"Demon Lord!?"
"Kamu tidak tahu? Yang mulia Ratu masing-masing memiliki dua gelar lho, yang satunya adalah Demon Lord." Anton melihat ke arahku dengan serius.
"Gelar apaan itu?"
"Kalau itu aku kurang tau," Anton.
"Kakekku pernah cerita kalau gelar itu membutuhkan ratusan ribu jiwa manusia," lanjut Anton dengan cueknya sambil meneruskan membaca buku.
"Hah!? Dari mana mereka mendapatkan jiwa itu?" Aku kaget dengan jumlah tumbal yang dibutuhkan. Ratusan ribu, berarti minimal ada 600 ribu manusia yang mereka bunuh untuk evolusi.
"Dari membunuh musuh yang menyerang negara ini lah!" Anton kembali melihat ke arahku.
"Setelah evolusi gelar Demon Lord, peningkatan kekuatan sangat pesat, jadi bisa dengan mudah menggunakan sihir tingkat tertinggi." Sasa menghentikan membacanya.
"Wooh mantap sekali ternyata,
Dengan takut aku melakukan pemanggilan, seluruh bangunan gemetar seperti gempa lalu muncul asap hitam yang sangat tebal memenuhi penghalang. Tiba-tiba saja muncul bayangan hitam besar dengan sayap lebar di balik kabut tebal itu. Semuanya panik ketakutan termasuk Rani yang berlindung di belakangku. Tak lama kemudian, bayangan itu menghilang begitu saja bersamaan dengan munculnya 2 sosok seperti orang di sana. Setelah kabut menghilang, ternyata 2 sosok itu adalah Nia dan Violet yang sedang memeriksa keadaan. "Apa yang terjadi Yang mulia?" Rani berlutut saat menyadari bahwa 2 orang di depannya adalah sang Ratu, terlihat tubuh Rani masih gemetaran. "Tidak ada apa-apa, jangan khawatir." ujar Nia sambil tersenyum ke arahku. Kali ini tidak ada ejekan sama sekali, karena mereka semua masih mematung ketakutan. Sosok yang sama sekali belum pernah mereka lihat, muncul begitu saja walau hanya bayangannya.
Dengan takut aku melakukan pemanggilan, seluruh bangunan gemetar seperti gempa lalu muncul asap hitam yang sangat tebal memenuhi penghalang. Tiba-tiba saja muncul bayangan hitam besar dengan sayap lebar di balik kabut tebal itu. Semuanya panik ketakutan termasuk Rani yang berlindung di belakangku. Tak lama kemudian, bayangan itu menghilang begitu saja bersamaan dengan munculnya 2 sosok seperti orang di sana. Setelah kabut menghilang, ternyata 2 sosok itu adalah Nia dan Violet yang sedang memeriksa keadaan. "Apa yang terjadi Yang mulia?" Rani berlutut saat menyadari bahwa 2 orang di depannya adalah sang Ratu, terlihat tubuh Rani masih gemetaran. "Tidak ada apa-apa, jangan khawatir." ujar Nia sambil tersenyum ke arahku. Kali ini tidak ada ejekan sama sekali, karena mereka semua masih mematung ketakutan. Sosok yang sama sekali belum pernah mereka lihat, muncul begitu saja walau hanya bayangannya.
Kamar para Ratu Sepulang sekolah, aku segera menuju ke kamar para Ratu. Aku merasa aneh dengan mereka, tidak ada yang mengikutiku sejak kemarin. Tidak ada orang sama sekali di rumah, saat aku pakai sihir pendeteksi pun tidak merasakan aura mereka. "Tumben sepi sekali, aku juga tidak merasakan aura mereka. Ahh coba ke rumah Lia lagi, semoga saja dia di rumah." Aku segera berteleport ke rumah Lia. Sama seperti sebelumnya, rumah mereka kosong dan terkunci. Karena penasaran, aku coba tanya tetangga sebelah, semoga saja mereka tau. Untung ada tetangga yang sedang menjemur ikan asin. "Ohh Lia? Dia kan sedang dijodohkan dengan bangsawan," jawab tetangganya. "Dijodohkan? Di mana tempatnya?" tanyaku panik. "Saya kurang tau kalau itu," Sial! Kenapa paman tidak memberitahu aku? Padahal kemarin bertemu denganku malah langsung pergi begitu saja. Aku putuskan u
"Kan saat malam juga bisa? Dengan penampilannya itu, bisa jadi dia sudah mendapat banyak wanita bangsawan di sana," "Walau mendapatkan wanita lain, tidak mungkin Al melupakan aku begitu saja, dia bukan cowok seperti itu!" teriak Lia kepada ayahnya. "Memangnya siapa dirimu? Sadarlah! Kamu hanya anak nelayan biasa!" bentak paman Bob kepada Lia yang masih mempertahankan haknya. "Al sudah memilihku, baik tubuh maupun hatiku, aku persembahkan hanya untuk Al!" "Jadi kamu sudah melakukannya dengan Al!? Ah sudahlah, setelah ini juga akan menjadi milik tuan Kras," Pintu kamar terbuka dengan kencang dan menimbulkan suara yang sangat keras. "Kenapa kalian ribut sekali? Upacara pernikahannya sebentar lagi!" Kras masuk lalu mendekati Lia. "Maaf tuan Kras, kami sedang membujuk Lia." Paman Bob menundukkan kepala di depan Kras.
