“Akh…..” terdengar desahan panjang keluar dari bibir mungil si pemilik tubuh seksi dan menggairahkan, tubuhnya juga menggeliat dasyat.
Bagaimana tidak mendesah panjang, ketika bibir seorang pria tengah menyesap dan mengulum puncak pink salah satu gundukan kenyal miliknya, sedangkan sebuah tangan kekar tengah meremas-remas gundukan miliknya yang satunya. Dua buah gundukan nan kenyal itu telah dikuasai pria tampan yang sudah sejak setengah jam yang lalu sepertinya tidak ada capeknya untuk menyesap, menjilat dan mengulum. Seolah-olah menemukan. Air kehidupan yang selama ini tidak pernah dia temukan dalam perjalanan panjangnya.Lelaki tampan itu tersenyum dengan sangat manis, kemudian mendekatkan wajahnya pada wanita itu lalu mencium bibir wanita itu dengan lembut, dan detik selanjutnya sang wanita merasakan tubuhnya melayang bersamaan dengan suara petir diluar sana, diiringi hujan deras, membuat suasana semakin mendukung dua anak manusia untuk saling beradu peluh di ranjang.Beryl Jovanka, wanita berusia 25 tahun, berprofesi sebagai seorang sekretaris di sebuah perusahaan eksport import makanan ringan, selalu mengikuti kemanapun sang pemimpin perusahaan pergi melakukan perjalanan bisnisnya, sekaligus perjalanan panas mereka. Beryl tidak pernah menyangka, sejak tiga tahun yang lalu berpindah pekerjaan.Menyebabkan dirinya bertemu dengan pria setampan dan semanis Gabriel Daffa Dirgantara, atau biasa dipanggil Gaga. Pemimpin perusahaan tempat Beryl bekerja dan menjadi sekretarisnya. Pria tampan berusia 27 tahun, jangan lupa juga seorang pria berdarah Inggris, tampan itu sudah pasti.Beryl bahkan tidak peduli sang bos sudah memiliki seorang istri, namun memang belum dikaruniai anak, entah karena apa. Beryl, sang sekretaris yang selalu memenuhi segala keperluan sang bos dalam pekerjaannya maupun perjalanan bisnisnya, sekaligus melayani sang bos ketika ranjang mereka terasa dingin sehingga memerlukan sentuhan panas dari setiap gerakan pertautan mereka. Hubungan asmara mereka selama ini memang tidak pernah terekspos oleh publik, mengingat Mommynya Gaga tidak setuju dengan hubungan mereka berdua."Jalan-jalan, Sayang. Nambah koleksi lingiere dan tas atau sepatu," kata Gaga sambil mendusel manja di dada wanita itu.Wanita mana yang tidak suka dengan barang branded, meski harus melakukan kegiatan panas dengan suami orang pun, dia rela. Gaga tidak pernah absen menyapu setiap inchi tubuhnya dalam setiap kesempatan, bahkan di kantor pun pria itu kadang meminta Beryl untuk memberikan kenikmatan ranjang, sensasi bercinta diatas meja kerja tentunya."Sebentar, aku lelah," keluh Beryl, "Kamu benar-benar ganas sekali, sayang.""Tapi kamu suka, kan?" tanya Gaga"Siapa tidak suka dengan semua sentuhanmu. Pasti istrimu juga sangat suka dengan setiap sentuhanmu," jawab Beryl"Aku tidak pernah menyentuhnya," kata Gaga, "Nggak ada nafsu sekalipun dia tidak memakai apapun didepanku.""Hanya kamu yang membuat seluruh tubuhku bergetar dan selalu menginginkan lebih, bahkan jika boleh, bisa sampai 10 ronde," lanjut Gaga.Beryl tentu sangat tersanjung dengan perkataan pria itu. Gaga memang benar-benar mencintainya. Sikap Gaga berbeda jauh jika bersama istrinya, Elena. Pria itu selalu