LOGINAngel terus ketakutan, ketika datang suara sepeda motor yang sudah membawanya ke tempat sunyi itu.
"Wanita jalang..., dasar kau wanita jalang," kata Si lelaki hidung belang itu yang tak jauh dari keberadaan Sang Ratu Guardias itu.
Sialnya saat itu bagi Angel, lewat seekor kucing lasak menggerayangi lokasi persembunyian Angel.
"Mati... Aku...," pikiran jorok sudah merasuki Sang Ratu. Dia mencoba menahan untuk tidak bersuara.
Kucing itu malah makin mendekatinya, bahkan menjilati darah-darah yang keluar dari kakinya yang setengah kering.
"Aduh...," erangnya, Matanya berair ia hampir pasrah. Tak habis ide agar selamat jadi kejaran Si lelaki bejat itu. Ia menepiskan kucing dengan tangan kirinya sekuat tenaga.
Suara kebisingan knalpot dan suara perempuan itu bercampur. Sesekalli Lelaki bejat itu sadar ada suara berisik saat mendekat di tempat banyak daun-daun yang semak itu. Pandangannya tertuju ke arah barat tepat di sebelah tangan kanannya. Ia memutarkan arah kunci sepeda motornya, dan turun dari kendaraannya itu.
Tampak seekor kucing keluar dari semak-semak itu dilihatnya. Sempat mengurungkan dan mau balik dari tempat semak itu, sewaktu kaki kanan hendak mengengkol sepeda motornya. Terlihatnya pula seekor monyet di atas pohon menunduk melihat ke arah bawah tepatnya pada semak-semak tadi. Belum curiga awalnya, tapi lama-lama dia heran kenapa monyet melihat ke bawah begitu lama.
Insting jahat sempurna ," akhirnya Aku temukan Kau wanita jalang," katanya penuh dengan nafsu bejat yang menguasainya.
Spontan Angel berdiri tegak keluar dari persembunyian, dia berusaha berlari menjauh dengan kaki yang tertatih. Namun apalah daya Si lelaki hidung belang itu terlebih dahulu mendapatinya. Ia meraih tangan kanan Angel.
"Mau ke mana Sayang...," katanya dengan tersenyum jahat kepada Angel.
Angel berusaha menepis, tangan kirinya melayangkan kuat ke arah pipi lelaki dengan kuat.
"Puukkkkkkk...., lepaskan Aku bangsat," katanya sambil marah menatap tajam.
"Oh begitu, baru saja menampar terus langsung mau pergi begitu saja," balasnya. Kali ini lelaki hidung belang itu berhasil memegang kedua tangan Angel.
Saat itu, hari sudah mulai menggelap. tak ada satu pun tanda-tanda kehidupan di sana. Memang tempat itu jauh sekali dari pasar di mana mereka bertemu di awal tadi.
Si lelaki hidung belang terus menjadi-jadi, ia mencoba melancarkan aksi bejat di situ saja. Padahal awalnya niatnya mau membonceng Angel ke rumah kosong, yang tak jauh dari tempat itu, kurang lebih 1 kilometer lagi di ujung jalan perbatasan dekat sungai.
"Tadinya Aku mau memperlakukan Mu dengan manis sayang di sebuah rumah di ujung jalan ini, dekat sungai di sana," rayunya dengan menunjukkan jari telunjuknya ke arah yang dimaksudnya.
Kaki kanannya mencoba menekukkan kaki kiri Angel, hingga terjatuh. Ia berhasil melumpuhkan wanita yang tidak lain adalah sang Ratu Guardians.
"Tamatlah sudah," dalam hati Angel. Ia menagis dan memohon kepada lelaki itu.
"Tolong jangan lakukan ini. Aku akan memberimu uang dan emas, jika kau melepas kan Aku. Please," kata Angel dengan penuh air mata.
"Aku adalah Ratu Guardians, aku meminta kepada keluarga ku untuk memberikan apa yang kamu mau," pintanya dengan harap.
