Home / Fantasi / Raja Terakhir Dinasti Wang / Bab 3 Keberangkatan Wang Yang

Share

Bab 3 Keberangkatan Wang Yang

Author: Selene21
last update Huling Na-update: 2021-11-19 21:57:03

Halaman Kuil Bailong

Di hari keberangkatannya, Wang Yang mengunjungi Kuil Bailong untuk memohon perlindungan dan keselamatan, bukan bagi dirinya tetapi bagi ibu dan adiknya. Besar harapannya, langit akan berbelas kasihan padanya dan mengabulkan permohonannya. Di istana yang luas ini, tidak ada yang berani menyentuh ibu dan adiknya, kecuali Ratu Qi.

Keluar dari kuil, Wang Yang mengedarkan pandangannya sejenak ke sekitar kuil. Daun pohon mapel mulai berguguran, membuat beberapa biksu sibuk menyapu halaman. Di halaman ini, ia dan Wang Yin sering bermain sembari menunggu ibunya selesai sembahyang. Persis seperti yang dia ingat, kicauan burung, embusan angin sepoi dan daun yang jatuh perlahan.

“Kakak!”

Wang Yang menoleh ke belakang. Wang Mu Lan—adik beda ibu, sedang berjalan ke arahnya.

“Aku kira kamu sudah meninggalkan istana.” Mu Lan menghambur memeluk Wang Yang dengan manja.

Wang Yang tersenyum membalas pelukan adiknya. “Tidak, aku masih berdoa. Setelah dari kuil, rencananya aku akan mengunjungimu untuk berpamitan.”

“Aku tidak sabar ingin menemuimu. Aku bahkan meninggalkan kelas sastra hanya untuk mengantar keberangkatanmu,” aku Mu Lan.

Wang Yang mendorong bahu Mu Lan menjauh. “Aku kecewa padamu, jangan lagi keluar di tengah pelajaran berlangsung. Itu tidak sopan dan menyinggung. Kalau sampai Ratu dengar, kau akan dihukum.”

Wang Mu Lan cemberut. “Aku tidak peduli. Siapa yang berani melaporkan sikapku? Mereka lebih memilih menyelamatkan kepalanya daripada marah karena sikapku,” bantah Mu Lan congkak.

“Kakak, segeralah pulang. Aku akan memohon pada ayah untuk menikahkanku denganmu. Dengan begitu, kau tak perlu lagi pergi berperang atau membuktikan kemampuanmu.”

Mu Lan adalah adik kandung Wang Su, saudara satu ayah beda ibu dengan Wang Yang. Sejak kecil, keinginan terbesar Mu Lan adalah menikahi Wang Yang, yang hanya dianggapnya sebagai gurauan anak kecil.

Wang Yang menggeleng lembut. “Aku akan sangat berterima kasih padamu, bila kau bersedia menjaga ibuku dan A-Yin selama aku tidak ada.”

Mu Lan memeluk Wang Yang lagi. “Tenang saja, serahkan mereka padaku. Aku akan menjaga mereka baik-baik. Sebagai imbalannya, kau harus segera pulang dan menikahiku.”

Tiba-tiba, Mu Lan memisahkan diri. “Aku akan mengantarmu sampai ke perbatasan, kalau perlu aku akan tinggal di kemah pasukan Taichan,” ucap Mu Lan mengagetkan.

Wang Yang tersentak mendengarnya. “Barusan kau bilang apa?!”

“Aku akan ikut ke perbatasan bersamamu. Belajar bela diri, memanah dan berkuda, belajar apa saja yang kau pelajari. Terutama belajar menjadi istri yang baik untukmu.”

“Itu sangat tidak mungkin. Kau tidak akan betah tinggal di sana.” Wang Yang mulai gerah menghadapi sikap adiknya. “Lagi pula, ayahanda tidak akan memberimu izin.”

“Aku tidak ingin ada wanita yang main mata dengan calon suamiku,” rengeknya manja pada Wang Yang.

“Apa kau pikir kamp pasukan Taichan itu sama seperti Paviliun Qinghe yang dihuni banyak selir? Jangan bercanda, Mu Lan. Di sana hanya ada pria kasar yang memegang pedang dan panah.”

Dengan berat hati, Mu Lan melepaskan pelukannya. “Baiklah, aku percaya ucapanmu. Belajarlah dengan giat agar ayah segera memanggilmu pulang dan memberiku izin untuk menikahimu.”

Wang Yang tidak begitu memperhatikan perkataan Mu Lan sebab matanya menangkap gerak-gerik mencurigakan di pintu gerbang Kuil Bailong.