dingin dan tidak memiliki rasa sama sekali pada wanita yang sudah satu tahun ini menjadi istrinya."Kenapa nggak diceraikan aja istrinya?" tanya Beryl, "Elena kan juga pasti tidak mau hubungannya di gantung terus.""Elena mana mungkin mau meninggalkan aku, sumber keuangan dirinya dari mana kalau bukan dari aku. Kerja jadi model memang berapa penghasilannya?" jawab Gaga, "Selama dia belum mendapatkan pria yang bisa lebih dari aku, mana mungkin dia meninggalkan aku. Lagi pula ada Mommy. Aku tidak mau Mommy jadi sakit hanya karena masalah aku dengan Elena.""Kamu nggak curiga dia ada hubungan dengan laki-laki lain?" tanya Beryl"Buat apa curiga. Toh kami sepakat untuk tidak saling ikut campur urusan kami," jawab Gaga, "Sayang! Kenapa malah membahas dia! Ayo mandi atau aku terkam lagi!""Tidak mau!" teriak wanita itu yang langsung kabur ke kamar mandi, membuat Gaga terkekeh sendiri, suka sekali dia menggoda kekasih sekaligus sekretarisnya itu.Mereka lalu keluar dari kamar hotel dan berbelanja, hampir semua tas belanja yang dipegang Gaga adalah belanjaan Beryl. Gaga tidak mempermasalahkan, karena dia memang suka memanjakan wanita itu, apapun yang ingin dibeli wanita itu langsung dipenuhi."Sayang, carikan oleh-oleh untuk Elena. Hanya formalitas saja," pinta Gaga seperti biasa."Akan aku carikan tas dan sepatu saja, dia kan model, suka tas dan segala macam bentuk sepatu," balas Beryl. Wanit itu juga tidak keberatan jika diminta Gaga untuk memilihkan oleh-oleh bagi istrinya, karena paling-paling hanya satu tas saja, sedangkan belanjaan miliknya bisa sampai 10 tas.Keduanya lalu menikmati senja di sebuah cafe, menikmati makanan yang ada di cafe itu sambil bercanda ria, tidak peduli lagi tentang apa yang sebenarnya tengah mereka jalani selama ini, memiliki hubungan layaknya suami istri namun tanpa ikatan, mereka lakukan demi rasa cinta mereka yang begitu besar, namun terhalang status juga restu.Akhirnya mereka kembali ke kamar hotel, dan seperti biasa, Gaga langsung menerjang tubuh sintal wanita itu, menciuminya dengan penuh hasrat, membuat Beryl belingsatan tidak karuan, apalagi posisinya didudukkan di meja tinggi yang ada dikamar itu."Sayang..." rengek Beryl, "Aku lelah.""Lelah? Bener lelah"? tanya Gaga tidak percaya, "Kamu cukup diam dan menikmati saja, Baby."Beryl mengerucutkan bibirnya, "Diam dan menikmati saja itu menurutmu, memangnya mendesah dan mencapai klimaks itu tidak butuh tenaga!?"Gaga seketika tertawa terbahak-bahak mendengar ocehan kekasihnya, "Ayolah, sayang. Sekali saja lalu kita tidur. Seperti biasa, kamu hanya perlu mengeluarkan tenaga. Hanya untuk mendesah dan mencapai klimaks. Bagaimana?""Aku lelah, sayang," rengek Beryl, namun rengekan wanita itu tidak diindahkan pria yang sepertinya tidak memiliki rasa lelah itu. Kembali pria itu menerjang bibir sensual wanita cantik itu, hingga keduanya saling memagut. Semalas-malasnya Beryl melayani Gaga, namun pada akhirnya, wanita itu menikmatinya juga. Gaga memang selalu pandai membuat Beryl merasakan bagaimana rasanya terbang di awang-awang dengan segala sentuhan lembutnya.