Hari ini bertepatan dengan hari senin. Hari dimana seorang Richardo Elios akan menaiki puncak tertingginya kembali.
Semua media heboh dengan Richardo Elios yang akan memberikan pidato kejelasan tentang rumor kemarin.
Bahkan nama Richardo Elios trending di semua media sosial, bahkan sampai ke televisi negara luar.
"Apa semuanya sudah siap?" tanya Arnold kepada para penata dekorasi untuk pidato.
"Sudah pak!" Jawab mereka serempak lalu keluar.
Arnold mengangguk pelan, dia kembali dan berjalan ke tempat Richard.
"Apa kamu sudah siap?" tanya Arnold ketika memasuki ruang ganti.
Terlihat Richard yang tengah menatap dirinya di cermin sembari membenarkan dasi yang terikat di lehernya.
"Apa semua media sudah datang?" tanya Richard yang masih sibuk membenarkan dasinya.
"Sudah dari tadi, bahkan banyaknya sampai ada beberapa para wartawan dan reporter yang tidak bisa masuk kedalam," jawab Arnold dan mengambil roti lalu memakannya.
Semua reporter yang ada di tempat tersebut langsung kaget ketika Richard menyebutkan nama Justin Hernandos.Bagaimana tidak heboh? Justin Hernandos adalah ayahnya Richard, dia juga suami dari Amanda Elios, kenapa dia begitu tega melakukan tindakan keji ini."Apa anda punya bukti?""Saya punya bukti," jawab Richard.Richard pun memberikan kode kepada Arnold. Arnold yang paham akan kode Richard pun mulai bergerak.Setelah beberapa detik terlewat, tiba-tiba muncul layar monitor yang menjadi pusat perhatian semua orang."Ini adalah bukti Justin Hernandos, melakukan perbuatan kejinya." Richard mengarahkan tatapan mereka semua kedepan layar monitor yang terpampang jelas di belakangnya.Semua orang yang ada di tempat itu menonton dengan seksama, mereka tak melepaskan pandangan mereka dari video yang sedang berputar itu.Tiba-tiba mereka menjadi ricuh ketika melihat seseorang yang memakai topeng hitam sedang membawa gaun putih, d
Pagi hari yang cerah, terlihat matahari yang mulai memancarkan sinarnya, burung-burung pun ikut bertebrangan dan berkicauan kesana kemari.Terlihat dua orang yang sedang melakukan suatu kegiatan di rumah."Apa sudah siap?" tanya Richard saat sampai di kamar Kirana.Kirana tak memberikan jawaban, dia masih sibuk dengan beberapa pakaian dan aksesoris."Apa harus bawa sebanyak itu?" tanya Richard lagi sambil melotot, dia bisa melihat Kirana memasukan banyaknya bawaan.Kirana menggelengkan kepalanya cepat. "Ini moment paling bersejarah dalam hidupku, aku harus mengabadikannya.""Mengabadikannya? Buat apa?" tanya Richard keherangan.Kirana menoleh kebelakang. "Aku baru pertama kali liburan, jadi harus di abadikan."Richard menggeleng tak percaya, baru kali ini dia mendapati orang yang belum liburan kesana kemari, padahal dirinya sampai bosan dengan liburan."Kamu orang kaya, mana tahu derita orang miskin," kesal Kirana sembar
Richard dan Kirana berjalan masuk kedalam rumah, terlihat hampir semua perabotan rumah yang sudah hancur berantakan seisi rumah."Apa kamu sudah gila? Justin Hernandos."Mendengar namanya dipanggil, Justin menoleh kebelakang, dia menatap seseorang yang begitu ia benci. Seseorang yang telah menjadi musuh terbesar dalam hidupnya."SIALAN!?" Botol kaca yang di pegang Justin langsung terlempar kearah Richard, dengan cepat Richard menghindar dari lemparan itu."Apa kamu benar-benar sudah gila?" tanya Richard dan berjalan mendekat kearah Justin.Rambut yang sudah tak teratur, wajah dan badannya sudah terdapat luka di sekujur tubuhnya. Justin Hernandos sudah tak terlihat seperti orang normal lagi."Apa aku harus memasukanmu ke rumah sakit jiwa?" Richard memperburuk suasana.Mata Justin sudah memerah, dia benar-benar ingin membunuh orang yang sudah menghancurkan masa kejayaannya."Jangan memberikan tatapan seperti itu, kamu membuatku t
