Accueil / Pendekar / Rimba Memburu Senala / 10- Masa Depan, Takdir, Apa Maksudnya?

Share

10- Masa Depan, Takdir, Apa Maksudnya?

Auteur: Erbidee
last update Dernière mise à jour: 2025-03-24 12:54:23

Entah apa yang dirasakan Rimba Rangkuti melihat semua peristiwa itu. Codet yang terkapar, terluka; empat rekan pendekar Codet yang harap-harap cemas mengenai kondisi Codet; Baramundi yang baju ungunya masih bernoda darah; seorang perempuan cantik bak bidadari berbaju cokelat yang terlihat anggun. Hutan Belubuk memberikan Rimba suatu situasi yang campur aduk. Remaja tanggung itu melihat suasana lain selain suasana Bukit Berkabut.

Di bawah langit yang mulai gelap, Hutan Belubuk memancarkan pesona misteriusnya. Bayangan pepohonan menjalar ke segala arah, dan suara binatang malam mulai mendominasi. Rimba Rangkuti, seorang remaja tanggung dengan mata penuh rasa ingin tahu, berdiri di tengah-tengah kekacauan itu.

Rimba menghela napas, hatinya berdesir. “Apa yang sebenarnya terjadi di sini?” gumamnya pelan, meskipun tak ada yang mendengar.

Namun hatinya kian dibuat entah manakala Mamak Jambul memanggil nama: Senala. Rimba menunggu-nunggu apalagi yang akan matanya lihat sesudah Mamak Jambul m
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Rimba Memburu Senala   18- Lembah Rahasia

    Rimba duduk anteng di pangkal dahan besar sebuah pohon yang tinggi menjulang. Kesendiriannya diliputi suasana khas Hutan Belubuk. Sunyi. Meski kesunyian yang begitu dia nikmati kadang terganggu oleh gemeresak dedaun atau rerumput yang terinjak oleh tubuh maupun kaki penghuni Hutan Belubuk yang gesit bergerak, semua itu tidak membuat Rimba batal anteng duduk di pangkal dahan besar sebuah pohon yang tinggi menjulang.Rimba baru saja selesai berlatih gerakan bela diri. Tanpa dia sadari, gurunya telah berhasil mendidiknya dengan menanamkan suatu pemahaman: alah bisa karena biasa. Bugar dia dapatkan lantaran rutin berlatih jurus-jurus Calistung. Setiap hari. Setiap waktu. Tidak peduli di mana tempat, Rimba tekun berlatih bela diri dengan mengulang gerakan jurus-jurus yang sudah diajarkan gurunya, Calistung.Meskipun sendirian, duduk anteng untuk mengusir lelah dan membuat keringatnya menguap, mata dan pendengaran Rimba tetap awas, waspada. Sebuah pengajaran Calistung kepadanya. Sebuah ilmu

  • Rimba Memburu Senala   17- Lima Bangkotan Itu Berlatih

    Matahari sepenggalah. Hutan Belubuk menghangat. Begitu juga dengan Padepokan Mamak Jambul. Sebuah area di dalam jantung Hutan Belubuk yang tersembunyi itu diliputi oleh pagar bambu yang rapat, berdiri terpancang setinggi tiga meter.Di angkasa biru, Jingan melayang dengan sayap terkembang. Matanya yang awas mengawasi beberapa tubuh yang tengah bergerak kompak di area Padepokan Mamak Jambul. Tanah lapang itu menjadi saksi bagaimana lima orang yang sudah bisa disebut: bangkotan, masih sudi menimba ilmu, berguru kepada Mamak Jambul.Codet begitu bersemangat. Walau gerakan-gerakan kaki dan tangannya belum sekompak dengan murid sebangkotan lainnya, dia bersikeras. Terkadang dia meringis menahan nyeri akibat lukanya yang belum sembuh total. Untuk menghalaunya, Codet beberapa kali berteriak. Teriakan itu sebagai cara dia melampiaskan rasa nyeri bila datang tiba-tiba.Codet masih bertahan meski napasnya sudah mulai berat. Gerakan kakinya sedikit terseret, tapi pandangannya tetap tajam. Dia me

