Home / Fantasi / Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin / Bab 28. Gerbang yang Menjawab

Share

Bab 28. Gerbang yang Menjawab

Author: Quennnzy
last update Last Updated: 2025-07-08 12:23:54

Langit terus meratap.

Tangisan tak bersuara itu turun ke bumi dalam bentuk cahaya suram yang membekukan udara. Suara-suara dunia mulai membisu satu per satu desiran angin, gesekan daun, bahkan detak jantung mereka pun terasa jauh. Seolah-olah dunia tengah mempersiapkan sesuatu. Menanti sesuatu.

Dan di tengah keheningan yang menghimpit, Alura mengambil langkah pertama.

Satu langkah ke arah dirinya sendiri versi kosong dari dirinya, yang lahir dari cahaya merah gelap Gerbang. Setiap langkahnya meninggalkan jejak api biru di tanah, tapi tak ada yang terbakar. Api itu dingin... dan hidup.

Rafael bergerak, ingin menghentikannya. Tapi Arga menahan lengan pria itu.

“Biar dia sendiri yang memilih,” ujar Arga pelan. “Gerbang tidak bisa dipaksa. Bahkan oleh cinta.”

Rafael menatapnya sejenak, lalu menurunkan senjatanya dengan enggan.

Alura berhenti tepat di depan sosok tiruannya. Ia mengulurkan tangan.

“Aku tak akan memilih sisi mana pun,” bisiknya. “Tapi aku akan mengenali semua sisi da
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 44. Di Antara Bayangan yang Mengendap

    Hujan turun tipis di atas Velmora malam itu. Tapi bukan hujan biasa. Titik-titik airnya berpendar redup seperti partikel sihir yang lelah, jatuh dari langit dengan napas terakhir. Mereka tidak membasahi tanah, tidak pula membuat suara. Hanya jatuh… dan menghilang sebelum menyentuh permukaan. Alura berdiri di balkon kamar penginapan, menatap ke kejauhan. Spiral di dadanya kini lebih stabil. Tapi ia tahu kedamaian itu semu. Di luar kota, gerakan bayangan mulai meningkat. Dan yang lebih berbahaya bukanlah mereka yang muncul terang-terangan… tapi mereka yang menunggu dalam diam. “Velmora akan jadi medan uji,” kata Rafael dari balik punggungnya. Ia memeluk Alura dari belakang, hangat tubuhnya menjadi satu-satunya hal yang masih terasa nyata malam itu. “Mereka ingin melihat… apakah kau akan jatuh seperti Myra.” Alura tidak menjawab. Tapi pandangannya memaku pada menara pusat Ordo, tempat para pemimpin Ordo dan Tetua berkumpul diam-diam sejak dua hari lalu. “Ada yang salah dengan merek

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 43. Mereka yang Membentuk Dunia

    Malam belum bergeser, tapi bayangan di Velmora mulai berubah bentuk. Dari atap penginapan tua tempat mereka beristirahat, Alura menatap jalanan kota yang dipenuhi pasukan Ordo. Setiap pergerakan dipantau. Setiap bisikan disimpan. Tapi bukan itu yang membuat dadanya terasa berat. Yang mengganggunya… adalah tatapan dari seseorang yang berdiri jauh, di balik kegelapan. Tatapan yang pernah ia kenal. Pagi itu, Rafael menemukan Alura sudah berdiri di halaman belakang penginapan, mengenakan jubah gelap yang membungkus seluruh tubuhnya. Udara masih menggigit, tapi ia tak tampak menggigil. “Kau tidak tidur,” katanya pelan. Alura menggeleng. “Aku mendengar suara mereka.” “Yang dari Gerbang?” “Bukan. Yang... dulu membangunnya.” Rafael menegang. “Mereka…?” Alura memandang ke arah barat. “Masih hidup. Tidak semua. Tapi cukup banyak untuk membentuk ulang apa yang pernah mereka ciptakan.” Rian datang membawa kabar dari menara observasi. “Tiga Penjaga Transisi lenyap tadi malam. Tidak ada

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 42. Kota yang Tidak Mengenal Damai

