Satu kancing baju Angel sudah terbuka. Angel tak bisa lagi menahan tenaga dari lelaki hidung belang itu. Bahayanya mulai turun ke kancing kedua. "Ya Tuhan kumohon hentikanlah ini," pintanya dalam hatinya.
"Kenapa kamu menangis Sayang..." kata lelaki semakin bernafsu.
"Duduklah Sayang di bawah Aku akan memperlakukanmu dengan manja,"
"Setelah itu kita pergii ke tempat mau kamu tuju," katanya dengan halus.
"Cuiiih...,. kurang ajar, beraninya kau memperlakukan seorang Ratu dengan memperkosa. Kau kan tahu apa akibatnya," balas Angel dengan tangis.
"Baiklah Ratu kalau begitu akan berupaya lebih baik lagi. ha...ha...ha," tawanya lagi penuh goda.
"Tina...,Tina..., pussh...,pussh..., pulang sudah mau malam." kata seseorang yang datang ke arah lokasi.
Lelaki hidung belang itu panik. Tapi tangannya tetap saja bermain-main di area kancing.
Tak sengaja seorang yang mencari kucingnya itu melihat perbuatan tak senonoh tepat di depan matanya.
"Apa yang sedang kalian lakukan di sini," tanya dia kepada Si lelaki hidung belang itu.
"Hei Anak muda, jangan campuri urusan orang dewasa. Kalau kamu mau, nanti kukasih wanita cantik kepadamu, pasti akan ku gilir kepadamu," balasnya.
"Sedikit aneh terdengar sumbang. Aku mau tapi tidak sekarang." jawab dia sambil memukul wajah Si lelaki hidung belang. Setelah itu, terjadilah duel sengit antara keduanya.
Si lelaki hidung belang balik membalas memukul pria paruh baya tadi dengan pukulan setengah tak bertenaga dikarenakan luka yang dialaminya.
Pria paruh baya itu (Andi) kembali memukul kali dengan menggunakan batu batu pas di jidat Si lelaki hidung belang itu. Lukanya yang tadi hanya kecil, melebar makin parah dan menganga.
"Akhh...," Si lelaki hidung belang itu meper, matanya kelip setengah tertutup. Ia tumbang menimpa paha Angel.
Sontak Angel menyingkirkannya dari pahanya. Angel berdiri ke hadapan lelaki paruh baya itu menatap penuh harunya.
Air matanya terus terjatuh, " terimakasih ya. Kamu telah menyelamatkan Saya," kata Angel kepadanya.
"Tak masalah Aku hanya mencari kucing ku yang bernama Tina, warnanya hitam bulunya lebat, Dia (kucing) sering bermain di tempat ini," katanya mengenalkan namanya Andi.
"Oh..., kucing tadi itu, tadi dia (kucing) di samping ku. Tapi sudah pergi, Aku gak tahu pergi kemana," Balas Angel mengulurkan tangannya dengan menyebutkan namanya (Angel).
"Kalau begitu tunggu sebentar, Aku mencari kucing ku dulu ke arah sana. Kamu tunggu di sini saja Angel. Aku akan mengantar mu," jawab Andi.
Andi menapak memutar berjalan ke arah pohon besar, Di pohon itulah ia menemukan kucingnya sedang memakan tikus dengan cara memakan yang agak aneh. Tina (kucing) langsung menerkam hewan buruannya dan menelannya tak seperti kucing pada umumnya.
"Tina ngapain kamu di situ. Oh..., kamu lagi makan ya," kata Andi nampak Tina di balik pohon dan mengendongnya di kedua tangannya.
Sekembali dari sana, Sang Ratu Guardians itu merasa aneh kalau kucing itu berlumuran darah di sekitar mulutnya.
"Kamu kenapa melihat Tina (kucing) begitu?"
"Gak kok, Aku merasa aneh saja, Soalnya mulutnya penuh darah," tanya Angel.
"Iya Tina (kucing) memang sukanya begini, jadi kamu jangan heran,"
Tampaknya Andi merasa tersinggung, dia membuang wajah tak menoleh ke arah Angel.
