PERAWAT PLUS PLUS!"Entah sihir apa yang kau punya, Davina. Semakin mengenalmu dan merasakan ketulusan hatimu, aku justru bersimpati padamu. Apakah ini simpati atau empati atau kan aku mulai jatuh cinta padamu?" batin Lukas."Ah, melihatnya tertidur membuatku ikut mengantuk," katanya lirih. Dengan perlahan Lukas pun mulai naik ke atas ranjang, dia berusaha sebisa mungkin untuk tidak membangunkan Davina. Terlihat wanita itu tidur sangat pulas sekali, saat Lukas berbaring di samping Davina tiba-tiba wanita itu memeluknya dengan sangat erat. Membuat Lukas terkejut, namun dia juga tak tega untuk melepaskan pelukan Davina itu."Entah mengapa semakin ke sini aku merasa kita sebagai pasangan suami istri. Apa kau merasakan hal yang sama denganku, Davina? Apakah kau juga sudah merasa nyaman saat denganku?" gumam Lukas sangat lirih sambil membelai wajah Davina."Awalnya aku pikir pernikahan tidak akan membuat banyak perbedaan. Aku tetaplah Lukas yang dulu, tapi ternyata a
KESAL DAN CEMBURU? TIDAK. HANYA RINDU!"Kenapa memangnya? Kenapa kalau aku tidak keberatan tertular flu-mu itu? Apa aku boleh menciummu kan?" tanya Lukas. Tanpa menunggu persetujuan Davina, Lukas pun segera mencium bibir Davina perlahan. "Sejak kemarin aku sudah bersabar menunggumu, Davina," kata Lukas. "Bahkan aku terus mengontrol diriku agar tidak kelepasan, namun sekarang rasanya tak bisa lagi entah mengapa aku selalu memiliki hasrat berlebih ketika denganmu, Davina. Aku sadar banyak sebab, karena ini baru pertama kalinya aku melakukan bersama seorang wanita dan itu adalah dirimu. Aku tak pernah merasakan hal ini sebelumnya," lanjut Lukas dalam hati. Mereka pun saling melumat, lidah Davina bermain dalam mulut lelaki itu. Membuat Lukas makin berhasrat, tangan Lukas pun memanikan payudara milik Davina. Erangan, lenguhan, saling bersahutan menambah syahdu nya malam ini."Ah..." lenguh Davina."Eummmmhh," sahut Lukas sambil melepaskan pangutan bibir mereka."Tuan Lukas, sekarang la
KEDATANGAN DAN MAMA DAVINA!"Ah begitu ya," gumam Davina merasa sakit dan kesal. Dia merasakan bahwa Lukas tak menganggapnya ada."Aku akan melakukan perjalan bisnis, Davina. Ya, mungkin tak lama tapi bagaimana lagi. Semua harus aku lakukan ketika Papa sudah memberikan perintah maka tak mau tak mau aku harus menjalankannya," jelasnya."Perjalanan bisnis ya. Ya, namun mengapa ini begitu mendadak?" tanya Davina.Dia pun menghela napasnya panjang. Sekarang dia baru menyadari bahwa suami kontraknya itu adalah seorang CEO perusahaan, di mana dia bisa dan harus meninggalkan Davina sewaktu-waktu tanpa konfirmasi terlebih dahulu. Padahal sebelum dia menjadi istri Lukas pun dia sangat paham bagaimana Lukas bisa secara tiba-tiba harus pergi ke luar negeri atau keluar kota untuk sekedar berbisnis tanpa konfirmasi.Ini merupakan hal yang biasa namun rasanya semua itu mendadak dan berbeda setelah dia menikah dengan Lukas. Ada perasaan nyeri yang tak bisa diungkapkan, apalagi selama ini Lukas se
ANCAMAN MEMBUAT BERCERAI DAVINA DAN LUKAS!"Ck! Keterlaluan. Apakah menjadi konglomerat beberapa hari sudah membuat mu seperti ini? HIlang sopan dan santun mu pada orang tua?" tanya Mama Davina sambil menatap putrinya itu dengan tatapan yang susah diartikan. Davina hanya melengos."Cepat katakan apa maumu lalu pergi dari sini. Jika Tuan Lukas tahu kau di sini, dia akan marah padaku. Karena dia tak suka orang lain berada di rumah ini. Rumah adalah privasi baginya," ucap Davina dengan tegas."Hahahah! Cuihhh," hardik Mama Davina."Setidaknya dia tidak akan membenci Ibu mertuanya yang datang ke sini kan? Apakah kalian semua lupa statusku masih ibu mertua, Lukas? Dia tak akan berani macam-macam padaku," sahut Mama Davina."Sekarang aku tanya padamu, apakah kau benar-benar tidak tahu alasan kenapa Lukas mengubah tempat pernikahannya? Bahkan keluarga inti saja yang diberitahu semua undangan hanya mendapatkan kabar dan berita jika pernikahan itu dibatalkan. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa m