Keynest menatap punggung dua orang yang baru saja melewati pintu rumah mereka.Keynest membalikkan badannya dan menatap ibunya Sandra dan Justin yang tengah menatapnya."Apa?" tanyanya bingun."Apa maksud kamu dengan flashdisk?" tanya Sandra. Auranya menjadi berbeda seperti saat di depan Richard.Keynest meneguk ludahnya kasar, dia telah membuat kesalahan besar. "Flashdik tugas kok.""Flashdisk tugas? Mana flashdisk itu?" Sandra sedikit memberi pertanyaan yang beruntun kepada Keynest.Keynest tak tahu lagi harus menjawab apa, dia benar-benar di dalam jurang kebingungan. "Itu flashdisk b--""Sudah kami kumpulkan bund," sahut seseorang dari atas yang telah memotong pembicaraannya Keynest.Pandangan Sandra dan Keynest langsung beralih kearah atas, yang di sana terlihat Kenneth yang tengah menuruni anak tangga."Sudah kalian kumpulkan?" tanya Sandra bingun, dia tahu jelas bahwa kedua anaknya berbeda kelas."Iya, kami
"Auh!!"Richard yang melihat Kirana menutup matanya, langsung berlari cepat kearah Kirana."Kamu gak apa-apakan?" tanya Richard.Kirana tak menjawab pertanyaan Richard, dia masih sibuk dengan pasir yang menghalang penglihatannya."Coba sini aku lihat," ucap Richard dan mencoba melepaskan tangan Kirana dari wajahnya."Sakit." Kirana tak ingin melepaskan tangannya dari mata.Richard menghembuskan nafasnya kasar. "Sini aku lihat.""Sakit tahu, pelan-pelan niupnya," ucap Kirana ketika Richard sudah mengangkat wajahnya keatas.Richard meniup mata Kirana berulang-ulang kali, Kirana juga sempat menutup matanya karena tiupan Richard."Bagaimana?" tanya Richard ketika selesai meniup mata Kirana.Kirana mengedipkan matanya berulang-ulang kali, dia akhirnya mengucak matanya sembari mengangguk pelan kepada Richard."Jangan di kucak, tuhkan matanya merah." Richard mengangkat wajah Kirana, dia bisa melihat jelas mata Kir
Angin yang sejuk meniup kedua gadis yang tengah berjalan di pesisir pantai."Jadi ... kapan kamu sama Richard bertemu?" tanya Angelina yang berhasil membuyarkan lamunan Kirana.Kirana menatap Angelina, lalu kembali menatap laut. "Hanya bertemu biasa, gak ada spesial-spesialnya.""Masa sih? Apa Richard gak datang sambil bawa sebuket bunga buat lamar kamu gitu?""Apaan sih, yang begitu berlebihan banget."Angelina langsung tertawa, dia benar-benat suka menggoda Kirana hingga malu sendiri."Enak banget ... Arnold jarang buat perhatiin aku." Angelina berbalik mencurahkan isi hatinya.Kirana hanya bisa mendengar, dia sepertinya belum terbiasa dengan Angelina."Aku sangat cemburu dengan Richard, soalnya Arnold lebih mentingin Richard dari pada aku." Angelina menendang pasir dengan pelan.Kirana bukannya mendengar, dia malah memperhatikan wajah Angelina, walau sedang marah, Angelina terlihat sangat cantik sekali."
Panas matahari mulai menerik di atas kepala, terlihat beberapa dua gadis dan dua pria sedang berpasangan dan berhadapan satu sama lain."Jadi ini permainanmu?" tanya Arnold sambil menatap Angelina dengan malas.Angelina dengan bangganya mengangguk pelan. "Baguskan, kita main volly, berpasangan.""Kamu tahu main volly?" tanya Richard kepada Kirana, Kirana hanya bisa mengangguk pelan, dia yakin dia pasti bisa, walau sudah lama dia tak bermain volly sejak Sma.Mereka pun mulai serius dengan permainan ini, Angelina bisa melihat wajah serius Kirana untuk memenangkan pertarungan ini."Kalau main gini gak seru, jadi gimana kalau yang kalah harus cium pasangan mereka, gimana?" ucap Angelina dan berhasil membuat tiga orang itu kaget.Kirana yang mendengarnya langsung berinisiatif untuk menang, dia tak percaya kalau Angelina akan membuat peraturan seperti ini."Aku akan buat kalah, supaya bisa ciuman denganmu." Arnold menoel lengan Angelina.
Seseorang yang melewati Richard langsung terdiam sesaat, dia seperti mengenali wajah orang yang ada di tangan Richard."Kirana." gumam pria itu, dengan cepat dia membalikkan badannya, tapi terlambat, Richard sudah masuk duluan ke kamarnya dengan Kirana."Apa tadi Kirana? Ah ... mungkin aku berhalusinasi," ucapnya sambil menggaruk tekuk kepalanya yang tak gatal, dia pun masuk kedalam lift dan meninggalkan tempat itu.Di dalam kamar, terlihat Richard sedang membaringkan tubuh Kirana diatas kasur, dia bisa melihat wajah Kirana yang natural tanpa make up.Richard menggelengkan kepalanya, dia tak ingin memikirkan pikiran kotor yang akan membuat Kirana menjadi takut padanya.Tak lama tiba-tiba bunyi ketukan pintu mengalihkan pandangan Richard, dia membuka pintu itu dan melihat Arnold dan Angelina yang membawa beberapa kantong obat."Apa Kirana sudah sadar?" tanya Angelina.Richard menggelengkan kepalanya.Angelina mengalihkan tatapan