공유

Bab 56

last update 최신 업데이트: 2025-11-25 08:23:01

…adalah para Penjaga.

Goresan tinta terakhir dari tangan kakeknya yang gemetar itu kini terasa seperti cap besi panas di benak Radit. Bukan sekadar kompas. Mereka adalah benteng pertahanan terakhir. Tiga pilar yang menopang seluruh bangunan warisan yang kini reyot di pundaknya. Sang Penjaga Kaldu di Timur, Sang Penjaga Api di Barat, dan Sang Penjaga Bumi di Tengah.

“Para Penjaga…” desisnya, menelusuri tiga simbol di peta kasar itu. Mangkuk soto, api berkobar, gabah padi. Tiga esensi yang membentuk fondasi kuliner Nusantara. Kaldu adalah jiwa, api adalah transformasi, dan bumi adalah sumber dari segalanya. Kakeknya tidak hanya meninggalkan resep; ia meninggalkan sebuah peta ziarah.

Namun, kesadaran agung itu datang bersamaan dengan kenyataan pahit yang menggerogoti fisiknya. Perutnya melilit, bukan lagi karena putus asa, melainkan karena lapar yang jujur dan primal.

Visi para leluhur dan rekalibrasi Sistem telah menguras sisa-sisa energinya hingga ke ampas. Peringatan di antarmuka itu
이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Resep Rahasia Sang Pecundang   Bab 125

    Jantung Luna serasa berhenti berdetak selama sepersekian detik. Foto itu—Radit, sendirian, rapuh, dengan lingkaran bidik merah yang menyala seperti mata iblis di kepalanya—membakar retinanya. Udara di sekitarnya terasa menipis. Kilatan lampu kamera dan riuh tepuk tangan para wartawan yang merayakan kemenangannya mendadak terasa jauh, seperti gema dari dunia lain.“Luna? Ada apa?” bisik Adrian di sebelahnya, merasakan perubahan drastis pada aura wanita itu.Tanpa sepatah kata pun, Luna menunjukkan layar ponselnya. Mata Adrian yang tadinya bersinar penuh kemenangan langsung meredup menjadi dua bilah es. Arogansinya yang baru saja kembali luntur seketika, digantikan oleh kewaspadaan predator yang terlatih.“Bajingan,” desis Adrian. “Mereka tidak menggertak. Ini bukan ancaman kosong. Ini deklarasi.”Luna menarik napas tajam, mengembalikan kendali atas dirinya. Kepanikan adalah kemewahan yang tidak ia miliki. “Mereka ingin aku menarik ultimatum itu. Mereka pikir ancaman ini akan membuatku

  • Resep Rahasia Sang Pecundang   Bab 124

    Pria itu melangkah lebih dekat ke jeruji sel, cahaya remang-remang koridor akhirnya menyinari separuh wajahnya. Kulitnya pucat, matanya biru sedingin es, dan rambut pirang gelapnya disisir rapi ke belakang. Setiap inci dari dirinya menjeritkan kekuasaan korporat—mahal, terawat, dan tanpa ampun.“Kita punya masalah bersama,” ulangnya, nadanya datar seolah sedang membahas laporan kuartalan. “Dan… sebuah solusi bersama.”Ki Gendeng, yang tadinya merosot di dinding, perlahan menegakkan tubuhnya. Kekuatan gaibnya mungkin telah hilang, tetapi naluri liciknya sebagai pemain ulung masih tajam. “Aku tidak punya ‘masalah bersama’ dengan siapa pun. Terutama dengan tikus korporat yang lari saat kapalnya mulai tenggelam.”Pria asing itu tersenyum tipis, sebuah gerakan bibir tanpa kehangatan. “Tepat sekali. Kapal kita, Tuan Gendeng. Kapal kita. Global Foods Incorporated berinvestasi besar dalam proyek ‘Rasa Kilat’. Kekalahan Anda di panggung itu adalah kekalahan kami di lantai bursa. Saham kami anj