KEPERGIAN LUKAS DAN PEMILIHAN CEO UTAMA"Bicaralah baik-baik dengan Nyonya Lily dan Tuan Liem, serta Lukas. Atau kalau tidak aku akan membuat kalian bercerai," ancam Mama Davina."A-apa maksudmu?" tanya Davina tergagap, sungguh hal ini di luar prediksinya. Dia hanya mengira mama nya akan menerornya saja. Tapi ternyata salah, justru sekarang Lukas di jadikan alat ancaman. Mama Davina langsung tersenyum sinis penuh kemenangan menyadari Davina langsung panik dengan semua ancamannya."Membuat rumor bukan masalah bagiku, Davina. Apakah kau lupa siapa aku? Bahkan setelah kalian menikah akankah menurutmu direktur Liem meninggalkan kalian sendirian? Atau melepaskan Lukas begitu saja denganmu? Hahaha. Kau belum tahu betapa kejamnya dunia konglomerat ini. Jadi jangan sombong dan pikirkan baik-baik," teriak Mama Davina sambil keluar meninggalkan rumah Davina. 'Brakkk!' dia membanting pintu Davina dengan kasar. Ucapan Mama Davina itu sebenarnya hanya angin lalu tetapi ada perasaan sakit yang ta
TUAN LUKAS YANG MALANG"Ya, bahkan semua orang tahu. Aku pun akan menilai yang sama, Tuan Lukas," ucap Davina."Tapi itu semua tak dapat dibiarkan, Davina. Memang aku lebih unggul tapi masalah tak hanya berhenti di sana saja. Karena bagaimanapun anak kandung Tuan Liem tetaplah Kak Sean, bukan aku. Aku hanya sekedar keponakan yang kebetulan diasuhnya, sehingga itulah yang membuatku harus sadar diri bahwa pemegang kekuasaan tetaplah Kak Sean. Aku harus membantunya di pilih dan menjadi satu-satunya kadidat," terang Lukas."Tuan Lukas," kata Davina lirih."Betapa kasihan nasibmu, Tuan Lukas. Jadi saat itu, kau merasa tidak nyaman di pertemuan keluarga. Ini ternyata alasanmu, Tuan Lukas. Itu sebabnya kau melarangku untuk ikut denganmu, Tuan Lukas yang malang," batin Davina. Davina langsung terdiam mendengar pernyataan Lukas. Ya, dia sadar wanita dan lelaki memiliki perasaan yang berbeda, wanita akan lebih berperasaan. Namun kali ini, rasanya dia dan Lukas memiliki kesakitan dan trauma yan
AKU HARUS BAGAIMANA TUAN LUKAS?"Ya, baiklah. Aku akan mengaku sekarang Tuan Lukas. Aku merasa sangat sehat seara jasmani dan rohani, aku juga wanita biasa. Bagaimana aku bisa menolak untuk mengakui itu. Kau begitu tampan, menggoda, dan menggairahkan. Permainanmu begitu lembut dan panas, bersatu menjadi satu," bisik Davina terus menggodanya."Benarkah?" gumam Lukas lirih.Dia hanya ingin menghibur Lukas karena dia tahu lelaki itu saat ini sedang tidak baik-baik saja. Jika di pikir, siapa yang rela berada di posisi Lukas begitu? Sudah bekerja keras tetapi tak pernah dianggap oleh keluarganya sendiri. Pasti akan sakit sekali."Ya, tentu saja, Tuan Lukas. Kapan kau kembali, Tuan Lukas? Apa aku bisa kesana menemanimu?" tanya Davina."Tak usah Davina, kau konsen saja di sana. Bantu aku dari jauh. Percuma saja kau akan kesini, karena aku tidak bisa melakukan yang baik untuk menservice mu. Kau tahu sendiri kan aku di sini karena tugas kerja, bukan main-main. Jadi aku tidak tahu kapan ketua
RENCANA DAVINA!"Tuan Lukas, sungguh berharap aku bisa menyingkirkan semua masalah ini dengan kedua tanganku sendiri. Aku takut mengatakan semua jujur kepadamu. Andai saat seperti ini aku bisa ada di sampingmu maka aku merasa lebih nyaman," lanjutnya.Davina terus mandi di bawah guyuran air showernya. Tiba-tiba dia memperoleh ide yang sedikit konyol namun baginya ini satu-satunya cara untuk dekat dengan Lukas dan bisa membicarakan tentang kedatangan Ibu angkatnya. Davina segera mengambil handuk mandinya, dia berjalan ke luar kamar mandi dengan tergesa."Baiklah aku harus melakukan ini. Sepertinya penerbangan dari sini ke tempat Tuan Lukas hanya diperlukan waktu 2 jam saja. Aku harus segera mencari pesawat yang bisa membawaku ke sana," batin Davina dalam hati.Dia pun segera memakai pakaiannya, tak lupa memakai coach ya. Dia pun segera menelpon Thomas saat seperti ini Thomas memang diperlukan dan bisa diandalkan."Halo Thomas," sapa Davina sesaat setelah telepon itu diangkat."Iya ad