    Tiga hari setelah meninggalkan Shanvalis, mereka tiba di kota perbatasan: Velmora.Dulu, Velmora adalah kota kecil yang tenang. Terletak di antara pegunungan lembut dan jalur dagang kuno, tempat itu pernah jadi pelarian bagi mereka yang ingin menjauh dari kekuasaan Ordo maupun bekas wilayah kekaisaran. Tapi sejak langit pecah di atas Shanvalis, udara kota ini tidak pernah benar-benar tenang lagi.Rafael menghentikan kudanya di gerbang luar. “Lihat bendera itu.”Alura menatap ke arah yang dimaksud. Di puncak gerbang, bendera Ordo dikibarkan setengah tiang. Tapi bukan hanya itu. Di bawahnya, ada simbol lain, tiga lingkaran yang saling bertumpuk, lambang para Penjaga Transisi.Rian mengumpat pelan. “Mereka sudah di sini.”Arga turun dari kudanya. “Kita butuh tempat berlindung. Dan informasi.”Velmora lebih sunyi dari yang mereka ingat. Wajah-wajah penduduk terlihat pucat, penuh curiga. Anak-anak tidak lagi berlarian. Pedagang hanya membuka sebagian jendela, dan para penjaga berjalan berp

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 41. Yang Tidak Pernah Benar - Benar Pergi

    Shanvalis telah diam.Tak ada lagi nyanyian dari dalam tanah. Tak ada retakan di langit. Hanya kabut yang masih menggantung, lamban dan berat seperti helaan napas terakhir dari dunia yang baru saja bangkit dan kembali tidur.Alura duduk di tepian altar yang mulai retak, tapi tak lagi berdenyut. Spiral di dadanya masih bersinar lembut, namun tak lagi panas. Ia tidak tahu apakah itu pertanda baik… atau hanya jeda sebelum sesuatu yang lebih besar datang.Rafael berdiri tak jauh, punggung bersandar pada tiang batu yang belum runtuh. Pedangnya masih di tangan, tapi matanya lebih tertuju pada Alura ketimbang sekeliling.“Sudah tenang?” tanyanya pelan.Alura tidak menjawab. Tapi tatapannya tidak lagi terbakar. Hanya… kosong.Arga dan Rian sedang memeriksa perimeter luar altar. Mereka tak bicara banyak. Entah karena kelelahan, atau memang tidak ada kata yang cukup untuk membungkus apa yang baru saja mereka lalui.“Sesuatu berubah,” kata Alura akhirnya.Rafael mengangguk. “Bukan hanya di dunia

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 40. Nyanyian dari Dalam Retakan

    Tanah berguncang seperti napas terakhir dari raksasa yang tertidur ribuan tahun. Udara mengeras, seolah dunia menahan tarikan napasnya sendiri. Di atas altar raksasa, retakan yang membelah langit menggeliat seperti luka yang menolak sembuh. Cahaya dari celahnya bukanlah cahaya biasa. Ia tidak bersinar... ia bernyanyi. Alura berdiri di tengah pusaran kekuatan. Spiral di dadanya berpendar hebat, merespons nada-nada tak kasatmata yang mengalun dari atas. Cahaya itu menyusupi kulitnya, menyusup ke tulang, lalu masuk ke jantung yang pernah hancur dan disatukan kembali oleh luka. “Dengarkan baik-baik,” suara dalam dirinya berbisik. “Itu bukan suara dunia. Itu suara dinding antara dunia.” Rafael mencoba mendekat, tapi setiap langkahnya seperti melawan gravitasi. Arga tertahan di tepi altar, tubuhnya menahan angin sihir yang mengamuk. Rian berdiri di belakang mereka, menciptakan perisai, tapi bahkan ia tahu: tak satu pun dari mereka bisa menghentikan apa yang sedang terjadi. Dari celah r

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 39. Mereka yang Tidak Pernah di Pilih

    Bayangan-bayangan itu mendekat. Langkah mereka tak bersuara, tapi bumi di bawah kaki mereka retak perlahan. Seakan tanah pun enggan memikul mereka, makhluk yang lahir dari pecahan kekuatan, tapi ditinggalkan sebelum sempat diberi nama. Alura berdiri di depan Rafael, Arga, dan Rian. Nafasnya berat. Bukan karena takut, tapi karena seluruh pecahan di tubuhnya mulai bergetar… merespons keberadaan yang serupa. Sama-sama pecah. Sama-sama ditolak. Sosok berjubah hitam-merah di depan mereka mengangkat tangannya. “Lihatlah, Alura,” katanya dengan suara tajam seperti pisau yang belum pernah diasah. “Ini adalah mereka yang tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih. Kami dibentuk… lalu dibuang.” Salah satu dari para bayangan melangkah ke depan. Seorang perempuan muda, tubuhnya kurus, tapi matanya menyala seperti bara yang terus dipendam. “Aku melihat ibuku hanya satu kali. Ia menangis... saat menyerahkan aku pada para Arsitek. Lalu pergi. Mereka bilang aku akan jadi penjaga dunia. Tapi y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status