“Minimal setengah jam, besok kita beli belanja lagi. Bukankah tadi kita belum sempat mampir ke gerai produk terbarunya Dior, aku lihat katalognya kemarin di internet, ada produk baru yang pastinya kamu sangat suka, dan didunia ini hanya ada lima, sayang, kamu tidak mau?” tanya Gaga sambil tersenyum, "Dan kali ini keluarkan cairanmu sebanyak mungkin, nanti aku habiskan lagi."Wanita mana yang tidak suka dengan barang branded, meski harus melakukan kegiatan panas dengan suami orang pun, dia rela. Gaga tidak pernah absen menyapu setiap inchi tubuhnya dalam setiap kesempatan, bahkan di kantor pun pria itu kadang meminta Beryl untuk memberikan kenikmatan ranjang, sensasi bercinta diatas meja kerja tentunya."Sesuai permintaan sayang ...."Gaga menyandarkan tubuhnya ke meja dengan ekspresi serius yang kembali muncul di wajahnya. "Kita bicarakan nanti malam, setelah semuanya selesai," katanya dengan nada yang lebih tegas, menegaskan bahwa mereka berdua harus kembali pada peran mereka sebagai eksekutif di perusahaan ini.Beryl mengangguk lagi, menyesuaikan sikapnya dengan situasi. "Baiklah, Ga. Aku tunggu nanti," jawabnya, suaranya tetap penuh dengan arti meskipun kata-kata yang keluar terdengar biasa.Setelah beberapa detik hening, Gaga melirik ke arah Beryl dan tersenyum. "Sampai nanti, sayang," katanya dengan nada yang lebih lembut, lalu melangkah menuju pintu kantor, meninggalkan Beryl yang masih memandangi dirinya dengan tatapan menggoda.Pagi itu, suasana di ruang rapat kantor terasa tegang. Semua mata tertuju pada Gaga yang duduk di ujung meja, tampak serius dan berwibawa. Farhan, yang duduk di sisi lain meja, tampak lebih santai namun dengan sorot mata yang tajam. Meski mereka berdua tidak banyak berbicara, ada ke
Dalam hati Beryl tersenyum tipis, meski ekspresinya tetap terjaga dengan kesan dingin dan serius. "Kamu mulai masuk perangkapku, Farhan," desisnya dalam hati, merasakan bahwa langkahnya semakin mendekatkan mereka pada tujuan yang ia inginkan. Beryl tahu, ia harus memainkan peranannya dengan hati-hati. Farhan, dengan ambisi besarnya, sedang jatuh ke dalam jebakan yang telah ia siapkan. Semua yang ia butuhkan hanyalah sedikit dorongan, dan Farhan, dengan segala ambisinya, tampak semakin terikat pada janji-janji yang ia tawarkan.Senyum tipis itu tak terlihat di wajah Beryl, namun ada kepuasan yang mengalir di dalam dirinya. Semua yang telah ia rencanakan semakin jelas, dan kini, Farhan adalah bagian penting dari scenario skema balas dendamnya terhadap Gaga. Mungkin Farhan tidak menyadari betapa ia sebenarnya sedang dikuasai oleh permainan Beryl, namun itu tak menjadi masalah baginya. Yang terpenting, ia sudah berhasil menarik Farhan ke dalam permainan ini."Jadi, kita mulai merencanak
Farhan duduk dengan cemberut di depan laptop, matanya terfokus pada layar yang penuh dengan data yang tampaknya sulit untuk ditembus. Keningnya berkerut, dan ia mendecakkan lidahnya dengan kasar."Ckk! Kenapa susah sekali menembus sistem keamanan perusahaan Gaga?" gerutunya, frustrasi dengan kendala yang terus ia hadapi. "Siapa sebenarnya di balik Gaga?" tanyanya lebih kepada dirinya sendiri, berharap bisa menemukan petunjuk yang mengarah pada kelemahan perusahaan itu.Ia menatap layar laptop untuk beberapa saat, lalu menghela napas panjang. "Aku harus bisa mendapatkan saham perusahaan yang sekarang menjadi milik Elena!" katanya dengan tekad, berusaha menyemangati dirinya.Tak lama, Farhan meraih ponselnya dan menghubungi Elena. Suaranya terdengar lembut, meskipun ketegangan yang ia rasakan masih jelas terdengar. "El, bisakah kita bertemu hari ini, sayang?" tanya Farhan dengan nada yang penuh harap.Dari ujung telepon, suara Elena terdengar lemah dan terputus-putus. "Aku nggak bisa, Ha
