Share

Bab 7 Berdebar

"Mungkin aku akan lembur nanti," ucap Sean sambari memakai bajunya.

Celine menatap suaminya dari cermin rias yang ada di hadapannya. Dia memperhatikannya, seraya berkata dalam hati,

'Jelas sekali berbeda. Permainan ranjangnya sangat berbeda dengan Dave. Kenapa aku masih saja bisa merasakan sentuhan, ciuman dan permainannya? Oh Tuhan, ada apa denganku? Tolong jangan siksa aku dengan cara seperti ini. Jauhkan aku dari rasa suka pada Dave. Dia kakak iparku, Tuhan."

"Sayang, ada apa? Kenapa kamu bengong seperti itu?" tanya Sean yang menatap istrinya dari tempatnya saat ini, melalui cermin yang ada di hadapan sang istri.

Celine pun terkesiap. Dia gugup dan salah tingkah, seolah tertangkap basah sedang melakukan sesuatu.

"Tidak. Aku hanya merasa kesepian tiap kali kamu pulang terlambat dari bekerja," jawabnya dengan gugup.

Sean tersenyum. Dia berjalan menghampiri istrinya, dan memeluknya dari belakang.

"Maafkan aku, Sayang. Aku akan usahakan agar tidak lagi pulang terlambat," ucapnya lembut, tepat di telinga istrinya, sehingga membuat bulu kuduk sang istri meremang.

Kecupan hangat dari bibir Sean, mendarat pada pipi mulus sang istri. Kemudian dia kembali berbisik,

"Ayo kita sarapan sekarang. Pasti semuanya sedang menunggu kita."

Enggan rasanya Celine makan pagi bersama semua anggota keluarga seperti biasanya. Bukan karena dia menghindari mertuanya, tapi dia enggan bertemu dengan Dave, kakak ipar yang selalu mengganggu pikirannya.

Pasangan suami istri tersebut, berjalan menuju meja makan dengan bergandengan tangan, layaknya pasangan suami istri yang baru saja menikah dan sedang hangat-hangatnya. Pemandangan tersebut merupakan hal yang setiap hari dilihat oleh penghuni rumah besar itu. Mereka sangat senang melihat Sean dan Celine yang selalu saja terlihat romantis.

Berbeda dengan Dave. Entah mengapa, dia merasakan kesal dan seperti ada sesuatu yang tidak nyaman dalam hatinya.

'Apa aku cemburu pada adikku sendiri?' batin Dave yang sedang berpura-pura sibuk dengan ponselnya.

Dia enggan melihat kebersamaan dan keromantisan adiknya bersama dengan adik iparnya. Akan tetapi, dia ingin selalu memandang wajah cantik sang adik ipar.

'Tidak bisa aku biarkan. Sebaiknya aku menghindarinya. Aku tidak boleh menginginkannya,' batin Dave mengingatkan dirinya sendiri.

Suasana di meja makan terasa canggung. Dave dan Celine hanya diam saja, tidak ingin menanggapi pembicaraan ringan kedua orang tuanya sebelum mereka memulai makan dan sesudah mereka makan.

"Celine, jangan lupa meminum suplemen yang diberikan dokter Larissa padamu," tutur Anna sebelum Celine meninggalkan ruang makan.

"Tentu saja, Ma. Celine sudah memasang alarm agar tidak lupa," ucap Celine seraya tersenyum dan menunjukkan ponselnya.

Sean tertawa melihat tingkah istrinya yang menurutnya lucu dan selalu membuatnya tersenyum bahagia. Dia membawa tubuh sang istri dalam pelukannya, dan berkata,

"Aku berangkat kerja dulu, ya. Nanti aku kabari jika harus lembur dan pulang telat."

Celine menganggukkan kepalanya, dan tersenyum manis melepas kepergian suaminya. Diantarnya sang suami hingga teras rumah. Lambaian tangannya mengiringi laju mobil sang suami hingga keluar dari area rumah besar itu.

Berbeda dengan Dave. Dia merasa tingkah Celine sangat menggemaskan. Pandangan matanya tidak lepas dari sang adik ipar.

Melihat tatapan mata Dave padanya, Celine merasa canggung. Dia berusaha keras bersikap biasa saja seperti sebelum kejadian malam itu.

"Akhirnya dia berangkat juga," gumam Celine seraya menghela nafasnya, setelah mobil Dave hilang dari pandangannya. Entah mengapa, dia merasa jika sikap Dave padanya berbeda dengan sebelumnya.

"Apa hanya perasaanku saja? Apa mungkin aku yang terbawa perasaan?" ucap lirih Celine seraya menatap kosong pada jalanan.

