Beranda / Fantasi / Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin / Bab 67. Gerbang Kesepuluh dan Kebenaran yang Terkubur

Share

Bab 67. Gerbang Kesepuluh dan Kebenaran yang Terkubur

Penulis: Quennnzy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-28 07:51:27

Kabut di lorong itu akhirnya mereda. Tapi suasana tidak menjadi lebih ringan. Justru udara menjadi lebih berat, lebih menekan, seolah mereka tengah berjalan ke dalam dada dunia itu sendiri, tempat napas pun terasa mahal.

Dinding-dinding batu berubah menjadi formasi hitam berurat merah, memancarkan pancaran samar. Dan di ujung jalan itu, berdiri Gerbang Kesepuluh.

Tinggi dan gelap, tak memiliki ukiran apa pun. Hanya permukaan licin yang memantulkan bayangan mereka buram, bergetar, seolah menolak mengakuinya sebagai manusia sepenuhnya.

Alura melangkah maju, namun Rafael merentangkan tangan menghentikannya.

"Ada sesuatu di balik itu. Sesuatu yang bukan hanya pintu."

Alura memandang ke arahnya. “Apa maksudmu?”

Rafael diam beberapa detik. “Gerbang ini bukan dibuat oleh tangan manusia… atau makhluk apa pun yang kita kenal. Ini bukan pelindung rahasia. Ini penjara.”

Alura menelan ludah. Pandangannya beralih ke permukaan gerbang yang kini perlahan berdenyut. Ada sesuatu… atau se
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 70. Luka yang Mengajarkan Diam

    Langkah Rafael bergema di ruangan yang tak memiliki ujung. Lantai yang diinjaknya bukan batu, bukan tanah—melainkan kenangan. Ia melangkah melewati bayangan yang memantulkan dirinya sendiri, namun tidak satu pun dari mereka terlihat sama. Yang satu tersenyum dengan darah menetes dari dagu. Yang lain berlutut sambil mencengkeram dada. Dan yang ketiga... menatapnya penuh benci. “Ini bukan aku...” bisiknya, meski hatinya tahu itu bohong. Satu suara menyeruak dari balik lorong: suara lelaki muda yang sudah lama ia kubur dalam diam. "Rafael." Ia menoleh. Dan untuk pertama kalinya dalam belasan tahun, ia melihat adik kandungnya. “Darian...” bisiknya nyaris tak terdengar. Adik itu lebih muda, lebih kecil, dengan mata kelabu yang dulu selalu menatap Rafael penuh percaya berdiri di tengah lorong. Tapi tubuhnya penuh luka. Lehernya dililit rantai tipis yang menghitam, seperti bekas kutukan yang tak pernah sembuh. “Kenapa waktu itu kau pergi?” tanya Darian. Suaranya tid

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 69. Tangga Menuju Luka yang Belum Pulih

    Tangga batu itu terasa seperti pusara yang tak berujung. Setiap langkah yang diambil Alura dan Rafael dipenuhi gema, seolah masa lalu menonton mereka dari dinding yang lembab dan berlumut. Udara kian dingin, menusuk kulit seperti kuku hantu yang belum juga ikhlas pergi dari dunia ini. Rafael berjalan di depan, satu tangannya menggenggam erat senjata pusaka yang kini mulai berdenyut hangat. Seolah benda itu tahu sesuatu di bawah sana sedang menunggu, dan bukan untuk menyambut mereka dengan damai. “Aku bisa mencium bau darah,” kata Alura pelan. Rafael tidak menoleh, tapi ia mengangguk. “Dan sesuatu yang lebih tua dari itu.” Tangga berakhir pada sebuah lorong sempit. Di ujungnya ada pintu besi tinggi berukir simbol-simbol purba. Lambang kerajaan lama, lambang pengkhianatan. Lambang keluarga yang telah dibasmi dari sejarah. Alura meletakkan telapak tangannya pada permukaan besi. Ada sesuatu yang bergetar bukan dari luar, tapi dari dalam dirinya. “Tempat ini... seperti tahu siapa aku.