‘Siapa itu? Dayang Ratu Qi dan tabib kerajaan? Ada apa mereka bertemu di tempat sepi?’ batin Wang Yang penasaran.

“Kak, Kak Yang’er.” Mu Lan menggoyangkan lengan kakaknya dengan keras.

“Heh? Ya, pasti,” jawab Yang’er asal.

“Yang Mulia, sudah waktunya berangkat.” Huazhi memberi hormat yang dibalas tatapan menusuk Mu Lan.

“Ayo.” Wang Yang melompat naik ke atas kuda, menghentak pelan perut gendut hewan berwarna cokelat dengan kedua kakinya dan memacunya menuju gerbang istana.

Setelah keluar dari gerbang istana, Wang Yang menarik tali kekangnya. “Aku rasa, cukup sampai sini kau mengantarku. Kembalilah ke istana. Jaga ibu dan A-Yin untukku.”

“Tapi, Yang Mulia –.”

“Tidak ada yang boleh mengenaliku selama aku berada di perbatasan. Paman Li dan pasukannya akan pergi bersamaku, jadi kau tenang saja.”

Wang Yang paham betul kekhawatiran Huazhi. Selain karena kedudukannya sebagai pangeran, kemampuan bela diri Wang Yang masih jauh di bawah Huazhi.

“Baik, Yang Mulia!”

“Dan satu lagi, awasi tabib kerajaan dan dayang ratu. Aku melihat gelagat mencurigakan dari mereka. Aku teringat cerita ibuku tentang peristiwa kematian beberapa selir kesayangan raja yang diduga karena keracunan.”

Huazhi mengangguk mengerti. “Maksud Anda, ini ada hubungannya dengan tabib kerajaan dan dayang kepercayaan ratu?”

“Entahlah, belum bisa memastikan. Saat aku berniat menyelidikinya, Ayahanda keburu mengeluarkan dekrit mengirimku ke perbatasan. Dan juga, kau perketat penjagaan di sekitar Paviliun Wuyan. Aku khawatir meninggalkan ibu dan adikku.”

“Baik, Yang Mulia!” sekali lagi Huazhi mengangkat tangannya memberi hormat.

“Aku percayakan ibu dan adikku padamu. Jangan lupa, hubungan dekat antara dayang ratu dan dayang selir, juga kasim. Selidiki mereka dan keterkaitan mereka. Jangan sampai ada yang terlewat.”

“Baik, Yang Mulia.”

“Aku berangkat.” Wang Yang menarik kekang kudanya dan mulai memacunya menjauhi gerbang istana.

Andaikata Wang Yang tahu, kepergiannya akan membuatnya kehilangan orang-orang yang dia sayangi, tentu Wang Yang lebih memilih ditangkap dan dicap sebagai pemberontak. Seandainya dia tahu yang akan terjadi.

*****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 80 Kembali Seutuhnya

    “Aku akan memanggilmu lagi saat membutuhkan,” ucapnya masih membelakangi Weqing.“Ya, dengan senang hati, Yang Mulia.”Lan Weqing mengenakan kembali baju seragamnya dengan hati berbunga. Penantian panjang dan tindakan-tindakan yang diambilnya untuk mendapatkan Mu Lan, berujung kebahagiaan. Senyumnya terus mengembang.“Jenderal,” panggil Mu Lan membuat Weqing berbalik cepat menghadapnya.“Ya, Yang Mulia.”Mu Lan mendekat dengan langkah gemulai. Tangannya mendarat lembut di bahu Weqing. Ujung jari telunjuk kanannya bergerak turun dengan gerakan memutar menyusuri dada Weqing, membuat pria itu menggelinjang girang.“Y-yang Mulia, secepat ini?” tanya Weqing panik sekaligus senang.“Bawa laporan keuangan seluruh kementerian yang bisa kau dapatkan, saat kau datang mengunjungiku lain hari.” Mu Lan menjulurkan lidahnya menyapu rahang Weqing hingga tubuh pria itu bergetar.“K-kapan?” tanya Weqing menggeram menahan hasratnya yang kembali meronta.“Kapanpun kau siap, Jenderal,” desah Mu Lan di wa

