Share

Bab 4

Mobil Alagar sampai di sebuah Kastil mewah kediaman keluarga Ruiz. Gerbang kastil langsung di buka saat mobil Alagar sampai di sana.

Semua para penjaga kastil tersebut berbaris rapi sepanjang jalan masuk gerbang, mereka membungkuk hormat menyambut kedatangan Tuan mudanya yang baru pulang setelah lima tahun berada di luar negeri untuk mengembangkan bisnis keluarganya.

"Seperti biasa, Ayah selalu saja berlebihan seperti ini," gumam Alagar saat melihat para penjaga membungkuk hormat sepanjang jalan.

Jack yang duduk dikursi depan bersama sopir tersenyum. "Menurut saya ini bukti kalau Tuan besar sangat menyayangi Anda, Tuan muda."

Alagar menghela napas. "Ah ... setelah tidak bertemu lima tahun, ternyata kamu juga sudah sama seperti Ayah."

Jack tersenyum kecut, ia tahu kalau Tuan mudanya tidak suka sesuatu yang berlebihan. Baginya semua yang berlebihan itu tidak baik, ia lebih suka diperlakukan seperti orang-orang pada umumnya.

Mobil pun sampai didepan Kastil, terlihat Arbeloa dan Liliana Marlin, Ibu Alagar sudah menunggu di sana bersama para pelayan Kastil yang sudah berbaris rapi juga.

Alagar keluar dari mobil saat pelayan membukakan pintu untuknya. Arbeloa langsung menyambut, memeluk sang Anak.

"Putraku, Ayah sangat merindukanmu," ucap Arbeloa lembut sambil menepuk-nepuk punggung sang anak.

"Ayolah Ayah ... tidak perlu berlebihan seperti ini," tegur Alagar yang langsung melepaskan pelukan sang Ayah.

Arbeloa menghela napas. "Kau ini ... setidaknya biarkan Ayahmu memeluk beberapa saat lebih dulu."

"Sudah-sudah ... jangan terlalu berlebihan, Anakmu tidak suka diperlakukan seperti itu, ayo masuk, Nak," ucap Liliana lembut.

Alagar menganggukkan kepalanya, mereka pun masuk ke dalam Kastil. Para pelayan menyambut Alagar dengan sopan, sampai ke dalam Aula.

Melihat semua pelayan berbaris rapi seperti itu membuat Alagar merasa tidak nyaman, pria itu menatap tajam sang Ayah, membuat pria paruh baya tersebut langsung membuang mukanya, tahu kalau sang Anak pasti kesal padanya.

"Alagar!" seru seorang wanita dari lantai atas.

Alagar sontak saja langsung menoleh, pria itu langsung menghela napas melihat seorang wanita yang dikenalnya tersebut sedang bergegas turun ke bawah.

"Alagar, aku merindukanmu," ucap si wanita yang langsung menghambur ke pelukan pria itu.

Alagar memutar bola matanya malas, ia hanya diam membiarkan wanita itu memeluknya dengan erat. Karena dia merupakan satu-satunya wanita yang sudah berteman dengannya sejak kecil.

Pricilia Marlin, dia merupakan anak dari kerabat Jauh keluarga Ibu Alagar dan desas-desus mengatakan kalau Liliana akan menjodohkan Pricilla dengan Alagar. Karena itulah wanita itu selalu datang ke Kastil keluarga Ruiz, walau Alagar tidak ada di rumah.

"Pricilia, bisakah kau melepaskan pelukanmu? Ah ... sepertinya aku akan mati kehabisan napas," tegur Alagar.

"Eh ... maaf-maaf, aku terlalu bersemangat," ucap Pricilia sembari melepaskan pelukannya sambil tersenyum.

Alagar menghela napas, tanpa menjawab sama sekali ia langsung naik ke tangga, bermaksud pergi ke kamarnya.

"Nak, bisakah kita ngobrol dulu?" tegur Liliana lembut.

Alagar menghentikan langkahnya, membalik badan menatap sang Ibu. "Aku lelah Bu, nanti saja yah ngobrolnya."

Liliana memaksakan sebuah senyum, menganggukkan kepalanya pelan. Padahal dalam hati ia sangat merindukan sang Anak, setelah lima tahun tidak bertemu.

Arbeloa yang tahu sang Istri pasti kecewa, ia mengusap punggungnya dengan lembut, mengingat Anaknya memang seolah tidak peduli dengan siapa pun, termasuk kedua orang tuanya.