Malam harinya, ketika jam makan malam, Sean menghubungi istrinya untuk mengabarkan bahwa dia harus kerja lembur agar proyek yang sedang dikerjakannya bisa cepat selesai.

"Kenapa kamu murung, Celine? Apa makanannya tidak sesuai dengan seleramu?" tanya Anna penasaran.

Celine yang tadinya hanya mengaduk-aduk makanannya, kini dia menghentikan kegiatannya setelah mendengar pertanyaan dari ibu mertuanya.

"Maaf, Ma. Baru saja Sean mengabari jika dia akan pulang terlambat lagi. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya di kantor," jawab Celine disertai helaan nafasnya.

Anna melihat kesedihan pada wajah murung menantunya. Wanita paruh baya itu tersenyum, dan berkata,

"Apa kamu mau mengantarkan makanan untuk Sean ke kantornya? Kalian bisa makan bersama di sana."

Seketika senyum Celine mengembang. Entah mengapa, dia memang ingin sekali mengunjungi suaminya di kantor.

"Apa boleh, Ma?" tanyanya dengan sumringah.

"Tentu saja. Kamu bersiap-siaplah, biar makanannya disiapkan dulu," ujar Anna sedikit terkekeh.

Selang beberapa menit kemudian, Celine kembali ke ruang makan dengan penampilan yang berbeda.

"Ma, Celine berangkat sekarang," ucapnya sambil membawa tas branded di tangan kanannya.

"Itu makanan kalian. Bawalah, dan makanlah bersama dengan Sean di kantornya," tutur Anna sambil menunjuk tas yang berisi box makanan di atas meja makan.

Setelah Celine berpamitan pada kedua mertuanya, dia membawa tas yang berisi box makanan tadi bersamanya.

"Pa, apa tidak sebaiknya Sean mengurangi jam kerjanya agar mereka bisa segera memiliki anak?" tanya Anna serius pada suaminya.

"Tidak ada yang menyuruh Sean untuk lembur, Ma. Itu hanya pilihannya saja, karena dia memang seorang yang bertanggung jawab dengan pekerjaannya," jawab Antonio Mayer sebagai presdir perusahaan Mayer Company.

Anna menatap kesal pada suaminya. Dia sangat mengharapkan suaminya bisa mendukungnya, untuk meringankan pekerjaan Sean, agar mereka bisa segera mendapatkan cucu.

"Ck! Bukankah kita sangat menginginkan kehadiran cucu di rumah ini? Seharusnya Papa memberi Sean libur agar dia dan istrinya bisa honeymoon untuk beberapa hari."

Antonio tersenyum mendengar permintaan istrinya. Dia meraih tangan sang istri, seraya berkata,

"Sepertinya kita juga harus pergi honeymoon agar mood Mama bisa membaik."

Seketika mata Anna berbinar. Antonio benar-benar mengetahui isi hatinya. Dia beranjak dari tempat duduknya, dan duduk di pangkuan suaminya. Tangannya melingkar pada leher sang suami, dan bermanja-manja padanya.

"Lebih menyenangkan jika kita semua bersama-sama pergi honeymoon. Sayangnya Dave belum mendapatkan pengganti istrinya."

"Kita bicarakan besok dengan mereka semua. Jika memang Dave tidak mau ikut, biar dia saja yang memegang alih perusahaan selama Papa dan Sean berlibur," ujar Antonio sambil mengusap lembut pipi mulus sang istri.

Anna Ferdinand, seorang wanita cantik pilihan Antonio yang mampu menggetarkan hatinya, dan hanya Anna seorang yang mampu membuat Antonio tidak bisa berpaling darinya. Bahkan di usianya saat ini, Anna masih tetap cantik dan mempesona. Sehingga banyak wanita di luaran sana yang terabaikan meskipun dengan gencar mendekati Antonio. Hati seorang Antonio tidak goyah, sehingga tidak ada yang mampu mencuri perhatiannya.

Selang beberapa saat kemudian, Celine telah tiba di gedung yang menjulang tinggi dengan bertuliskan Mayer Company. Dia berjalan anggun dengan membawa tas branded di tangan kirinya, dan tas makanan di tangan kanannya.

"Kenapa jantungku tiba-tiba berdebar seperti ini? Apa karena aku akan bertemu dengan Sean? Aneh, tidak biasanya aku seperti ini. Apa ini seperti aku akan kencan dengan Sean untuk pertama kalinya? Atau mungkin seperti malam itu, setelah aku melakukannya dengan Dave?"

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Khairur Rozikin
ya uda gk usa di lanjut beres kan?
goodnovel comment avatar
Armada Grup Kuliner Bojonegoro
iya sama benar2 rugi
goodnovel comment avatar
Cicih Sophiana
waduh susah amat beli kain nya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status