Home / Fantasi / Rotate / Re : 4

Share

Re : 4

Author: Olppaemi
last update Last Updated: 2021-07-09 12:21:12

Darah mengalir dari balik bajuku. Bercak merah membekas di beberapa sisi. Punggungku terasa panas. Sebuah cambuk besar, berkali kali dipukulkan ke arahku. Entah berapa lama aku berada di posisi ini, begitu kereta berhenti seorang penjaga langsung menggeretku keluar. Dan disinilah aku sekarang. Kami biasa menyebutnya dengan ruang kedisiplinan. Tempat dimana kau akan mendapatkan hukuman atas perbuatanmu, tidak hanya itu saja. Kadang kami juga menjadi pelampiasan kemarahan para penjaga.

Tubuhku di penuhi luka. Aku berusaha mengantupkan mulutku kuat kuat. Jemariku aku kaitkan satu sama lain, untuk menguatkanku menahan sakit.

“Jawab aku Three!”. Sebuah bentakan menyadarkanku. Aku terdiam,apa yang tadi dibicarakanya?. Aku terlalu fokus dengan rasa sakit dipunggungku. Mataku mengerjap, berpikir secepat mungkin, kata apa yang harus aku katakan.

“Maafkan aku tuan, aku tidak akan mengulanginya lagi”

Aw.. aku mendesis. Sebuah cambukan kasar, dipukulkan kearahku.

“Kau berani mengacuhkan pertanyaanku? Kau pikir siapa dirimu?”

Aku mengumpat dalam hati, sepertinya jawabanku salah. Apakah ini berhubungan dengan six?.

“Maaf tuan, Anak baru itu mengikutiku tanpa sepengetahuanku”.

Kebohongan keluar dari mulutku, tidak ada pilihan lain. Jika ia tahu aku sengaja mengajaknya hukuman ini akan semakin berat. Lagipula kami baru bertemu beberapa hari, tidak mungkin aku menutupi kesalahannya dengan mudahkan?.

 Aku memang berencana menjadikanya teman se tim untuk keluar dari sini, tapi aku juga membutuhkan kambing hitam jika ada yang perlu disalahkan.

Sebuah cambukan besar kembali mengarah ke punggungku. Aku berusaha menegakkan kakiku yang sejak tadi mau tumbang.

“Aku tidak bertanya tentang hal itu. Dengarkan perkataanku, aku tidak akan mengulangnya lagi!. Mengapa kau selalu membuat masalah di jadwal penjualan Three? Apa yang kau rencanakan?”

Aku menelan ludahku. Aku sudah berlatih berkali kali untuk menjawab pertanyaan ini, hanya saja aku tidak pernah mengatakanya langsung. Membuat mulutku sedikit gugup.

“Aku tidak merencanakan apapun. Semua ini terjadi secara kebetulan saja, dan aku merasa senang tinggal di The Strary. Aku tidak akan mengecewakanmu lagi”

Hampir saja aku muntah, saking jijiknya dengan kata kataku. Senang? Tempat ini sudah seperti neraka bagaimana bisa aku senang? Bernafas saja sudah sesak.

Aku kembali mengatakan kebohongan diatas kebohongan. Karena aku sudah sering berada ditempat ini, aku mempelajari bahwa para penjaga sangat mudah dirayu. Katakan saja kata kata yang akan ingin didengarnya. Seperti permintaan maaf, memujinya atau mengatakan dirimu akan patuh dengan mereka.

Mayoritas penjaga disini adalah Beast.  Dengan badan besar dan kekuatan mereka, mereka menjadi sosok yang cocok sebagai penjaga. Walaupun mereka berada di peringkat ke 5 di dunia, mereka memiliki ambisi yang kuat untuk menjadi yang teratas. Ras beast juga suka berkelahi dan membuat kerusuhan.

Penjaga itu mendorongku dari belakang, membuatku terjatuh berdebam tepat di wajah.

“Kembalilah ke basecamp mu. Aku tidak ingin melihatmu lagi”

Aku mengangguk pelan. Kutegakkan kakiku dan berjalan keluar dari tempat itu, mataku sedikit berkunang. Dengan tertatih aku melewati lorong dan menuju ke kamarku.

“Three!”. Six memanggilku dari dalam selnya. “Kau tak apa? Apa dia menghukummu karenaku?”

Aku menegakkan tubuhku, berusaha menutupi rasa sakit yang menghujam. Sebuah senyuman terukir di wajahku.

“Aku baik baik saja. Penjaga itu hanya ingin bicara sedikit”.

 Aku sedikit kaget dengan apa yang ku katakan, sebenarnya aku tahu hukuman kali ini lebih berat karena aku harus menanggung hukuman untuk Six juga. Padahal tadi aku dengan sengaja berusaha menyalahkannya juga ketika di ruang disiplin, tapi sekarang mengapa aku malah menyembunyikanya?. Sepertinya benar apa yang Six katakan, aku adalah rubah bermuka dua.

