Share

Bab 6 I Want You!

"Bagaimana hasil pemeriksaannya, Celine?"

Suara sang ibu mertua menghentikan langkah Celine ketika hendak berjalan menuju kamarnya. Celine pun mendekati sang mertua dan memegang kedua tangannya, menampakkan wajah sedihnya dengan matanya yang berkaca-kaca, seraya berkata,

"Maaf, Ma. Celine belum bisa memberikan cucu pada Mama."

Senyum Anna pudar. Terlihat raut kekecewaan di wajah cantiknya meskipun sudah berusia senja.

"Tidak masalah. Ini bukan salahmu. Mungkin belum saatnya Tuhan memberikan keturunan pada keluarga ini," tutur Anna dengan lemah lembut pada menantunya.

Celine memeluk tubuh ibu mertuanya dengan air matanya yang menetes. Dalam hati dia meminta maaf padanya, karena melakukan malam panas dengan kakak iparnya di dalam kamarnya.

Anna mengurai pelukan mereka. Diusapnya air mata sang menantu dengan lembut, seraya bertanya padanya.

"Lalu, kenapa tadi merasa mual dan sedikit pucat? Apa kamu sakit? Apa dokter sudah memberikanmu obat?"

Celine menganggukkan kepalanya tanpa menjawab pertanyaan dari ibu mertuanya. Melihat ketulusan dari Anna, membuat sang menantu bertambah menyesal. Tak henti-hentinya dalam hatinya merutuki kebodohannya yang larut dalam permainan ranjang sang kakak ipar.

"Beristirahatlah. Jangan memikirkan hal apa pun," ujar Anna melepas kepergian menantunya.

'Beruntung sekali aku mendapatkan mertua seperti mereka,' batin Celine seiring langkah kaki menuju kamarnya.

"Apa yang salah dari keluargaku? Kenapa semua menantuku bermasalah? Aku hanya ingin mendapatkan penerus keluarga ini, tapi tidak ada satu pun dari menantuku yang memberikannya padaku," ucap lirih Anna disertai helaan nafasnya ketika melihat Celine sudah memasuki kamarnya.

Tidak dipungkiri, Anna memang kecewa saat ini. Levina, istri Dave, menantu pertamanya meninggal dunia sebelum memberikan cucu padanya. Kini harapannya hanya pada Celine. Akan tetapi, hingga saat ini pun Celine dan Sean belum juga memberikan keturunan sebagai penerus keluarga Mayer.

"Antarkan makanan dan buah-buahan untuk Nyonya Sean di kamarnya. Jangan lupa, berikan juga segelas susu hangat untuknya," perintah Anna pada pelayan yamg sedang berada di dapur.

"Baik, Nyonya Besar," ucap sang pelayan wanita dengan menundukkan kepalanya.

Anna berdiri tidak jauh dari pelayan tersebut. Dia memperhatikan setiap gerakan sang pelayan. Bahkan dia melihat apa saja yang akan diberikan pelayan tersebut pada menantunya.

"Mulai saat ini, berikan Nyonya Sean makanan dan minuman yang bernutrisi tinggi agar bisa mempercepat kehamilannya," titah Anna pada sang pelayan.

"Baik, Nyonya Besar. Saya antarkan makanan dan minuman ini pada Nyonya Sean," tukas sang pelayan yang sedang membawa tray, bersiap untuk mengantarkan makanan tersebut ke kamar Sean.

Anna menganggukkan kepalanya, mempersilahkan pelayan tersebut segera mengantarkan makanan untuk Celine.

"Aku harus bertanya pada dokter Larissa untuk mengetahui keadaan kandungan Celine," gumam Anna sebelum dia beranjak dari dapur.

Di dalam kamarnya, Celine memandang heran pada semua makanan dan minuman yang diletakkan pelayan di atas meja.

"Kenapa makanannya dibawa ke sini?"

"Nyonya Besar yang memerintahkan untuk membawa semua ini," jawab pelayan dengan sopan.

"Sebanyak ini?" tanyanya kembali.

"Iya, Nyonya," jawab pelayan sambil menganggukkan kepalanya.

"Biasanya saya makan di meja makan bersama anggota keluarga yang lain. Kenapa sekarang saya dibawakan makanan ke kamar?" tanya Celine sambil mengernyitkan dahinya.

"Maaf, Nyonya. Saya hanya menjalankan perintah saja. Mulai hari ini, Nyonya Besar memerintahkan agar Nyonya mendapatkan makanan dan minuman yang bernutrisi tinggi agar mempercepat kehamilan Nyonya," jawab sang pelayan sambil menundukkan kepalanya.