Diam sejenak, sambil menatap lebih dekat ke mata Angel. "Wah...,wah..., wah..., apa Aku tidak salah menjerat wanita. Rupanya yang di hadapan ku adalah seorang Ratu," ledek lelaki bejat itu.
"Kalau begitu, aku makin bergairah. Kali ini Aku bertemu seorang ratu. Belum tau rasanya bagaimana nikmatnya." katanya lagi dengan tertawa.
Tangannya mulai lancang memegangi tangan dan tubuhnya, hingga tak sadar mata Angel terpejam dengan penuh air mata, satu kancing bajunya dibuka.
Bersambung***
Tak lama kemudian, keesokan harinya, langit masih menyisakan mendung dari hujan dan petir yang mengguyur sepanjang malam. Awan kelabu menyelimuti suasana seperti kabut dosa yang enggan pergi.Di kamar tidurnya yang megah namun terasa hampa, Ratu Angel bangkit dari tempat tidurnya dengan mata melek dan wajah yang belum tersentuh tidur. Malam yang harusnya menjadi tempat peristirahatan, justru menjadi ajang pergolakan batin baginya.Pikiran tentang pria asing yang terluka parah itu terus membayanginya, seolah roh lelaki itu memanggil-manggil dari kejauhan. Louis. Nama yang terdengar asing namun mulai terasa dekat di hatinya. Ada sesuatu pada pria itu, entah karena lukanya terbuka jelas, atau karena kenyataan bahwa tak seorang pun tahu dari mana asalnya. Yang pasti, Ratu Angel tidak bisa tinggal diam alias iba.Dengan jubah biru tuanya yang kini lembap hujan saat itu, Ratu Angel melangkah cepat.Di rumah tua tunggal itu. Ia segera menemui pemilik rumah itu, yang sudah cukup rela ber
Satu hati miliknya mulai bimbang. Terlalu lama ia meninggalkan istana. Terlalu lama mengabaikan peran sebagai Ratu Guardians.Ia duduk di sisi Louis, pria asing yang kini terbaring lemah di atas dipan kayu tua. Di telapak tangannya, masih ada sisa ramuan herbal yang dingin. Pandangannya terpaku pada wajah pria itu. Asing. Tapi entah mengapa... terasa begitu familiar.Matanya yang sempat terbuka tadi, menatapnya dengan cara yang aneh, seolah mengenalnya. Seolah telah melihatnya di tempat lain. Di masa lain.Tatapan itu mengganggu pikirannya sejak tadi. Tatapan itu baginya."Aku tak bisa tinggal lama di sini... Istana pasti mencariku... tapi bagaimana mungkin aku tinggalkan pria yang terluka ini dalam keadaan seperti ini?" bisik batinnya. Ia tak menemukan jawaban yang bisa menenangkan.Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba meredam gejolak dalam dadanya. Pikirannya berpindah ke pemilik rumah tampak sibuk di dekat perapian. Gerak-geriknya tenang, tapi dari sorot matanya, Ratu tahu
Ratu berjalan pelan ke arah kantong plastik yang dimaksud. Tangannya gemetar, entah karena dingin atau karena rasa takut yang belum benar-benar hilang. Saat ke sana ramuan tujuh warna itu menyatu dalam satu ikatan aroma tajam dan aneh, seperti gabungan tanah basah dan dedaunan yang dibakar. Dengan air hangat yang tersisa, ia mulai membersihkannya, satu per satu.Sementara itu, Louis mulai merintih. Nafasnya berat, tubuhnya menggigil hebat. Ratu menoleh ada semacam dorongan dalam dirinya untuk menyelamatkan pria itu, meskipun dia belum sepenuhnya tahu siapa dia sebenarnya.“Tuan... ini sudah bersih,” kata Ratu sambil menyerahkan bahan-bahan itu.Pemilik rumah itu menghampiri, mencampur ramuan dalam mangkuk tanah liat, lalu mengaduknya dengan cepat menggunakan tongkat kecil yang tampaknya sudah sering digunakan untuk keperluan serupa.“Oleskan ini pada luka di punggung dan lengannya. Jangan sampai mengenai bagian perut, belum waktunya,” katanya cepat.Ratu mengangguk, lalu menoleh p