Six menatapku curiga, dia membuka selnya dan berjalan ke arahku. Aku tidak menyangka hari ini penjaga sudah membuka kunci sel untuk Six. Seingatku, aku saja membutuhkan waktu 5 hari untuk mereka percaya dan membuka kunci selku.

Aku sudah terlebih dulu menutup selku dan menahanya dengan tangan.

“Kenapa kau kemari? Aku baik baik saja, sungguh. Aku ingin istirahat sebentar”.

Aku tersenyum lagi.

“Buka! Biarkan aku melihat lukamu!”. Anak laki laki itu menarik pintu besiku dengan paksa.

“Luka apa? Khawatirkan dulu wajahmu yang terluka itu. Kenapa kau malah mengkhatirkanku? Aneh. Sudah ah.. aku mau tidur”

Six tetap bersikukuh dengan pendirianya. Aku berusaha menahan dengan sekuat tenaga, membuat luka di punggungku semakin sakit. Aku meringis, menahan sakit.

Melihat hal itu, six berhenti menarik pintuku. Dia berjongkok di depan selku.

“Sakit kan? Biarku bantu membersihkan lukanya”

Aku berusaha tertawa. “Apa sih, sakit segini saja bisa ku tahan”.

“Three..”. Dia memanggilku lirih.

“Berhentilah tersenyum, kau bisa menangis jika itu sakit”. Six menatapku iba.

Aku melebarkan mataku, kaget. Tanpa sadar pegangan tangaku ke pintu melemah, dan dengan mudah Six membuka pintu selku. Sebuah pelukan hangat memeluk tubuhku, air mata dengan deras mengalir dari mataku. Aku sudah menahanya sejauh ini, dan dengan mudahnya ia menghancurkan pertahananku. Aku selalu menganggap menangis akan membuatku menjadi lemah, entah kapan terakhir kali aku menangis.

Aku menangis tersedu sedu, sakit. Luka di hatiku benar benar sakit, kehangatan ini seperti membakar jiwaku. Anak laki laki di depanku memberikan apa yang selama ini kubutuhkan, sebuah sandaran. Bertahan 3 tahun di tempat ini benar benar sulit. Aku takut aku akan berakhir sama dengan ras manusia lain. menjadi gila dan kehilangan emosi mereka.

“Jangan tinggalkan aku”. Kataku pelan.

“Aku tidak akan pergi”. Katanya sambil memeluk tubuh kecilku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rotate   Re : 23

    Aku mengerjapkan mataku, ah… bosannya hanya berdiam diri seperti ini. Jika ku hitung dari pergantian cahaya malam dan siang dari celah kecil di ruangan ini, sepertinya ini sudah 3 hari sejak kepergianku dari pusat penjualan. Kabar baiknya aku masih hidup dan sangat sehat, bagaimana tidak, Ai memenuhi semua kebutuhan ku. Bahkan lebih dari bagaimana The Strary memperlakukan ku dulu. Lama kelamaan aku merasa seperti hewan ternak dalam program penggemukan. Selama ini juga aku berusaha menggali informasi tentang tempat ini dan juga tentang tuan yang membeliku. Dan untuk kabar buruknya, aku masih terperangkap disini. Ai hanya melepaskan rantai leherku saat aku hendak pergi ke kamar mandi, selain itu gadis kecil dengan manik kuning itu tak melepaskannya. Dan lagi, ia selalu memonitoriku 24/7 setiap saatnya.“Ai…” panggilku kepada gadis itu.Ai hanya menoleh sebentar lalu kembali dengan kesibukannya membuat sebuah boneka dari jerami.“Ai&

  • Rotate   Re : 22

    ‘Apa aku sudah mati?’ ucapku dalam hati, perlahan aku mencoba menggerakkan tangan dan kakiku. Aman, tubuhku masih tersambung dengan baik. Rupanya para penjaga The Strary memberikanku obat tidur, padahal selama proses pembelian aku diam dan tak melakukan sesuatu yang mencurigakan. Sepertinya mereka masih merasa khawatir jika aku memiliki rencana lain.“Pstt… hei kau yang disana.” Sebuah suara berbisik ke arahku. Aku terdiam kaku, menimbang nimbang apakah lebih baik aku membuka mataku atau berpura pura tidur saja terus.Klotak.. sebuah kepingan krikil mendarat tepat di wajahku. Aku mengaduh pelan, dengan terpaksa ku buka mataku. Cahaya yang tiba tiba masuk itu membuat mataku menyipit silau.‘Dimana ini?’ batinku, aku memedarkan pandanganku ke sekeliling. Ruangan berukuran 3 x 4 itu dipenuhi dengan jerami, sisanya kosong. Tak ada barang – barang yang mencurigakan, sejauh ini aman. Atapnya yang memiliki sedikit celah