Seketika Celine tidak bisa berkata-kata. Dia merasakan sakit hati hanya karena mendengar ucapan dari pelayan tersebut yang menyampaikan perkataan Anna.

Melihat ekspresi Celine saat ini, sang pelayan pun berpamitan undur diri dari kamar tersebut. Dari wajah Celine saat ini, dia bisa melihat kesedihan majikannya.

"Ternyata Mama memang sangat kecewa padaku. Apa yang harus aku lakukan? Hasil pemeriksaan ku baik-baik saja. Aku bisa hamil kapan saja. Akan tetapi, kenapa sampai saat ini aku belum bisa hamil? Apa masalahnya?"

Tiba-tiba Celine terkesiap tatkala mengingat sesuatu. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah menolak kebenaran yang ada di dalam pikirannya, seraya berkata,

"Jangan-jangan, tidak. Tidak mungkin Sean yang bermasalah."

Namun, ketika matanya melihat ke arah meja, segera dia menyantap makanan dan minuman tersebut dengan harapan bisa mempercepat kehamilannya.

Setelah Anna menghubungi dokter kandungan yang memeriksa Celine, dia memerintahkan pada semua pelayan agar tidak memperbolehkan Celine bergerak berlebihan dengan alasan agar sang menantu tidak kelelahan. Bahkan pada saat makan malam pun Anna terlihat sangat perhatian dan banyak mengatur menantunya.

Tiga pria yang berada di meja makan itu pun merasa heran pada sikap Nyonya Besar rumah tersebut.

"Ada apa, Ma? Kenapa Mama tidak seperti biasanya?" tanya Sean pada mamanya.

"Apa ada yang aneh jika Mama memperhatikan menantu Mama?" tanya balik Anna dengan santainya.

"Ma, sikap Mama sekarang ini seolah-olah tidak memperbolehkan Celine untuk bergerak, dan juga Mama mengatur makanan untuknya," ujar Dave sambil menatap heran pada mamanya.

Anna meletakkan sendok dan garpu yang dipegangnya di atas piringnya. Kemudian dia menatap Dave, dan berkata,

"Mama hanya tidak ingin menantu Mama kelelahan, dan juga Mama ingin agar istri Sean bisa cepat hamil, karena itulah mulai dari sekarang Mama memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsinya."

Seketika Sean merasa sedih. Dia menoleh ke arah istrinya yang duduk di kursi sebelah kirinya. Celine tampak menundukkan kepalanya, seolah tidak berani menatap semua orang yang ada di meja makan tersebut.

Setelah makan malam usai, Celine segera masuk ke dalam kamarnya. Perasaan sedih karena belum juga mendapat keturunan, lagi-lagi menghampirinya.

"Sayang, sudahlah. Jangan dipikirkan perkataan Mama di meja makan tadi. Kamu tahu kan jika kemungkinan besar Mama melakukan itu karena kecewa pada--"

"Sayang, sebaiknya kamu periksa ke dokter, karena hasil pemeriksaan ku tadi tidak ada masalah. Atau kita berdua menjalani program kehamilan saja agar aku bisa cepat ha--"

"Aku sehat. Tidak ada masalah dengan kesuburan ku," sahut Sean yang terlihat kesal mendengar usulan istrinya.

Celine menghela nafasnya. Dia meraih tangan suaminya, dan berkata dengan lembut.

"Tidak ada yang meragukan kesuburan mu, Sayang. Hanya saja aku mengharapkan kita agar mengikuti program kehamilan. Siapa tahu jika program itu sangat membantu kita untuk bisa segera mendapatkan keturunan."

Sean melepaskan tangan istrinya. Dia beranjak dari duduknya, seraya berkata,

"Aku sibuk. Aku tidak ada waktu untuk melakukan hal-hal konyol seperti itu."

'Hal konyol? Kamu sangat egois! Kamu tidak merasakan apa yang aku rasakan ketika mamamu menanyakan tentang kehamilanku. Kamu tidak merasakan kesedihanku ketika mamamu membicarakan tentang cucu,' batin Celine mengumpat suaminya.

Celine memeluk suaminya, dan memohon padanya diiringi suara serak yang menandakan tangisnya.

"Sayang, aku mohon. Tidak ada salahnya kita mencoba hal konyol untuk bisa cepat mendapatkan keturunan."

Sean melepaskan pelukan istrinya, dan menggendongnya menuju ranjang. Diletakkannya dengan perlahan tubuh sang istri dan menatap lembut manik matanya. Kemudian dia berbisik di telinganya,

"I want you."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cicih Sophiana
Semangat Celine... Sean suami yg baik jgn hiraukan Dave yg konyol... lanjut semangat thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status