia menenggelamkan diri dalam pekerjaan.”

“Maafkan kelancangan saya, Yang Mulia. Apakah mungkin Baginda sudah menuliskan surat wasiat? Karena menurut perhitungan tabib kerajaan, ramuan yang selalu Baginda minum sudah waktunya menunjukkan reaksi.”

Suying berpaling dengan mata berbinar. “Benarkah? Kalau begitu, besok pagi-pagi sekali aku akan mengunjunginya. Aku akan mendesaknya segera menobatkan Wang Su sebagai Putra Mahkota. Tentunya ini akan lebih mudah setelah aku berhasil mengirim Wang Yang ke perbatasan.”

“Mengenai tuduhan penggelapan pajak, saya sudah meminta petugas pengadilan untuk membuat bukti palsu yang mengarah pada Li Daehan. Hanya tinggal menunggu perintah untuk bergerak.”

“Bagus, setelah Menteri Li ditangkap, aku akan memerintahkan hakim pengadilan untuk menjatuhkan hukuman berat padanya. Keberadaannya sangat mengganggu kelancaran bisnis kita dan aku tidak suka itu.”

“Anda tidak perlu khawatir, Yang Mulia. Saya sudah menyiapkan rencana matang untuk menjebak Li Daehan dan keluarganya. Setelah dia tertangkap dan Pangeran Wang Su menjadi Putra Mahkota, maka seluruhnya akan berada di bawah kendali Anda, Yang Mulia.”

Suying menyeringai senang. “Aku sudah tidak sabar menunggu semua itu terjadi.”

“Kalau tidak ada yang lain, saya pamit undur diri, Yang Mulia.” Suying mengangguk seraya merentangkan lengan kanannya, mempersilakan Ziliang keluar.

“Tunggu,” cegah Suying seraya mengangkat tangannya. “Setelah aku pikir lagi, sebaiknya kita nikahkan putri semata wayangmu dengan Wang Su. Bukankah itu saling menguntungkan bagi kita?” tawar Suying.

Zhao Ziliang adalah kanselir agung, setara dengan perdana menteri yang bertugas sebagai penasihat raja, sekaligus adik ipar ratu dari pihaknya. Dia yang selama ini selalu membantu segala urusan ratu untuk mencapai ambisinya, termasuk menyingkirkan orang-orang yang menghalangi jalannya.

Mata Ziliang berbinar mendengar ucapan ratu yang sejalan dengan pemikirannya. Seketika ia berlutut dan bersujud menerima kebaikan hati ratu. “Ratu Qi panjang umur dan diberkati. Terima kasih, Yang Mulia.”

“Segera persiapkan semua yang diperlukan untuk membawa putrimu memasuki istana. Sebelum aku umumkan, dia harus mengikuti pelajaran tentang Etika Istana agar tidak memalukan keluarga kerajaan.”

Masih dengan bersujud. “Baik, Yang Mulia. Akan segera saya siapkan.”

*****

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 80 Kembali Seutuhnya

    “Aku akan memanggilmu lagi saat membutuhkan,” ucapnya masih membelakangi Weqing.“Ya, dengan senang hati, Yang Mulia.”Lan Weqing mengenakan kembali baju seragamnya dengan hati berbunga. Penantian panjang dan tindakan-tindakan yang diambilnya untuk mendapatkan Mu Lan, berujung kebahagiaan. Senyumnya terus mengembang.“Jenderal,” panggil Mu Lan membuat Weqing berbalik cepat menghadapnya.“Ya, Yang Mulia.”Mu Lan mendekat dengan langkah gemulai. Tangannya mendarat lembut di bahu Weqing. Ujung jari telunjuk kanannya bergerak turun dengan gerakan memutar menyusuri dada Weqing, membuat pria itu menggelinjang girang.“Y-yang Mulia, secepat ini?” tanya Weqing panik sekaligus senang.“Bawa laporan keuangan seluruh kementerian yang bisa kau dapatkan, saat kau datang mengunjungiku lain hari.” Mu Lan menjulurkan lidahnya menyapu rahang Weqing hingga tubuh pria itu bergetar.“K-kapan?” tanya Weqing menggeram menahan hasratnya yang kembali meronta.“Kapanpun kau siap, Jenderal,” desah Mu Lan di wa

