Share

Bab 7 - Sosok di Kegelapan

Terbangun di suatu tempat yang asing, pandangan Han mulai mengelilingi penjuru tempat ia berdiri. Wajahnya mulai cemas karena baru sadar dirinya tidak berada di kamarnya. Ia menatap langit yang berwarna merah, tetapi matahari di atas lebih berwarna merah.

Han menggerakkan kaki di atas hamparan rumput yang layu. Ia tak tau kenapa dirinya berada di tempat menyeramkan ini. Pikirannya saat ini hanya mau mengikuti langkah yang mengarahkan entah ke mana. Hingga matanya terbelalak ketika sampai di tujuan.

Ia terdiam beberapa saat di depan mulut gua yang mirip gua di desanya. Awalnya ia berpikir begitu, tetapi setelah dilihat-lihat, itu benar-benar gua yang berada di desanya.

“Bagaimana bisa terjadi seperti ini?” tanya Han yang mulai berkeringat.

Perasaannya semakin tak karuan. Ia bingung kenapa berada di sini. Ingatan terakhirnya ialah berada di atas bukit bersama Shiva. Saat itu juga ia baru tersadar akan keberadaan Shiva yang tidak diketahuinya.

“Shiva. Di mana kamu, Shiva? Shiva!” teriak Han dengan sekuat tenaga.

Ketika Han masih memanggil Shiva berkali-kali, mendadak dari dalam gua terdengar suara teriakan semacam auman yang membuat gendang telinga berguncang. Han secara reflek menutup telinga dengan kedua tangannya.

“Arrghhh!”

Tidak berselang lama teriakan tersebut berhenti. Han mulai membuka mata dan melepaskan tangannya dari telingannya. Alangkah terkejut dirinya, tepat di hadapannya muncul makhluk besar berwarna hitam pekam. Saking gelapnya, tidak terlihat jelas bentuk tubuhnya. Hanya menampakkan kedua mata merah menyala dari makhluk tersebut.

Han tercekat, tak mampu mengeluarkan suara dari mulutnya. Tubuhnya gemetar tak karuan. Kakinya serasa mati rasa. Tangan kanannya menyentuh dadanya untuk menahan jantungnya yang berdegup kencang.

Pandangan Han tertaut pada kedua mata sosok di kegelapan. Kemudian muncul entah darimana, ada sebuah kunci yang berada di tengah tubuh makhluk itu. Han mengalihkan penglihatannya ke arah kunci, terlintas banyak pertanyaan tentang kunci yang bergantung pada makhluk di hadapannya.

Saat hendak ingin mengeluarkan kata-kata, Han sudah berpindah ke bukit di mana ia berada bersama Shiva. Mata Han terbuka lebar-lebar menatap gadis imut di hadapannya.

“Akhirnya kamu bangun,” ucap Shiva dengan wajah cemas.

Han mencoba mengumpulkan kesadarannya. Ia memandang di sekitarnya yang sudah mulai sore.

“Apa aku ketiduran?” tanya Han.

“Iya, aku ingin membangunkanmu, tapi aku takut mengganggumu.”

Han lalu membatin. “Rupanya hanya mimpi.”

Sesaat kemudian Han mengajak Shiva pulang sebelum dicari oleh orang tua. Ia mengantar Shiva kembali ke rumah terlebih dulu, lalu baru dirinya pulang ke rumah.

Keesokan harinya Han masih memikirkan tentang mimpinya. Dalam hati ia berkata, “Seharusnya pesan orang tua jaman dulu soal ‘jangan tidur sore-sore’ aku dengarkan. Untung aku tidak kena angin duduk.”

Ia ingin membahas hal itu dengan ayahnya, tetapi ia urungkan karena takut diomelin tidur sore hari. Apalagi dirinya terlambat pulang. Jika berbicara dengan ibunya, pasti akan membuat ibunya berpikir berlebihan. Jadi setelah latihan, ia memutuskan ingin menemui si tua Colan untuk mendengar pendapat orang tua tersebut.

Selesai tugas harian, Han bergegas ke rumah si tua Colan. Di tengah perjalanan ia berjumpa dengan Shiva dan menceritakan tujuannya. Lalu mereka berdua berangkat bersama.

Tiba di sana, Han tanpa basa-basi memberitahukan maksud kedatangan mereka berdua kepada si tua Colan. Ia ingin sekali mendapat jawaban dari kegelisahannya. Namun, yang ia dapatkan berbeda.

“Kakek tau kenapa kita terkurung di dalam kubah kaca?” tanya Han dengan wajah serius.

Shiva sesekali melirik ke arah Han lalu ikut menatap Colan. Sedangkan Colan menggeleng, tak mengucapkan kata. Han merasa ada yang disembunyikan. Lantas ia kembali melontarkan pertanyaan lain.

“Apa Kakek tau di dalam gua dekat bukit ada monster. Monster seperti apa itu?” Han lalu menunjuk ke dadanya. “Monster itu juga membawa sebuah kunci.”

“Bagaimana kamu bisa tau dia membawa kunci?” Keriput wajah Colan mulai semakin mengerut. “Jangan bilang kamu masuk ke dalam sana, aku peringatkan dengan baik-baik. Di dalam sana hanya ada kejahatan. Jangan menemui dia lagi.”

“Tidak, aku tidak masuk ke dalam sana. Aku bermimpi bertemu dengan sosok di dalam sana ... tunggu, apa barusan kakek menyebutnya ‘dia'?”

Colan terdiam, lalu menyuruh Han dan Shiva keluar dari rumahnya.

Pikiran Han semakin tidak karuan. Berharap mendapat sedikit petunjuk malah mendapat banyak pertanyaan. Dengan keberanian yang dimiliki, Han berencana akan menuju gua.

Ia meminta Shiva untuk merahasiakan apa yang terjadi. Sebagai imbalannya, Han akan memberinya sebuah hadiah sebagai tanda terima kasih. Jika ia telah menyelesaikan urusannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status