"Maaf ya, Aku hanya agak heran saja."
"Hmmm...," jawabnya simpel.
"Oh iya Aku mau pulang...," imbuhnya tanpa mengajak Angel, padahal di awal tadi janji mau mengantarkannya.
"Kamu jangan tinggalkan Aku sendiri di sini dong. Aku takut," Balas Angel.
Bersambung...
Hari-hari terakhir itu dipenuhi hujan gerimis. Hari berkabung itu penuh ratusan orang mengikuti pemakaman Raja Guardians (Lomon). Semua hadirin tertunduk saat pemakaman sedang berlangsung.Ratu berlutut di tanah merangkai kata perpisahan terakhir kalinya,"Engkaulah putraku yang tampan, jiwamu akan tetap dihati. Ibu tak ingin mengingat duri yang menancap di hati. Hari ini telah kusebarkan mawar, kutitip doa. Semoga engkau ditempatkan di tempat yang paling baik di sana kelak.Dino dan Jennita terus menanti sabar, tak iba melihat Ratu. Keduanya mendekati Ratu yang berada di depan makam Lomon anaknya.Ratu melirik nama yang tertancap di situ. "Sendiri ku di sini. Kini Ibu menjalani tanpa mu nak. Aku akan berjanji terus mengunjungi makam kamu, Di sini aku akan berbagi keluh kesah. Di sini bagi ku adalah bintang saat malam hening penuh gundah." "Ibu pergi nak, Ibu akan kembali kemari,"Saat itu, keduanya memeluk ratu, penuh kehangatan. Semua penuh tangis yang mendalam. "Perintahkan semuany
3 hari sudah berlalu, Lomon tak kunjung siuman. Dirinya semakin terpuruk, bahkan sekarat tak bangun. Kini ia menghadapi masa kritis."Apa kau sudah memanggil dokter? Apa anak ku masih bisa sembuh.""Dokter sedang menangani Tuan Lomon Nyonya. Dokter telah memeriksa di kamar istirahat tuan. Lalu bagaimana keadaannya?"Penjaga itu menggeleng-gelengkan kepalanya seakan memberikan isyarat kepada Ratu.Spontan mata Ratu Angel berkaca-kaca. Hatinya ingin memaksa penjaga mengatakan apa yang ia suka. Namun apalah daya, ratu tak dapat berbuat apa-apa.Ia sedikit bingung dan panik, Sebentar-sebentar kakinya melangkah maju, sebentar-sebentar ia mengurungkan kembali. "Sabar nyonya." ucap Jennita tiba-tiba datang memeluk Ratu dengan hangat."Kita tahu (Jennita), apa yang Ratu rasakan saat ini," "Terima kasih telah hadir bersama ku. Kau selalu begitu,"Tak lama, keduanya spontan terkejut. "Tuhan pasti tahu apa yang terbaik untuk kita," kata Dino memegang bahu kanan Ratu dan bahu kiri Jennita.Mend
Lanjutan"Tahukah kau, mungkin dengan air mata ini aku bisa menghapus semua luka-luka orang yang ku sakiti. Aku selalu hidup dengan kemewahan. Bahkan kepuasan ku terobati karena adalah seorang raja. Aku tak mengira aku bisa jadi seperti ini. Tapi semua sudah terlambat. Kini aku akan menebusnya," ujar Lomon yang terus mengeluarkan air matanya hingga mengering dengan sendirinya. "Aaaaa....," Dino berteriak."Diam kau... Tak bisakah kau cecurut Guardians." ucap penjaga yang dari arah luar.Penjaga itu masuk ke dalam, meribak sekujur tubuhnya. Di saat itu juga Lomon dengan matanya yang tertutup hanya bisa mendengar situasi yang terjadi pada Dino."Sekali lagi kau berteriak, aku akan mengakhiri nyawamu,"Dino lelah dan kesakitan. Tubuhnya dipenuhi memar dan luka. Tak lama penjaga itu pergi meninggalkannya.Dino merasa tak berarti. Ia merasa lemah di saat itu. Dia mencoba berusaha sekuat tenaga melepaskan jerat ikatan di tangannya. Di bilik depan, saat yang bersamaan Lomon merasa ada se