  • Rotate   Re : 21

    Aku berdiri menghadap nampan makanku sekali lagi, memastikan apakah aku siap untuk menghadapi medan perang dihadapanku. Hari ini adalah jadwal penjualan tak terasa 6 bulan sudah berlalu dan kini kami dihadapkan dengan hari yang paling mendebarkan dalam setahun. Dan untuk rencana pertemananku dengan Lexa, jangan ditanya lagi, semua tak berjalan mulus. Ketika aku sudah hendak membuka sedikit hatiku untuknya, ia malah mati matian menyimpan Six untuk dirinya sendiri. Sedangkan lelaki itu selalu memaklumi perilaku manja dari sang gadis.“Apa kau siap?” tanya seorang lelaki dengan mata coklat dan rambut hitam legam diambang pintuku. Aku mengangguk siap.“Tentu” jawabku pendek.Wajahku kini sudah dipenuhi lebam, seperti biasa aku selalu berusaha tampil seburuk mungkin di hari penjualan.Tak butuh waktu lama kereta yang mengangkut para budak The Strary berhenti, kami digiring menuju pusat jual beli seperti biasanya. Menjajalk

  • Rotate   Re : 20

    Aku membuka mataku perlahan, sinar matahari dari celah dinding menerangi ruangan. Kreek.. Suara pintu besi terdengar dari sebrang. Six terlihat sedang berjalan perlahan meninggalkan kamarnya.Aku menaikkan sebelah alisku, “Mau kemana kau?”“AH!” Six melonjak kaget.“Apa? Tingkahmu seperti maling yang ketahuan ingin mencuri saja”. Aku mengubah posisiku menjadi duduk, ini lebih baik.“Hm, itu..”. Six berusaha memutar otaknya, mencari alasan yang cukup untuk meyakinkanku.Aku mencium bau bau mencurigakan darinya, “Tak apa katakan saja kemana kau akan pergi” kataku dengan nada sebaik mungkin.“Mm.. itu.. sepertinya seorang penjaga sel memanggilku tadi, jadi, aku pergi dulu ya”“Oh, sepertinya” kataku dengan nada sinis sambil berjalan mendekati ambang pintu.Aku melirik jam dinding yang berada di tengah basecamp.“Memangnya ada orang yang akan memanggilmu sepagi ini?”Six menggaruk tengkuknya yang tak gatal, keringat dingin mengalir dari tu

  • Rotate   Re :19

    “Jadi, apa yang kau lakukan disini?” tanyaku. Setelah puas tertawa karena kejadian yang tak terduga itu, kini aku dan Six berjalan beriringan menuju basecamp. Akhir akhir ini ras manusia kekurangan orang. Pertama karena posisi Four kosong dan yang kedua karena laki laki disampingku ini dengan menyebalkanya terbebas dari tugas, sehingga kami, budak yang tersisa harus menutupi pekerjaan mereka sebisa mungkin. Jika hal ini terus berlanjut sepertinya salah satu dari kami akan berakhir di mulut Karberos, mati karena kelelahan. Six memalingkan wajahnya, “Hm, hanya kebetulan lewat itu saja” Aku memincingkan mata jahil, “Bilang saja kau mencariku” “Siapa yang mencarimu! Kebetulan saja kita bertemu dilorong tadi, kau terlalu percaya diri” Aku tertawa puas, “Apa apaan itu, kau berbohong dengan sangat buruk! Kemana kau akan pergi melewati tempat itu hah? Aula? Atau jangan jangan.. kau diam diam ingin pergi mengunjungi kamar para penjaga se

  • Rotate   Re : 18

    “Six… Six!!” “Apa?” kata Six kesal. “Kenapa kau mengacuhkanku lagi?” kata Lexa sambil menggembungkan mulutnya. “Sudahlah, bukan hal penting. Lagipula kenapa kau masih mengikutiku?” Lexa mengayun ayunkan tanganya, “Hm, kenapa ya?.. aku juga tak tahu” “Kalau bukan bersamamu, siapa lagi yang bisa ku ajak bermain?” sambungnya. Six menghela nafas panjang, “Kau tak lihat ada banyak orang yang ingin mendekatimu? Mereka selalu saja memandang kearahmu dimanapun kau pergi” Lexa tersenyum palsu, “Hahaha, sepertinya aku kurang memperhatikan. Oh ya, kita mau pergi kemana?” Seketika Six menghentikan langkahnya. “Kenapa berhenti?” tanya Lexa sambil memiringkan wajahnya. “Kau bahkan tak tahu kemana aku akan pergi. Ah, sudahlah. Berdebat denganmu hanya akan menghabiskan waktuku” kata Six sambil Kembali melangkahkan kakinya. Kedekatan Lexa dengan Six benar benar mengubah segalanya. Anak emas seperti Lexa akan mend

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status