Share

Impian Adara

Kembali dua mata itu bertatapan lagi. Demi keamanan dan kenyamanan, Arsa mengunci pintu sangat erat agar bahkan Rogu pun tak datang mengganggu tiba-tiba. Adara bingung, ia tak tahu harus apa. Firasat bahwa dewa perang itu menginginkannya ternyata benar.

“Kenapa?” tanya Adara. Napas hangatnya menerpa wajah Arsa, ada aroma jeruk yang tercium dan dihirup ole lelaki itu.

“Tidak perlu alasan,” jawab dewa perang dengan penuh percaya diri.

“Tapi kita berbeda. Aku berkulit hitam, kau tidak. Kau dewa makhluk abadi, tapi aku manusia biasa dan tak lama lagi mati, mungkin di tengah-tengah laut juga.” Adara mencoba beringsut dari pelukan lelaki di depannya, tapi ia tak bisa. Sejenak gadis itu lupa kalau yang ia hadapi adalah seorang dewa.

“Hanya raga, hati aku yakin tetaplah sama. Sampai kapan pun kau tetaplah Haraku,” gumam dewa perang itu sambil tersenyum.

Adara diam begitu juga dengan Arsa. Suara debur ombak di tengah laut tak membuat mereka berpaling. Sore pun beranjak menjadi senja yang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status