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 79 Saatnya Telah Tiba

    Secepat kilat, Zening mendongak tidak percaya. “Kak, kaukah itu?”Wang Yang dan Ru Lan menyingkir menjauhi ranjang, memberi ruang untuk Deyun dan Zening.Alih-alih memeluk adiknya seperti keinginannya tadi, Deyun berlutut dan mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Li Deyun, menghadap Yang Mulia Permaisuri!”“Kak!” pekik Zening lega. “Mereka melepaskanmu?” tanyanya seraya menangkup wajah Deyun yang terlihat tirus dan lelah. “Apa mereka juga menyiksamu?”Li Deyun menggeleng dengan senyum samar menghiasi bibirnya. “Mereka tidak akan berani menyiksa kakak permaisuri,” godanya pada Zening. “Aku menyelinap keluar untuk mengucapkan selamat atas pernikahan dan penobatanmu menjadi permaisuri. Aku harap, kau tidak mengecewakan kami, Rakyatmu.”Dug.Zening meninju perut Deyun kuat-kuat. “Kau berkata begini saat aku khawatir tentangmu? Sungguh keterlaluan!&rdq

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 78-2

    “Kak Yang, aku ….” “Tarik napasmu. Nikmati semuanya.” Wang Yang mulai bergerak cepat. “Ya, begitu ….” Zening merasakan sensasi aneh yang terjadi padanya. Seolah tenaganya terisi penuh setelah lama kering dan kosong. Seluruh otot dan sendinya yang layu, kembali merekah dengan cepat. “Ah, Kak. Aku akan meledak,” bisik Zening sambil terengah mengimbangi gerakan Wang Yang. Wang Yang berhenti dan menatap Zening. “Ini hadiah pernikahanku untukmu. Aku kembalikan semuanya padamu.” Wang Yang mengakhiri kalimatnya dengan sebuah ciuman panjang hingga Zening tertidur pulas. Beberapa lamanya, Wang Yang hanya menatap wajah cantik Zening yang lelap seperti bayi kenyang menyusu. Ibu jarinya mengusap bibir bengkak Zening akibat ulahnya. Tek tek tek. Sebuah ketukan di pintu kamar menarik Wang Yang dari gulungan hasrat yang membungkusnya. Tangannya cekatan menarik selimut menutupi tubuh polos Zening, lalu menarik tirai ranjang hingga menutup semp

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 78-1 Hadiah Malam Pertama

    Trang!Anak panah lain yang melesat cepat dari busur Hanxiu, menabrak anak panah yang nyaris menancap di dada Zening.“Ada penyusup! Ada penyusup!”Entah dari mana asal teriakan itu, seketika semua yang hadir bercerai-berai. Suasana halaman istana menjadi gaduh dan tidak terkendali karena teriakan itu. Setiap orang berlari saling tabrak menyelamatkan diri.“Yang Mulia, sebaiknya kita juga kembali ke istana. Situasinya sulit untuk dikendalikan,” usul Huazhi dengan mata waspada mengawasi udara sekitarnya.“Ayo!” Wang Yang mengulurkan tangannya membawa Zening di bawah perlindungannya. “Ning’er,” tegurnya kala menyadari Zening sedang sibuk mencari sosok yang berhasil menghalau anak panah untuknya.“Yang Mulia, siapa yang menghalau anak panah tadi?” tanya Zening penasaran dengan mata masih mengedar ke sekitar.“Huazhi akan menyelidikinya. Ayo, kita segera kembali ke is

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 77-2

    “Yang Mulia, apa Anda tidak enak badan?” cemas Yuru.“Tidak. Aku merasa kondisiku hari ini adalah yang terbaik dari semua hari sejak aku melangkahkan kaki memasuki istana. Kenapa?” Zening memutar tubuhnya seraya merentangkan gaun sutra paduan warna emas dan merah.“T-tidak.” Yuru menggeleng takut-takut.Akhirnya, Zening tak kuasa menahan tawanya melihat wajah Yuru begitu tertekan akibat perubahan sikapnya, membuat dayang muda itu semakin kebingungan.“Ayo, pasang lagi yang perlu kau pasang.” Zening merentangkan tangannya, bersiap menerima perlakuan selanjutnya.“Sabuk!” pekik Yuru seraya menepuk dahinya.Ketika Yuru setengah membungkuk merapatkan diri memasang sabuk, Zening menundukkan kepalanya sedikit dan berbisik, “Setelah ini, pergilah ke penjara. Temui kakakku dan peringatkan dia untuk tetap waspada.”Yuru mematung, tidak merespon.“Pst! Kau deng