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 68. Nafas Terakhir Sang Penjaga

    Suara dari bayangan itu tak juga berhenti. Semakin lama, bisikannya terasa seperti kuku-kuku tajam yang menggores lapisan dalam pikiran. Alura menahan napas, tetapi jantungnya berdetak terlalu keras untuk bisa diabaikan. Rafael berdiri kaku di sampingnya, tangannya sudah menempel pada gagang pedang, tetapi tak ada yang bisa dilawan. Karena musuh mereka sekarang bukan sesuatu yang bisa dilukai melainkan sesuatu yang menyusup diam-diam ke dalam niat dan keyakinan. "Aku akan menjadi segelnya," suara Silvanna akhirnya terdengar jelas. Alura terkejut dan menoleh. "Apa maksudmu?" “Bayangan itu butuh wadah,” kata Silvanna lirih, sorot matanya tenang, seperti seseorang yang sudah berdamai dengan akhir. “Jika tidak disegel ulang, maka ia akan bangkit sebagai entitas penuh. Dan saat itu terjadi, seluruh reruntuhan ini akan menjadi awal kekacauan baru.” “Tapi kenapa kau?” tanya Rafael, nada suaranya nyaris terdengar seperti marah. “Kau bukan satu-satunya jalan.” “Aku… memang bukan satu-sa

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 67. Gerbang Kesepuluh dan Kebenaran yang Terkubur

    Kabut di lorong itu akhirnya mereda. Tapi suasana tidak menjadi lebih ringan. Justru udara menjadi lebih berat, lebih menekan, seolah mereka tengah berjalan ke dalam dada dunia itu sendiri, tempat napas pun terasa mahal. Dinding-dinding batu berubah menjadi formasi hitam berurat merah, memancarkan pancaran samar. Dan di ujung jalan itu, berdiri Gerbang Kesepuluh. Tinggi dan gelap, tak memiliki ukiran apa pun. Hanya permukaan licin yang memantulkan bayangan mereka buram, bergetar, seolah menolak mengakuinya sebagai manusia sepenuhnya. Alura melangkah maju, namun Rafael merentangkan tangan menghentikannya. "Ada sesuatu di balik itu. Sesuatu yang bukan hanya pintu." Alura memandang ke arahnya. “Apa maksudmu?” Rafael diam beberapa detik. “Gerbang ini bukan dibuat oleh tangan manusia… atau makhluk apa pun yang kita kenal. Ini bukan pelindung rahasia. Ini penjara.” Alura menelan ludah. Pandangannya beralih ke permukaan gerbang yang kini perlahan berdenyut. Ada sesuatu… atau se

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 66. Jejak yang Tertinggal di Gerbang

    Langkah Alura menggema pelan di lorong batu yang sepi, hanya disertai desir angin yang mengusik rambutnya. Suara derap kaki Rafael tak jauh di belakang, tapi rasanya sepi itu tetap tak bisa diusir. Gerbang Kesembilan telah tertutup. Arga telah menghilang bersamanya. Sampai detik ini, ia belum bisa berkata-kata. Rafael diam saja sejak mereka menuruni undakan terakhir. Tapi diamnya bukan dingin seperti biasanya. Ada sesuatu yang retak di balik sorot matanya retakan yang tak sepenuhnya ia tunjukkan. Dan Alura tahu, luka itu bukan hanya miliknya. "Aku tak bisa dengar suaranya lagi." Alura akhirnya berkata, pelan. "Suara Arga... seperti menguap bersama cahaya gerbang itu." Rafael menatapnya sebentar. Lalu menunduk, seolah membenarkan kata-kata itu dalam hati. "Aku tidak tahu apakah ia akan kembali," lanjut Alura, kali ini suara gemetar. "Tapi kurasa… dia memang tak pernah berniat kembali sepenuhnya." Rafael mengangguk sekali. "Dia memilih. Dan kadang… pilihan itu bukan soal hidup at

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 65. Suara dari Dalam Gerbang

    Langkah Alura tertahan di ambang Gerbang Kesembilan. Angin dari dalam celah itu tidak dingin, tapi hangat seolah mengundang, memanggil... atau menjebak. Namun bukan itu yang membuatnya sulit bernapas. Bukan gemuruh suara ribuan roh yang bergema dalam kepala. Bukan cahaya ungu yang menyala dari celah-celah batu yang terbuka di sekelilingnya. Tapi... Bayangan Arga. Sosoknya tak lagi berdarah atau terluka. Tak juga terbakar oleh kekuatan kegelapan yang meledak di tubuhnya. Ia berdiri di dalam gerbang, menatap Alura dengan mata yang tak sepenuhnya manusia lagi. “Aku tidak bisa pergi,” ucapnya, suaranya nyaris hanya bisikan. “Karena sebagian dirimu masih bersamaku.” “Arga...” Napas Alura tercekat. Luka di hatinya belum mengering, tapi kini dibuka kembali oleh kehadiran sosok itu. “Aku sudah mati, Alura.” “Tapi bayanganku masih hidup… di dalammu.” Alura menggigit bibir. “Kau tidak bisa melakukan ini. Kau sudah memilih untuk pergi, untuk mengorbankan dirimu.” “Bukan untuk dunia. U

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status