"Ran-ran, Jie jie kembali! Apakah kau sudah merindukanku?"
Saat itu, Houran sedang berbincang dengan pengawal yang berjaga di depan kamarnya, yang belakangan dia ketahui bahwa itu menggunakan identitas nomor sembilan, dan memiliki nama Won Yu, dan tampaknya juga berhubungan baik dengan Jing Li, dan ia berencana meminta Nyonya Mei untuk membiarkan pengawal ini menjaga di sampingnya.
Dengan itu, suara keras saudara perempuannya, Jiayi ini bergema hingga menembus sampai ke lantai dua, dan membuatnya juga Won Yu terperanjat. Apakah seorang wanita selalu memiliki kekuatan suara sekeras ini?
Ia segera berjalan ke lantai pertama dan menemukan saudara perempuannya sedang merebahkan diri di sofa ruang bersantai dengan senyum cerah. Ada seorang pelayan tengah memungut tas yang teronggok begitu saja di kaki sofa, ketika dia masuk ke sana.
Dia duduk di sebe
Aku sengaja mengangkat beberapa topik yang masih banyak terjadi di kalangan masyarakat ya, jangan lupa berikan pendapat kalian juga mengenai isu tersebut. Oh iya, Terimakasih telah membaca, dan jaga kesehatanmu.
Houran sedang berada dalam suasana hati yang baik, tadi pagi Paman Li telah melaporkan kepadanya bahwa bibit juga pupuk telah tersedia, dan mereka dapat mulai berkebun kapan saja. Ia tidak sabar untuk memulainya. Mereka telah menyusun alat-alat dan juga bambu yang akan digunakan sebagai tempat dudukan pot, dan mereka mungkin bisa memulai penyemaian bibit dalam beberapa hari kemudian. Saat ini, dia sedang berjalan dengan senyuman di wajahnya, Jie jie sepertinya juga mengatakan tentang keinginannya untuk melihat proses berkebun nanti. Sekarang, ia hanya perlu menemui kedua orang tuanya dan meyakinkan mereka untuk menjadi yang pertama menabur bibit seperti yang biasa mereka lakukan di desa. Itu sebagai bentuk menghormati yang lebih tua, dan juga menyakinkan mereka bahwa dia dapat berkebun dengan baik. Baru saja, ia bertanya kepada salah satu pelayan yang mengatakan bahwa kedua
Keluarga Bangsawan Mei tengah gempar, Nyonya Mei sibuk menangis di sofa ruang tengah, dan Tuan Mei juga duduk dengan kerutan yang mendalam, tidak jauh darinya. Mu Qixuan duduk di kursi yang biasanya menjadi tempat kepala keluarga dengan wajah gelap seakan-akan sedang menghakimi keduanya. Kepala pelayan, Paman Li, yang dipanggil sebelumnya segera berdiri di samping Tuan muda pertama dengan wajah penuh kebingungan. Ia membungkuk, "Tuan muda, adakah yang dapat saya bantu?" Mu Qixuan menjawab beberapa saat kemudian, "dimana pengawal Ran-ran?" "Jing Li ada di sini, Tuan muda." Semula Jing Li masuk ke dalam kediaman karena menunggu Tuan muda Houran yang tidak kunjung kembali , tetapi entah bagaimana Ruang tengah utama justru menjadi tempat berkumpulnya semua anggota keluarga dengan raut wajah yang penuh awan gelap, d
Ketika Mu Qixuan benar-benar datang kepadanya, Houran tidak tahu apakah dia harus senang atau menyesal, dan tidak bisa menahan diri untuk mengutuk perihal isi kepalanya yang tidak masuk akal ini. Mengapa dia harus memanggil Mu Qixuan yang menyeramkan untuk datang, orang yang begitu kaku dan selalu penuh dengan keseriusan, apa yang bisa dia harapkan darinya? Dia melihat Mu Qixuan menarik kursi berwarna putih di depan meja belajar, dan membawanya ke samping tempat tidurnya, lalu berkata, "mengapa memanggilku?" Houran masih bimbang, tetapi dia tidak ingin menyimpan keluhan ini sendirian, setidaknya dia harus menemukan seseorang untuk bertukar kata dengannya. Mengapa tidak berbincang dengan Jing Li? Itu karena ini masalah keluarga, dan dia masih tidak ingin mengumbar aib orang tuanya. Dia berbisik, "Dage,