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 79 Saatnya Telah Tiba

    Secepat kilat, Zening mendongak tidak percaya. “Kak, kaukah itu?”Wang Yang dan Ru Lan menyingkir menjauhi ranjang, memberi ruang untuk Deyun dan Zening.Alih-alih memeluk adiknya seperti keinginannya tadi, Deyun berlutut dan mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Li Deyun, menghadap Yang Mulia Permaisuri!”“Kak!” pekik Zening lega. “Mereka melepaskanmu?” tanyanya seraya menangkup wajah Deyun yang terlihat tirus dan lelah. “Apa mereka juga menyiksamu?”Li Deyun menggeleng dengan senyum samar menghiasi bibirnya. “Mereka tidak akan berani menyiksa kakak permaisuri,” godanya pada Zening. “Aku menyelinap keluar untuk mengucapkan selamat atas pernikahan dan penobatanmu menjadi permaisuri. Aku harap, kau tidak mengecewakan kami, Rakyatmu.”Dug.Zening meninju perut Deyun kuat-kuat. “Kau berkata begini saat aku khawatir tentangmu? Sungguh keterlaluan!&rdq

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 78-2

    “Kak Yang, aku ….” “Tarik napasmu. Nikmati semuanya.” Wang Yang mulai bergerak cepat. “Ya, begitu ….” Zening merasakan sensasi aneh yang terjadi padanya. Seolah tenaganya terisi penuh setelah lama kering dan kosong. Seluruh otot dan sendinya yang layu, kembali merekah dengan cepat. “Ah, Kak. Aku akan meledak,” bisik Zening sambil terengah mengimbangi gerakan Wang Yang. Wang Yang berhenti dan menatap Zening. “Ini hadiah pernikahanku untukmu. Aku kembalikan semuanya padamu.” Wang Yang mengakhiri kalimatnya dengan sebuah ciuman panjang hingga Zening tertidur pulas. Beberapa lamanya, Wang Yang hanya menatap wajah cantik Zening yang lelap seperti bayi kenyang menyusu. Ibu jarinya mengusap bibir bengkak Zening akibat ulahnya. Tek tek tek. Sebuah ketukan di pintu kamar menarik Wang Yang dari gulungan hasrat yang membungkusnya. Tangannya cekatan menarik selimut menutupi tubuh polos Zening, lalu menarik tirai ranjang hingga menutup semp

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 78-1 Hadiah Malam Pertama

    Trang!Anak panah lain yang melesat cepat dari busur Hanxiu, menabrak anak panah yang nyaris menancap di dada Zening.“Ada penyusup! Ada penyusup!”Entah dari mana asal teriakan itu, seketika semua yang hadir bercerai-berai. Suasana halaman istana menjadi gaduh dan tidak terkendali karena teriakan itu. Setiap orang berlari saling tabrak menyelamatkan diri.“Yang Mulia, sebaiknya kita juga kembali ke istana. Situasinya sulit untuk dikendalikan,” usul Huazhi dengan mata waspada mengawasi udara sekitarnya.“Ayo!” Wang Yang mengulurkan tangannya membawa Zening di bawah perlindungannya. “Ning’er,” tegurnya kala menyadari Zening sedang sibuk mencari sosok yang berhasil menghalau anak panah untuknya.“Yang Mulia, siapa yang menghalau anak panah tadi?” tanya Zening penasaran dengan mata masih mengedar ke sekitar.“Huazhi akan menyelidikinya. Ayo, kita segera kembali ke is

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 77-2

    “Yang Mulia, apa Anda tidak enak badan?” cemas Yuru.“Tidak. Aku merasa kondisiku hari ini adalah yang terbaik dari semua hari sejak aku melangkahkan kaki memasuki istana. Kenapa?” Zening memutar tubuhnya seraya merentangkan gaun sutra paduan warna emas dan merah.“T-tidak.” Yuru menggeleng takut-takut.Akhirnya, Zening tak kuasa menahan tawanya melihat wajah Yuru begitu tertekan akibat perubahan sikapnya, membuat dayang muda itu semakin kebingungan.“Ayo, pasang lagi yang perlu kau pasang.” Zening merentangkan tangannya, bersiap menerima perlakuan selanjutnya.“Sabuk!” pekik Yuru seraya menepuk dahinya.Ketika Yuru setengah membungkuk merapatkan diri memasang sabuk, Zening menundukkan kepalanya sedikit dan berbisik, “Setelah ini, pergilah ke penjara. Temui kakakku dan peringatkan dia untuk tetap waspada.”Yuru mematung, tidak merespon.“Pst! Kau deng