"Sedang apa kalian di sini?" kata seseorang dengan nada pria tepat di belakang. Bola hitam mata Ratu naik, ia tak mampu berkata apa pun. Suara pria di belakangnya itu mengagetkan sekali.Ratu memberanikan diri menghadap ke belakang."Haaaa...," Ratu berteriak histeris. Dia ketakutan melihat wajah pemilik rumah. "Kau seenaknya, di sini...?""Apa yang anda katakan?" "Oh..., anda pikir kami melakukan tindakann tak senonoh," imbuhnya.Ratu menggeser badan dengan posisi kaki yang tetap semula."Coba kau lihat dengan benar?" ucap Ratu kesal.Spontan pemilik, merasa bersalah matanya merembes, situasi sebenarnya merubah sikap pemilik rumah.Ratu Angel yang saat itu memakai pakaian yang basah kuyup, merasa harus pulang. Mungkin saja orang-orang istana Guardians kecarian."Dingin..., dingin...," kata Louis mengigau. Situasi yang makin sulit menyesakkan dadanya. Ratu berusaha berjalan perlahan-lahan, berniat mau menghindar.Sementara pemilik rumah itu mencari kayu bakar di dalam rumahnya. Ter
Ratu tak mengapa keberatan atau khawatir, tapi dia masih tersimpan ribuan tanda tanya atas laki-laki yang bernama Louis.Situasi makin membuat Ratu Angel panik, saat Louis pingsan. Bertepatan dengan waktu yang sama hujan deras mengguyur daratan.Mau tidak mau Ratu Angel panik. Ia pusing tujuh keliling, bagaimana memikirkan Louis, pria yang baru dikenalnya itu bisa selamat.2 menit itu waktu itu berlalu. Ia tak menemukan siapa pun di sana, semua pasukan Guardians yang ia lihat itu juga tak tampak. Kebingungan menyelimuti dirinya.Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memapahnya. Ia tak memikirkan apa situasi yang bakalan terjadi di depannya. Semua barang-barang dan ramuan tumbuhan yang ia dapatkan tak dapat dibawa. Ia berjalan di tengah-tengah hujan deras. Ia membawanya mengangkat lengan kanan pria tersebut ke bahunya, dengan kaki yang terseret-seret.Ratu Angel memapahnya sekuat tenaga. Pasalnya berat badan Ratu dan pria itu berbanding jauh berkisar selisih 50 kiloan. Ia kelelahan sek
"Coba kamu ceritakan dari awal kamu ketika kamu mengenal Louis, Angel?" ucap Tetua Dewan Penasehat Guardians kepadanya (Ratu Angel).Ratu Angel menangis tersendu-sendu, ia merasa semua panah mengarah dirinya."Sebenarnya aku enggan menceritakannya, karena aku tak ingin mengingatnya," Tetua Dewan Penasehat itu tersenyum dan mulai merengkuh Ratu dengan kelembutan. "Ini adalah aib bagi Guardians, jika tidak kau ceritakan, kau justru akan menimbulkan ketidakpercayaan di dalam istana. Bahkan namamu akan didepak dari Guardians,"Ratu Angel menunduk, "aku tidak tahu mulai dari mana,""Ayolah kau pasti bisa menceritakannya.""Ini demi Guardians, suamimu, anaknya, dan kita semua," imbuh Tetua Dewan Penasehat berbisik."Aku tak tahu harus mulai dari mana...," imbuh Ratu mengulanginya."Tarik napasmu secara perlahan-lahan," ucap Tetua Dewan Penasehat sembari memijit-mijit bahu ratu.Ratu menghelakan napasnya seperti terasa orang sesak, "Baiklah. Aku mencobanya.""Saat itu, pria itu tampak terluka