Lomon menoleh ke belakang ...Lomon terjatuh tak berdaya, namun ia lega meski tak mampu ke titik akhir. Lomon agak sedikit bangga atas apa yang diperbuatnya dulu. "Oh..., kasihannya sang Raja Agung Guardians," kata pasukan pakaian yang berbeda dengan mengangkat kepala Lomon. Saat itu pasukan memegang dagunya dengan 3 jarinya mengahadap ke langit. "Apa kau menyesal tuan muda?" kata orang itu dengan tangan masih di dagunya. "Bukan urusanmu," "Sebentar lagi aku akan menikmati apa yang kau milikku. Guardians akan ditangan-ku. Hahaha,""Kau sangat naif, ibuku akan melakukan sesuatu. Lihat saja, sesuatu akan terjadi," "Oh iya... Pangerang kecil Guardians ternyata menyebut-nyebut ibunya yang sudah diusirnya. Hahaha..., sandiwara apa lagi ini," "Apa Pangeran Kecil Guardians sadar atas apa yang dibuatnya. Hahaha." Ledek mereka. "Apa yang terjadi dengan dirimu, Pangerang Kecil Guardians?" "Kau kerasukan apa?" Ledek mereka lagi."Apa kau tahu Pangerang Kecil Guardians. Kau adalah kami.
Lomon tak pikir panjang, ia tak memperhatikan apakah ada melihatnya atau tidak.Selang beberapa menit kemudian, ia melihat ke kanan-ke kiri. Syukur tak ada yang melihatnya saat itu."Aku pasti memenuhi permintaan ibu," ujar Lomon dalam hati.Lomon mencari tempat yang lebih aman hingga menunggu waktu malam untuk menyelmatkan semua orang di situ.Sesekali pikiran rasa bersalah itu hadir seakan menyiksa dirinya. Ia menangis dan bersandar di pohon dimana ia bersembunyi.Ketika di sana mendengar suara teriakan, tapi kali ini berbeda, ia merasa mengenal suara itu. "Dinoooo...," ucapnya spontan dengan nada panjangLomon tak berlama-lama ia berjalan penuh keheningan, ia mencoba memikirkan sesuatu bagaimana mengelurakan semua tahanan di sana.Ia sengaja kembali ke tempat tadi untuk bisa lebih jeli lagi di mana samua tahanan tersebut.Tapi sesuatu yang tak mengenakkan, karena dirinya belum mandi semua nyamuk-nyamuk hutan bersarang di tubuhnya."Haus...,haus.., tolong tuan," kata seseorang di sa
LanjutanLomon melanjutkan perjalanannya kembali ke istana, tanpa pamit ke Ratu. Dia sangat terpukul setelah bertemu sang pembantu dapur istana sebelum ia menjadi Raja. Ia terus mengingat kesalahan-kesalahannya. Lomon berniat menempuh jalan yang tidak biasa. Firasatnya mungkin saja ada tanda sesuatu yang akan ditemui nanti.Pohon demi pohon ia lalu, jalan bebatuan sedikit usang sekilas tampak, karena laju kencangnya kudanya.Ia selalu berharap inilah detik di mana ia harus membayar atas apa yang telah dilakukannya.Seketika terdengar jeritan suara orang-orang dewasa dan anak-anak kecil yang menangis. Detik itu juga Lomon spontan menarik tali kekang kudanya. Ia berhenti dan langsung melompat untuk mencari tempat bersembunyi agar tak kelihatan."Ampun tuan..., ampun," terdengar lagi suara itu olehnya di tengah sana.Lomon makin penasaran, ia pelan-pelan maju mendekati mengijinjak daun-daun kering yang berserakan.Matanya tak lepas dari kewaspadaan, kaki kakinya tak sedikit melangkah b