Beranda / Rumah Tangga / Ranjang Panas Suamiku / Bab 79. Karma untuk Wilona

Share

Bab 79. Karma untuk Wilona

Penulis: Kak Gojo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-30 20:00:16

Wilona kembali menginjakkan kaki di rumah setelah beberapa malam menginap di hotel. Tujuan utamanya pulang ke rumah itu adalah ingin mengecek kondisi ibunya. Ia pun masuk ke kamar Nanik dan mendapati ibunya terlihat makin lemah dan tak berdaya.

Tangis Wilona kembali pecah, mengingat ia tidak punya siapa-siapa lagi. Daffa sudah meninggalkannya, Nanik pun jatuh sakit. Sedangkan ayahnya sibuk bekerja. Ia benar-benar sendirian.

Wilona melangkah pelan menuju ranjang dan meraih jemari Nanik, mengusapnya lembut. Ia ingin curhat. Mengeluarkan isi hatinya yang terpendam.

Meskipun Nanik tidak bisa merespon, Wilona tahu ibunya masih bisa mendengarnya. Wilona pun mulai bersuara, lirih.

“Maafin aku, Ma. Ini semua salahku Mama jadi sakit begini,” bisik Wilona, suaranya dipenuhi rasa bersalah. “Andai aku bisa mengulang waktu, aku tidak akan mau mengenalnya. Aku tidak akan mau menjalin hubungan dengannya.”

Isakan tangis Wilona semakin

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 82. Rencana Balas Dendam

    Saat bertemu dengan Kiara di area staf rumah sakit yang sepi, Nindi langsung mengutarakan tujuannya tanpa basa-basi. Wajahnya keras dan penuh tekad.“Berikan aku catatan medis Wilona, hasil pemeriksaan kehamilannya, dan terutama… aku mau surat hasil pemeriksaan DNA janin-nya. Cocokkan dengan DNA Daffa,” ujar Nindi.Kiara mengernyit, protes secara halus karena terkejut dengan permintaan itu. “Bagaimana caranya aku mengetes DNA mereka, Nin? Aku butuh sampel janin Wilona dan juga sampel Daffa. Apa kamu punya?"Nindi melirik tajam, tatapannya menusuk. “Itu tugasmu, Kiara! Bukannya kau ingin menebus kesalahanmu?! Maka buktikan sekarang! Tunjukkan kalau kau memang mendukungku sebagai sahabat!""T-tapi bagaimana aku bisa mendapatkan sampel mereka?" tanya Kiara lagi."Itu urusanmu, Kiara! Kau itu ahlinya manipulasi bukan? Dekati saja mereka, ajak mereka ke sesuatu tempat, dan lakukan tugasmu!"Setelah mengungkapk

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 81. Ancaman dari Nindi

    Daffa kian frustrasi. Sudah berhari-hari Nindi bersikap dingin, dan hingga detik ini, istrinya masih saja mendiaminya.Saat Nindi tak lagi menunjukkan cintanya, Daffa merasa kehilangan. Karena ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian sang istri.Meskipun saat ini Nindi sudah beraktivitas seperti biasa; memasak sarapan, menyiapkan baju kerja untuk Daffa, namun semua itu dilakukannya tanpa emosi, seperti halnya robot. Tak ada kehangatan yang terasa.Dan saat ini mereka sedang sarapan bersama. Meski semeja, tak ada obrolan yang terdengar.Daffa tak tahan dengan keheningan yang memuakkan itu.“Aku kok ngerasa kamu makin menghindari aku ya? Aku salah apa sih, Sayang?” tanya Daffa, nadanya terdengar kesal.“Cuman perasaan kamu aja,” balas Nindi datar, bahkan tak repot-repot menatap suaminya.“Gak bisa begini dong, Sayang! Aku harus ngapain sih biar rumah tangga kita kembali normal? Aku capek didiamin terus!"