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 77-1 Teror Pernikahan

    Mata Mu Lan melebar. “M-maksudmu kau mengelabuinya?!”“Tidak sepenuhnya. Hanya membuatnya tidak mewaspadaiku.” Wang Yoo berjalan meninggalkan aula.“Aku tidak mengerti jalan pikirannya,” gumam Mu Lan.“Wang Yoo adalah pemuda yang pintar. Isi pikirannya sulit ditebak. Sebaiknya, kita tetap waspada.” Ziliang mengibaskan lengan hanfunya dan berjalan keluar.“Cih! Tidak ada yang benar-benar bertindak demi kepentinganku.” Mu Lan mendesah kesal. “Baiklah, karena kalian hanya memikirkan kepentingan kalian sendiri, maka aku juga akan berlaku yang sama.” Mu Lan memandangi token Rajawali Emas di tangannya dan mulai memikirkan hal apa yang bisa dia buat melalui token kayu itu.“Selir pun tidak masalah asalkan bisa memilikimu dan menyingkirkan lainnya,” gumam Mu Lan seraya tersenyum bengis.Keesokan harinya, seluruh istana sudah sibuk menyiapkan upacara pernikahan raja.

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 76-2

    “Katakan!” titah Wang Yang.Berikutnya, Mao dan Yue bergantian menceritakan kejadian pagi itu di depan kamar pribadi kaisar. Setiap detail kejadian tidak ada yang terlewat karena sebelumnya, Wang Yang sudah berpesan melalui Huazhi agar kedua pengawal itu menceritakan dengan jujur apabila sampai dipanggil menghadap.“Begitulah kejadiannya, Yang Mulia,” tukas Mao di akhir ceritanya.Wang Yang mengedar pandangan sekali lagi. Menatap wajah pejabatnya, termasuk Mu lan dan Ziliang.“Ampun, Yang Mulia! Berdasarkan cerita dua pengawal ini, Nona Li tetap harus dijatuhi hukuman,” ujar Bai He berkeras. “Terbukti dia menghina Putri Mu Lan di depan pengawal rendahan.”Demi menunjukkan kesetiaannya pada ibu suri, Bai He maju membawa petisinya. “Ini adalah petisi dari seluruh pejabat yang bekerja di Biro Tata Krama,” ungkapnya penuh rasa percaya diri sambil menyerahkan petisinya ke tangan Huazhi.

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 76-1 Terima Saja

    Ziliang memperhatikan mimik Mu Lan saat mengadu padanya. Gadis itu diliputi aura pemberontak yang luar biasa besar hingga menular padanya tanpa sadar. Ziliang dapat membayangkan suasana Aula Huanyang beberapa saat lagi, bila ia berhasil memanfaatkan emosi Mu Lan dengan tepat.“Hal penting seperti ini, mana bisa ditunda?” ujar Ziliang sambil menyungging senyum samar.“Tapi, Kanselir ….”Ziliang menggeleng cepat membungkam penjaga itu. “Aku yang akan bertanggung jawab. Buka jalan!”Setelah saling pandang sejenak, akhirnya dua penjaga itu mengangguk samar dan menegakkan kembali tombak di tangan mereka.“Bagaimana bisa, tontonan sebagus ini ingin kalian halangi?” lirih Ziliang sambil melangkah masuk.Melihat kanselir memasuki aula, beberapa pejabat yang berpihak padanya mengangguk hormat. Pejabat lain yang melihat sosok perempuan yang menggandeng tangan Ziliang, mulai menerka apa yang pria l

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 75-2

    “Perempuan kasar sepertimu, lebih tidak pantas lagi,” desis Zening.Tangan Mu Lan kembali terayun.“Hentikan!” Suara Wang Yang menggelegar dari seberang selasar. “Hentikan, Wang Mu Lan!” ulang Wang Yang seraya setengah berlari menghampiri Zening.Dagu Zening yang bergetar menjadi hal pertama yang dicermati Wang Yang. “Apa kau baik-baik saja?” cemas Wang Yang dengan suara lembut.Zening hanya mengangguk dan tersenyum menenangkan.Dengan mata menyala-nyala, Wang Yang menoleh menatap Mu Lan. “Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Sikapmu melebihi batas, Mu Lan!”Brak!Keranjang yang sejak tadi dijinjingnya di tangan kanan, Mu Lan lepaskan hingga isinya jatuh berantakan ke tanah. Tangan itu terangkat lurus menunjuk Zening.“Dia yang bersikap tidak sopan padaku, Kak! Dia belum menjadi istrimu, tapi sudah berani bicara tidak sopan padaku! Tanya saja dua pengawal itu!” elak Mu Lan dengan nada kesal. “Dia bahkan berkata kalau aku tidak beretika!” imbuhnya tak terima.“Cukup! Kembali

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status