Pricilia bergegas mengejar Alagar, wanita itu setidaknya memang selalu mencari perhatian dari Alagar. Meskipun tahu kalau pria tersebut selalu mengabaikannya, tetapi sejak kecil ia memang terus berusaha masuk ke dalam kehidupan Alagar.

Alagar yang sudah masuk ke kamar, bermaksud untuk menutup pintu. Akan tetapi Pricilia menahan pintu tersebut.

"Ada apa lagi? Aku lelah Pricil, biarkan aku istirahat, oke," ucap Alagar mencoba untuk sabar menghadapi wanita yang selalu mengganggunya tersebut.

"Cih, sejak kapan kamu bisa lelah, jangan membodohi aku," jawab Pricilia sinis.

Alagar menghela napas, ia pun melepaskan pintu, membiarkan Pricilia masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu tersenyum lebar dan langsung masuk ke dalam kamar Alagar.

"Nanti malam kamu mau kemana? Mau jalan denganku? Kita makan malam bersama, bagaimana? Ada Restoran enak, buka satu tahun yang lalu, kamu mau, 'kan?" cecar Pricilia langsung.

Alagar menghela napas, ia tahu kalau Pricilia memang wanita yang sangat brisik dan aktif, hanya bersamanya membuat pria itu tidak bisa merasakan ketenangan dunia.

"Apa kamu tidak bisa membiarkan aku tenang?" Alagar balik bertanya sambil melepaskan dasinya.

Pricilia menggelengkan kepala, ia duduk di ranjang Alagar. "Tidak, bukankah kita memang serasi, kamu yang dingin dan aku yang menjadi pemanasnya, hahaha ...."

"Seharusnya aku tidak pulang," gumam Alagar sambil berjalan masuk ke kamar mandi.

Pricilia yang mendengar gumaman Alagar memanyunkan bibirnya. "Aku mendengarnya!"

Alagar tidak menjawab perkataan Pricilia, tetapi wanita itu tidak beranjak sama sekali dari kamar Alagar.

"Mau mengenakan pakaian apa?!" seru Pricilia sambil menghampiri lemari pakaian Alagar.

"Pakaian santai, aku mau pergi keluar!" sahut Alagar dari dalam kamar mandi.

Meskipun sikapnya dingin, tetapi Alagar sudah terbiasa jika Pricilia menyiapkan pakaiannya kalau wanita itu sedang berada di Kastil.

Pricilia dengan cekatan menyiapkan pakaian santai untuk Alagar. Jika di perhatikan sikap Pricilla memang sudah seperti seorang Istri, bahkan dia tidak pernah benar-benar marah terhadap Alagar, sekalipun Pria itu mengabaikannya.

Wanita yang sudah menjadi teman Alagar sejak kecil itu sudah tahu betul sikap dan sifat Alagar baik luar maupun dalam. Walaupun kelihatannya tidak peduli dengan orang sekitarnya, tetapi sebenarnya Alagar selalu khawatir dengan mereka.

Pricilia meyakini, kalau Alagar bersikap dingin karena tidak ingin merepotkan orang disekitarnya, ia selalu mencoba menjadi pribadi yang tegar agar tidak ada yang mengkhawatirkannya.

Setelah beberapa saat Alagar keluar dari kamar mandi, mengenakan pakaian yang sudah di siapkan Pricilia.

Sementara Alagar mengenakan pakaiannya, Pricilia pergi ke balkon kamar, dia tidak pernah menggoda Alagar dengan genit. Karena tahu sekali pria itu akan ilfil, dan akan menjauhi orang tersebut jika sudah merasa tidak nyaman.

Karena itu juga, Alagar tidak pernah menyuruh Pricilia pergi dari kamarnya sewaktu dirinya mandi. Pasalnya wanita itu selalu tahu batasan antara mereka berdua.

"Nanti malam ada acara penyambutan kepulangan kamu di kapal pesiar Gold Ruiz, apa kamu akan datang?" tanya Pricilia dari balkon kamar.

"Bukankah kamu tahu aku memang harus datang? Kenapa bertanya?" Alagar balik bertanya.

"Hehehe ... kalau begitu aku juga akan datang, kamu harus pergi denganku," jawab Pricilla dari balkon kamar sambil tertawa.

Alagar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis, wanita yang sudah ia anggap seperti saudarinya itu memang selalu bisa mencari topik pembicaraan, sekalipun dirinya sedang malas membahas sesuatu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status