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 77-1 Teror Pernikahan

    Mata Mu Lan melebar. “M-maksudmu kau mengelabuinya?!”“Tidak sepenuhnya. Hanya membuatnya tidak mewaspadaiku.” Wang Yoo berjalan meninggalkan aula.“Aku tidak mengerti jalan pikirannya,” gumam Mu Lan.“Wang Yoo adalah pemuda yang pintar. Isi pikirannya sulit ditebak. Sebaiknya, kita tetap waspada.” Ziliang mengibaskan lengan hanfunya dan berjalan keluar.“Cih! Tidak ada yang benar-benar bertindak demi kepentinganku.” Mu Lan mendesah kesal. “Baiklah, karena kalian hanya memikirkan kepentingan kalian sendiri, maka aku juga akan berlaku yang sama.” Mu Lan memandangi token Rajawali Emas di tangannya dan mulai memikirkan hal apa yang bisa dia buat melalui token kayu itu.“Selir pun tidak masalah asalkan bisa memilikimu dan menyingkirkan lainnya,” gumam Mu Lan seraya tersenyum bengis.Keesokan harinya, seluruh istana sudah sibuk menyiapkan upacara pernikahan raja.

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 76-2

    “Katakan!” titah Wang Yang.Berikutnya, Mao dan Yue bergantian menceritakan kejadian pagi itu di depan kamar pribadi kaisar. Setiap detail kejadian tidak ada yang terlewat karena sebelumnya, Wang Yang sudah berpesan melalui Huazhi agar kedua pengawal itu menceritakan dengan jujur apabila sampai dipanggil menghadap.“Begitulah kejadiannya, Yang Mulia,” tukas Mao di akhir ceritanya.Wang Yang mengedar pandangan sekali lagi. Menatap wajah pejabatnya, termasuk Mu lan dan Ziliang.“Ampun, Yang Mulia! Berdasarkan cerita dua pengawal ini, Nona Li tetap harus dijatuhi hukuman,” ujar Bai He berkeras. “Terbukti dia menghina Putri Mu Lan di depan pengawal rendahan.”Demi menunjukkan kesetiaannya pada ibu suri, Bai He maju membawa petisinya. “Ini adalah petisi dari seluruh pejabat yang bekerja di Biro Tata Krama,” ungkapnya penuh rasa percaya diri sambil menyerahkan petisinya ke tangan Huazhi.

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 76-1 Terima Saja

    Ziliang memperhatikan mimik Mu Lan saat mengadu padanya. Gadis itu diliputi aura pemberontak yang luar biasa besar hingga menular padanya tanpa sadar. Ziliang dapat membayangkan suasana Aula Huanyang beberapa saat lagi, bila ia berhasil memanfaatkan emosi Mu Lan dengan tepat.“Hal penting seperti ini, mana bisa ditunda?” ujar Ziliang sambil menyungging senyum samar.“Tapi, Kanselir ….”Ziliang menggeleng cepat membungkam penjaga itu. “Aku yang akan bertanggung jawab. Buka jalan!”Setelah saling pandang sejenak, akhirnya dua penjaga itu mengangguk samar dan menegakkan kembali tombak di tangan mereka.“Bagaimana bisa, tontonan sebagus ini ingin kalian halangi?” lirih Ziliang sambil melangkah masuk.Melihat kanselir memasuki aula, beberapa pejabat yang berpihak padanya mengangguk hormat. Pejabat lain yang melihat sosok perempuan yang menggandeng tangan Ziliang, mulai menerka apa yang pria l

  • Raja Terakhir Dinasti Wang   Bab 75-2

    “Perempuan kasar sepertimu, lebih tidak pantas lagi,” desis Zening.Tangan Mu Lan kembali terayun.“Hentikan!” Suara Wang Yang menggelegar dari seberang selasar. “Hentikan, Wang Mu Lan!” ulang Wang Yang seraya setengah berlari menghampiri Zening.Dagu Zening yang bergetar menjadi hal pertama yang dicermati Wang Yang. “Apa kau baik-baik saja?” cemas Wang Yang dengan suara lembut.Zening hanya mengangguk dan tersenyum menenangkan.Dengan mata menyala-nyala, Wang Yang menoleh menatap Mu Lan. “Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Sikapmu melebihi batas, Mu Lan!”Brak!Keranjang yang sejak tadi dijinjingnya di tangan kanan, Mu Lan lepaskan hingga isinya jatuh berantakan ke tanah. Tangan itu terangkat lurus menunjuk Zening.“Dia yang bersikap tidak sopan padaku, Kak! Dia belum menjadi istrimu, tapi sudah berani bicara tidak sopan padaku! Tanya saja dua pengawal itu!” elak Mu Lan dengan nada kesal. “Dia bahkan berkata kalau aku tidak beretika!” imbuhnya tak terima.“Cukup! Kembali

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status