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 80. Karma untuk Wilona (2)

    Baskara dan wanita itu tersentak, sontak menoleh. Wajah mereka pucat karena tertangkap basah.Wanita muda itu buru-buru membenarkan pakaiannya, begitu pula dengan Baskara.Baskara segera bangkit, amarahnya menutupi rasa malunya. “Apa yang kamu lakukan di sini, Wilona?!” Ia pun langsung memanggil penjaga. “Siapa yang membiarkannya masuk ke sini?!” ketusnya.Wilona masih syok. Tubuhnya kaku, matanya sudah menatap tajam Baskara.“Jadi selama ini… saat Mama sakit, saat Mama drop dan butuh kehadiran Papa, Papa malah sibuk sama wanita lain?! Atau jangan-jangan Papa sudah selingkuh dari lama?! Iya?! Papa nggak beneran sibuk di kantor, tapi justru sibuk main wanita?!”“Jawab, Pa!” desak Wilona.Baskara hanya diam, wajahnya mengeras, seolah membenarkan semua tuduhan itu.Wilona hancur. Ia langsung terisak. “Sudah berapa lama Papa selingkuhi Mama?! Dari kapan?!” Ia lalu

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 79. Karma untuk Wilona

    Wilona kembali menginjakkan kaki di rumah setelah beberapa malam menginap di hotel. Tujuan utamanya pulang ke rumah itu adalah ingin mengecek kondisi ibunya. Ia pun masuk ke kamar Nanik dan mendapati ibunya terlihat makin lemah dan tak berdaya.Tangis Wilona kembali pecah, mengingat ia tidak punya siapa-siapa lagi. Daffa sudah meninggalkannya, Nanik pun jatuh sakit. Sedangkan ayahnya sibuk bekerja. Ia benar-benar sendirian.Wilonamelangkah pelan menuju ranjang dan meraih jemari Nanik, mengusapnya lembut. Ia ingin curhat. Mengeluarkan isi hatinya yang terpendam.Meskipun Nanik tidak bisa merespon, Wilona tahu ibunya masih bisa mendengarnya. Wilona pun mulai bersuara, lirih.“Maafin aku, Ma. Ini semua salahku Mama jadi sakit begini,” bisik Wilona, suaranya dipenuhi rasa bersalah. “Andai aku bisa mengulang waktu, aku tidak akan mau mengenalnya. Aku tidak akan mau menjalin hubungan dengannya.”Isakan tangis Wilona semakin

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 78. Putus Saja Ya?

    Tak lama setelah Daffa pergi, Mila masuk ke kamar majikannya. Ia langsung mendapati Nindi sudah tersedu-sedu. Nindi terduduk lemah di lantai, bersandar pada dinding, dengan bahunya bergetar hebat.Mila menyadari bahwa Nindi pasti telah mendengar keributan di luar. Ia meletakkan semangkuk bubur di meja nakas, lalu bergegas menghampiri Nindi dan mengusap bahunya.Nindi mendongak, menatap Mila dengan tatapan sinis dan penuh luka. “Harusnya kamu bergabung saja dengan para pengkhianat itu. Jangan berpura-pura baik di depanku.”Mila menggigit bibirnya, air mata penyesalan menggenang. “Ibu… saya sungguh bisa jelaskan.…”“Jangan menjelaskan apapun!” potong Nindi tajam. “Kamu sama saja seperti mereka! Tega merusak kepercayaanku!"Mila makin merasa bersalah. Ia tahu Nindi benar. Seharusnya ia tidak pernah menutupi perselingkuhan Daffa, walau di bawah ancaman.“Sejak kapan? Sejak kapan kamu

  • Ranjang Panas Suamiku   Bab 77. Dikelilingi Pengkhianat

    Tak lama setelah kembali dari pemakaman, saat Nindi duduk merenung dalam keheningan ruang tamu yang berat, ponsel Daffa berdering. Ia melihat nama penelepon di layar—Wilona—dan seketika panik.Daffa langsung bergegas menuju dapur, meninggalkan Nindi sendirian.Daffa menjawab panggilan itu dengan suara berbisik dan tegang. “Maaf, Sayang. Aku gak sempat balas chat-mu. Istriku baru saja keguguran, dan ini baru selesai pemakaman.”Di seberang sana, suara Wilona terdengar cemas dan lembut. “Iya, aku mengerti, Daffa. Aku cuma mau mastiin, kamu nggak kenapa-napa, kan? Jangan sedih, ya. Ingat, kamu masih punya anak di kandungan aku,” katanya, mencoba menghibur sekaligus mengingatkan akan ikatan mereka.“Iya, Sayangku. Kamu jangan khawatir,” jawab Daffa, nadanya meredup karena ia masih berada di rumah.“Btw, Daffa, aku kangen. Kamu nggak ke sini nanti malam?” tanya Wilona, penuh harap.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status