"Bunuh tua bangka itu!" Kras memerintahkan anak buahnya untuk membunuh nenek Lona. "NENEK!!" Lia segera berlari menuju ke arah neneknya. Darah berceceran di mana-mana, kepala menggelinding terlepas dari tubuhnya. Para tamu berteriak histeris menyaksikan eksekusi langsung itu. Ternyata, Violet dengan cepat memotong kepala para prajurit milik Kras. Semua prajurit yang berjaga juga ikut dieksekusi langsung. "Apa maksudmu tadi!?" Violet dengan cepat menendang Kras hingga terpental ke tembok dan membuat tembok itu hancur. "Luar biasa, kekuatan Naga legendaris memang tidak ada duanya. Namun aku telah diberi kekuatan oleh orang itu, jadi kalian tidak ada apa-apanya di hadapanku!" Kras berdiri sambil membersihkan serpihan tembok dari pakaiannya, dia mengambil suntikan dari kantong jasnya. Saat di suntikan ke tubuhnya, Kras tiba-tiba menjadi besar dan berotot. Matanya merah menyala lalu tumbuh t
Cetas cetas cetas.. Berulang kali lingkaran sihir muncul di atas demon itu namun segera pecah dan gagal. Bukan karena tidak bisa menggunakan sihir itu, tapi sihir yang telah digunakan, ia gagalkan saat hampir jadi. Para vampir jadi-jadian itu langsung lemas dan terjatuh hingga tangannya bertumpu di belakang. "Tidak mungkin! Sihir Laser Penghancur Bintang, kenapa kau bisa menggunakannya!? Bahkan tanpa merapalnya!?" "Aku saja butuh waktu 3 tahun untuk bisa menggunakan sihir itu dan bahkan sangat menguras energiku." Kras "Oh benar kah?" Demon itu berjalan mendekati mereka sambil melakukan sihirnya lagi. Cetas cetas cetas jeder. Demon itu tidak jadi menggunakan sihir Laser Penghancur Bintang, namun malah menendang mereka tepat di wajahnya. Mereka secara bersamaan terpental, wajahnya hancur namun tidak sampai membuat mereka terbunuh. Walau wajah
Paginya, aku bangun kesiangan, tubuhku terasa lemas sekali. Baik badan maupun mentalku sedang sangat lelah. Aku tidak tau berapa banyak ronde yang aku lakukan semalam. Yang aku ingat, Noe dan Violet sampai tepar duluan, sedangkan Nia masih saja meladeniku. Sekarang mungkin sudah jam 10 an, mereka bertiga sudah tidak ada di sampingku. Mengingat kembali tentang Lia yang dipaksa menikah dengan bangsawan, membuat tubuhku panas dingin dan dadaku sesak. Bukan karena keegoisanku yang ingin tetap memiliki Lia, tapi aku tidak rela kalau dia dipaksa untuk menikah. Walau dia tidak menjadi milikku lagi, tapi setidaknya dia menikah atas kemauan sendiri. Aku berdiri lalu segera mencari kimono di lemari pakaian dan segera aku pakai. Kemudian aku berjalan dengan terhuyung-huyung menuju ruang makan, ternyata di sana ada Nia yang sedang masak. "Nia, sudah bangun dari tadi?" tanyaku sambil menuju meja makan lalu duduk. "Selamat pagi darling, aku baru saja
Cringg... Noa membuat bongkahan kristal es tepat di tempat orang itu berdiri, dengan cepat dihindarinya dan melompat ke atas pohon. "Kebiasaan!" Noa melempar kristal es ke arah orang itu lagi. "Ampun ampun, cuma bercanda." Dia mengangkat tangan lalu membuka topengnya dan melompat turun. Ternyata dia Selen, pemimpin pasukan ASU yang merupakan ras demihuman atau manusia setengah hewan. "Bagaimana keadaan di sana?" tanya Erin yang berada tidak jauh dari Noa. "Ahh mereka lemah, tidak ada apa-apanya," ucap Selen sambil duduk bersandar di pohon. "Yakin bisa?" Erin mendekati Selen lalu ikutan duduk di sampingnya. "Kita bertiga saja cukup untuk meratakan mereka." Selen sambil akan menginjak rombongan semut, namun segera Noa lindungi semut itu dengan es miliknya. "Selen, bisa kau bantai assasin mereka sendirian? Biar pasukanmu di baw