  • Rimba Memburu Senala   16- Berempat, Mereka Menuju Padepokan

    Sungguhpun lelah dan terengah-engah, Calistung segera menggunakan jurus pernapasan untuk mengatasinya. Pepohonan yang porak-poranda dan semak yang menghitam menjadi saksi bisu pertarungan sengit tadi. Udara malam membawa bau hangus dan jejak energi yang tak lagi dapat dijelaskan. Calistung, seorang pendekar berumur yang selalu tampak tenang, perlahan berdiri. Napasnya yang awalnya terengah-engah mulai teratur, berkat jurus pernapasan yang dia pelajari bertahun-tahun. Tongkat kayu tua yang kini menjadi tumpuannya terasa sedikit lebih berat, tapi dia tetap melangkah dengan langkah penuh kepercayaan diri.Sementara itu, lambat laun tubuh Siluman Ular Belubuk berubah menjadi asap dan lesap, menyatu bersama udara malam Hutan Belubuk. Kegelapan yang pekat di hutan itu terasa berbeda, bagai menyimpan rahasia yang tak mampu diungkap oleh manusia biasa. Yang tersisa hanya pepohonan yang acakadut, roboh, semak-semak menghitam dalam gelapnya malam di Hutan Belubuk.Pendekar Calistung menyeka dah

  • Rimba Memburu Senala   15- Senala, Joran, dan Rimba

    Aliran sungai jernih satu-satunya di lembah itu dikelilingi pohon-pohon besar. Tidak jauh dari sungai itu, satu dataran cukup lapang dijadikan tempat berlatih Senala barusan. Gadis remaja Hutan Belubuk itu, dengan gesit dan lincah, meliuk-liuk menghindari serangan tongkat kayu Rimba. Rimba, dengan wajah serius, berusaha keras melancarkan serangan. Namun gerakannya masih kaku dan kurang terarah.Sebenarnya, Rimba menutupi kemampuan bela diri yang sudah dimilikinya. Senala tidak mengetahui bahwa Calistung adalah pendekar digdaya yang sebenarnya. Nama Calistung tidak setenar Mamak Jambul. Justru ketidaktenarannya itu membuatnya merasa lebih aman dan nyaman. Calistung tidak membutuhkan ketenaran dan nama besar.Mereka berdua benar-benar lelah. Di pinggir aliran sungai, Rimba mengusap wajahnya dengan air sungai yang jernih. Kesegaran menyentuh pori-pori wajahnya yang hangat berkeringat. Rambut ikalnya, juntaiannya ikut pula basah.Senala ikut pula berjongkok di sisi Rimba. Dengan adat yang

  • Rimba Memburu Senala   14- Calistung versus Ular Siluman Belubuk

    Calistung berdiri tegak, tangannya terangkat, memancarkan cahaya biru yang kuat. Perisai energi yang melindunginya bergetar hebat saat Siluman Ular Belubuk menyerang dengan taring dan ekornya yang besar. Desisan ular itu memekakkan telinga, dan setiap serangannya mengguncang tanah di sekitar mereka."Kau tidak akan bisa mengalahkanku, manusia!" desis Siluman Ular Belubuk. Suaranya seperti gemuruh batu yang bergesekan. "Hutan ini adalah wilayahku, dan kau tidak punya hak untuk melewatinya!""Aku tidak mencari masalah," jawab Calistung tegas. Suaranya tenang. "Tapi kami harus melewati hutan ini untuk menyelamatkan teman kami.""Tidak ada yang boleh melewati hutan ini!" raung Siluman Ular Belubuk. Amarahnya memuncak. Ia meluncurkan serangan dahsyat, menerjang perisai energi Calistung dengan seluruh kekuatannya. Perisai itu bergetar hebat, dan retakan-retakan mulai muncul di permukaannya.Calistung mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mempertahankan perisai itu. Keringat membasahi dahiny

  • Rimba Memburu Senala   13- Siluman Ular Belubuk

    Di dalam rumah di pinggir Hutan Belubuk, Codet meringkuk di atas tikar pandan, keringat dingin membasahi dahinya. Luka menganga di perutnya, bekas sabetan Golok Rajawali Baramundi, sudah berhenti mengeluarkan darah. Jempol dan Bau sudah tidak begitu cemas lagi."Bagaimana keadaannya, Jempol?" tanya Bau. Suaranya bergetar.Jempol berhenti mondar-mandir, menatap Codet yang pucat pasi. "Luka ini terlalu dalam. Kita butuh tabib, Bau.""Tapi tabib terdekat ada di desa seberang hutan. Perjalanan ke sana bisa memakan waktu berjam-jam," sahut Bau, kembali khawatir.Codet mengerang pelan, matanya terbuka sedikit. "Jangan ..., jangan pergi ..., tinggalkan aku ....""Kami tidak akan meninggalkanmu, Codet," kata Jempol, menggenggam tangan Codet erat. "Kami akan mencari cara untuk membantumu."Tiba-tiba, pintu rumah terbuka. Ceking dan Matu masuk diikuti Mamak Jambul, Calistung, dan Baramundi. Mata mereka langsung tertuju pada Codet yang terbaring lemah."Ya ampun, parah sekali lukanya," seru Mama

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status