  • Resep Rahasia Sang Pecundang   Bab 123

    Jawa Timur, ribuan kilometer dari panggung yang remuk itu.Mbah Soto tertidur di kursi kayunya yang reyot, kepalanya terkulai di dada, dengkur halusnya beradu dengan irama kaldu yang mendidih perlahan di dalam dandang tembaga raksasa. Mimpi yang datang bukanlah mimpi biasa. Bukan tentang masa lalu atau cucu-cucunya. Dalam mimpinya, ia melihat seutas benang emas melayang turun dari langit, menembus atap warungnya, dan menyentuh keningnya dengan kehangatan yang aneh. Benang itu lalu masuk ke dalam dandang kaldunya, menari-nari di antara tulang-tulang sapi dan rempah-rempah, menerangi setiap molekul umami yang tersembunyi.Ia melihatnya. Bukan dengan mata, tetapi dengan pemahaman. Ia melihat bagaimana kolagen pecah menjadi gelatin, bagaimana sumsum melepaskan lemaknya dalam butiran-butiran mikroskopis, bagaimana cengkih dan pala berbisik pada bawang putih dalam bahasa kimia yang puitis. Selama tujuh puluh tahun ia memasak soto, ia hanya mengenal hasilnya. Malam ini, dalam sekejap, ia dip

  • Resep Rahasia Sang Pecundang   Bab 122

    —bukan dengan suara, melainkan dengan keheningan yang memekakkan telinga.Cahaya itu tidak membakar, tidak menghancurkan. Ia adalah esensi murni dari pengetahuan, sebuah simfoni keemasan yang meledak dari dada Radit dalam gelombang tanpa batas. Luna dan Adrian terlempar beberapa langkah ke belakang, bukan karena kekuatan fisik, melainkan karena bobot spiritual dari apa yang baru saja dilepaskan. Mereka melindungi mata mereka, tetapi cahaya itu menembus kelopak mata, mengisi pikiran mereka dengan gambaran samar dari ribuan dapur yang menyala serentak.“Apa-apaan ini?!” teriak Adrian, mencoba membaca data di tabletnya yang kini hanya menampilkan layar putih menyilaukan. “Ini bukan ledakan energi biasa! Skalanya… skalanya di luar grafik!”Di pusat badai tenang itu, Radit tidak lagi berteriak. Ia berlutut dengan satu kaki, kepalanya tertunduk, tangannya menekan lantai panggung seolah sedang menahan gempa bumi di dalam jiwanya. Ia adalah pusat dari prosesi agung ini, sebuah bendungan sek

  • Resep Rahasia Sang Pecundang   Bab 121

    …KEMAMPUANMU UNTUK MERASAKAN.Tiga kata terakhir itu bukan sekadar teks pada antarmuka. Tiga kata itu adalah pisau bedah esensial yang menusuk langsung ke jantung identitas Radit. Bukan ingatan. Bukan keahlian. Bukan pula kekuatan. Yang diminta sebagai harga adalah fondasi dari segalanya: kemampuannya untuk secara pribadi mengalami keajaiban yang ia ciptakan. Ia bisa menjadi konduktor musik yang sempurna, tetapi ia akan selamanya tuli terhadap simfoni yang ia pimpin.Tarikan mengerikan itu berhenti, menunggu persetujuannya. Di dalam katedral data yang retak, jiwa Radit melayang, terguncang oleh dilema yang jauh melampaui sekadar hidup dan mati. Menjadi dewa yang maha tahu, atau menjadi manusia yang menginspirasi namun hampa?“Tidak,” bisik jiwanya, sebuah penolakan yang lebih dalam, lebih final. “Tidak akan pernah.”Dengan penolakan itu, kosmos data di sekelilingnya pecah berkeping-keping seperti kaca.BRUK!Kesadaran Radit terhempas kembali ke dalam raganya dengan kekuatan sebuah me

  • Resep Rahasia Sang Pecundang   Bab 120

    …TINGKAT MAKSIMUM. LEVEL 100.]Huruf-huruf emas itu tidak terbakar di retina batin Radit; mereka terlahir dari kehampaan, terbentuk dari debu bintang yang menyusun kesadarannya. Suara riuh stadion, wajah cemas Luna, dan dinginnya lantai panggung—semua itu lenyap, digantikan oleh keheningan agung di dalam sebuah katedral data yang tak bertepi.Ia tidak lagi berada di dalam tubuhnya. Ia adalah titik kesadaran yang melayang di tengah samudra informasi yang tenang. Di sekelilingnya, galaksi-galaksi algoritma berputar perlahan, dan nebula-nebula memori berkilauan dengan cahaya lembut. Ini adalah inti dari Sistem Citarasa Ilahi, sebuah ruang singgasana di ujung alam semesta kuliner.Sebuah utas cahaya perak terulur dari pusat kosmos ini, menyentuh kesadarannya. Sebuah suara yang bukan suara, sebuah konsep yang ditanamkan langsung ke dalam jiwanya, mulai berbicara.`[Pencapaian Tertinggi Telah Diraih. Protokol Wadah Telah Sempurna.]`“Sempurna?” bisik jiwa Radit, gema pikirannya menciptakan

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status