Elena baru saja tiba di rumah setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Tubuhnya masih terasa lemas, namun ada rasa lega yang melingkupi hatinya. Gaga, yang selama ini tampak dingin dan tak peduli, kini berubah menjadi pria yang perhatian. Ia tak pernah membayangkan Gaga akan seperti ini—mengingatkannya untuk makan secara teratur, memastikan dia istirahat, bahkan terlihat cemas saat Elena terbaring lemah di rumah sakit.Namun, di balik semua perhatian itu, Elena merasa ada yang tidak beres. Di satu sisi, ia senang karena perhatian Gaga memberikan rasa nyaman, terutama di masa-masa sulit seperti ini. Tapi di sisi lain, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Gaga bukanlah pria yang pernah ia cintai—perasaannya tetap tertambat pada Farhan, pria yang dulu meninggalkan jejak mendalam di hatinya. Farhan adalah cinta pertamanya, seseorang yang tak pernah benar-benar bisa ia lupakan.Elena menyadari, selama beberapa minggu terakhir, hubungannya dengan Gaga terasa
Elena terbangun dengan tubuh yang masih terasa lemas. Perasaan mual yang terus menghantuinya setiap pagi membuat tubuhnya semakin rentan, namun di balik rasa tak nyaman itu, ada satu perasaan lain yang kini menghantui hatinya—rindu pada Farhan. Meski berada dalam pernikahan dengan Gaga, pikirannya terus berkelana pada pria lain yang mengisi ruang-ruang kosong dalam hatinya.Dengan tangan yang sedikit gemetar, dia meraih ponsel yang tergeletak di meja samping ranjang. Dia mencari nama Farhan di daftar kontaknya dan segera meneleponnya. Beberapa detik berlalu, suara di seberang menjawab.“Halo, sayang?” suara Farhan terdengar, nada malas dan dingin, tapi Elena tidak menyadarinya. Di telinganya, suara itu masih lembut, seperti biasa.“Farhan, aku dengar Gaga marah-marah soal perusahaannya tadi pagi. Apa itu ulah kamu?”
Pagi itu, Gaga terbangun dengan suasana hati yang cukup baik. Namun, suasana berubah drastis ketika sebuah panggilan dari Beryl mengejutkannya.Telepon berdering keras, memecah keheningan di kamar. Gaga segera meraihnya dan melihat nama Beryl di layar. "Sayang, ada apa?" tanyanya, masih dengan suara serak karena baru bangun."Ada masalah besar, Mas," jawab Beryl dengan nada tegang. "Saham perusahaan kita merosot tajam. Aku sedang memeriksa sistem, dan sepertinya seseorang berhasil membobol backdoor perusahaan."Gaga terdiam sejenak, otaknya yang masih setengah tidur langsung terjaga sepenuhnya. "Apa? Bagaimana bisa terjadi?""Aku juga baru mengetahuinya. Aku langsung menyalakan laptop dan mengecek laporan pagi ini. Ada yang mengakses data kita melalui jalur belakang. Ini bukan serangan biasa," jawab Beryl, suara di telepon terdengar serius dan penuh fokus.Gaga mulai merasakan keringat dingin di punggungnya. Dia segera duduk tegak di tempat tidur,