"Guk! Guk! Guk!" Houran yang tengah berbaring pada salah satu sofa kamarnya dengan televisi yang masih menyala, segera bangkit dengan penuh antusiasme dan berusaha untuk menemukan darimana asal suara anjing yang baru saja terdengar. Dia bergegas mengenakan sandal bulu di hadapannya dan berlari untuk membuka pintu ruangan, hanya untuk melihat sesuatu yang berwarna coklat dan bulat melompat ke dalam pelukannya begitu tiba-tiba. "Guk! Guk!" "Ahaha, lucunya." Dia tertawa dengan anjing yang bertumpu kedua tangannya, dan terus menjilati wajahnya dengan penuh sukacita. Dia mengamati sejenak si kecil dalam pelukannya, itu benar-benar bulat, dengan mata kecil dan telinga mungil yang begitu mengemaskan. Kedua kaki depan yang memanjat di dadanya sangat lembut seperti bantalan sofa yang baru saja dia duduki sebelu
Ketika mereka menuruni tangga, Houran menangkap pemandangan tenang dari seekor anjing hitam yang tengah duduk dengan kaki belakang yang tertekuk, dan kepala menunduk di samping salah satu sofa, tidak terlihat mengamati sekitarnya ataupun perduli dengan berbagai gerakan beberapa pelayan yang melewatinya. Seakan-akan itu tidak tertarik dengan apapun. Houran menyerahkan Cice yang menjilati pergelangan tangannya dengan riang untuk beralih ke dalam pelukan Jing Li, sambil melirik ke arah Jiang Xu. Dia berbisik, "apakah kau yakin anjing ini baik-baik saja? Itu tampaknya cukup terisolasi dari sekitarnya." Jiang Xu mengangkat kedua bahunya untuk menanggapinya, "dokter sudah mengatakan tidak ada yang salah dengannya, hanya saja itu tampaknya memang tidak begitu aktif seperti anjing pada umumnya." Berbalik setelah mendengarkannya, Hou
"Dage, kau kembali!" Houran tengah berlari dari arah rumah kaca dibelakang kediaman, ketika ia menjumpai Mu Qixuan yang baru saja akan masuk ke dalam rumah. Dia juga melihat Jiang Xu yang mengikuti di belakangnya. Bubu juga mengikuti di belakangnya dengan terus mengibas ekornya, seakan-akan ikut merasakan kesenangan milik tuannya. Dia berhenti tepat di belakang Mu Qixuan, sehingga itu harus berbalik untuk menghadap ke arahnya. Jiang Xu membungkuk kepadanya dengan senyum ramah, "Tuan muda Houran. Bagaimana dengan Bubu?" "Bubu sangat baik!" Houran mengangguk dengan penuh antusiasme, "dia berlari kemanapun aku berlari, dan dia juga berhenti di manapun aku berhenti." "Lalu, itu sangat bagus." "Um." Mu Qixuan yang mendengarkan dal
[26] Hari ketika - Penuh dengan Bubu "Bubu! Dimana kau?" Houran terus berjalan mengitari lantai dua ketika menemukan bahwa Bubu tidak ada disekitarnya ketika ia bangun pagi tadi, itu bahkan tidak berada di dalam kamarnya. Dia sangat cemas memikirkan bahwa Bubu bukanlah jenis anjing yang akan pergi ke sembarang tempat atau meninggalkan Houran yang selalu menjadi tempatnya melekat. Jing Li, yang baru saja naik di tangga, melihatnya kebingungan, dan segera bertanya, "Tuan muda, apa yang ingin anda temukan?" "Bubu," sahutnya. "Dia tidak berada di dalam kamar ketika aku bangun, hanya saja aku sedikit mencemaskannya mengingat dia bukan anjing yang senang bermain atau mudah tertarik dengan sesuatu." Jing Li tampaknya juga menyadari hal itu, "ah, benar. Saya akan membantu anda menemukannya." Mere
"Astaga, anak siapa yang begitu manis ini, kemari baby, biarkan Jie jie yang cantik ini memelukmu sebentar." Houran yang baru saja menyelesaikan makan malamnya merasa bingung dengan apa yang baru saja didengarnya, itu jelas suara Jie jie, tetapi bukan berbicara kepadanya. Jadi kepada siapa itu? Dia segera bergerak menuju ruang tamu dengan penuh rasa ingin tahu, dan apa yang ia temukan kemudian, adalah pemandangan ini. Bubu, yang seperti biasanya tidak menanggapi siapapun kecuali Houran, hanya berdiri dan menatap Jie jie yang mengulurkan tangan kepadanya, dan seorang perempuan dengan rambut bergelombang sepanjang dada di belakangnya. "Jie jie, mengapa tidak mengatakan kau akan kembali? Jika mengetahuinya aku akan menunggumu untuk makan malam bersama." Ucapnya. Bubu, yang mendengarkan suara