Mobil yang dikendarai oleh Khumaira telah berhenti di halaman rumahnya. Walau pikiran dan hati sedang tak menentu, wanita berhijab itu akhirnya pulang dengan selamat. Ia keluar dari mobil dan berjalan tergesa memasuki rumah. Saking kesalnya, pintu itu dibanting dengan kuat.Gifar yang menyusul di belakang, dengan mobil lain yang dikendarai, melihat sikap istrinya yang tak pernah seperti itu. Baru kali ini Gifar melihat Khumaira bertindak bar-bar.“Khuma!” panggil Gifar dengan lantang ketika memasuki rumah, sedangkan Khumaira tak terlihat lagi batang hidungnya.Dengan amarah yang memenuhi ruangan di dalam dada, Khumaira tak menoleh sama sekali, meski mengetahui ada suaminya yang membuntut sedari tadi. Ia masuk ke kamar berharap bisa menangkan diri. Walau pada kenyataannya, mungkin tidak akan bisa, mengingat Gifar berupaya mendekati.Bulir bening yang keluar dari telaganya itu tak kunjung berhenti meski Khumaira berusaha untuk menghentikannya. Ia mengambil napas dengan susah-payah agar
Apa rumah tanggaku bersama Khumaira akan hancur begitu saja? Bukankah tuduhan Khuma memang mengada-ada? Aku bisa menghamili Sesil setelah aku menikahinya. Apalagi Sesil memang diawasi oleh Ibu. Mana mungkin dia bisa selingkuh sampai hamil dengan lelaki lain. Bukankah tuduhan Khumaira sangat tidak masuk akal?Sambil berjalan menjauhi kamar, Gifar berbicara di dalam hati. Meski dijelaskan oleh Khumaira sampai wanitanya itu berlinang air mata, logikanya tetap tak bisa menerimanya.“Apa memang aku mandul? Tapi, Sesil sudah hamil dan jelas-jelas itu anakku. Sesil selalu dalam pengawasan Ibu, mana bisa dia berselingkuh. Apa aku harus memeriksakan diriku sendiri tanpa Khumaira? Tapi buat apa? Sedangkan menurut pengakuan dari Sesil, Khumaira sendiri yang bermasalah. Dia pasti emosi banget sampai mengataiku mandul tanpa henti. Semua memang salahku sudah mengkhianatinya, tapi setidaknya Khumaira memahami semua tindakanku kan? Ini semua kan demi rumah tangga kami baik-baik saja. Ibu hanya ingin
“Gifar memang keterlaluan, hampir dua minggu dia nggak datang ke sini. Sudah dibilangi kalau Khumaira yang bermasalah, masih saja anak itu memedulikannya. Sudah jelas ada kamu yang sedang mengandung anaknya, malah nggak dipeduliin begini,” gerutu Laela setelah selesai menyantap sarapan.Sesil duduk di kursi yang berhadapan dengan Laela. Ia sedang menyesap segelas air putih sambil mempersiapkan kalimat yang akan diucapkan.Gelas yang tadinya penuh itu, kini sudah berkurang. Sesil meletakkan kembali ke atas meja. Bibirnya tersenyum karena sudah ada bahan yang akan dikatakan sebagai jawaban.“Ya, mau bagaimana lagi, Bu. Aku kan hanya sementara. Apalagi Khumaira sudah mengatakan kalau Mas Gifar mandul dan aku harus tes DNA setelah melahirkan. Aku sakit hati sih, tapi demi membuktikan semuanya, aku rela kalau darah daging Mas Gifar yang ada di perutku ini harus melakukan tes DNA. Aku rela nama baikku diinjak oleh Khumaira yang seakan menuduhku berselingkuh. Padahal jelas, kalau Ibu yang se
“Oh, ada apa ya? Apa saya salah berbicara?” tanya Khumaira melihat kedua tamunya malah terdiam dengan wajah yang tampak kaget.“Bu—bukan begitu, Mbak,” jawab Lidya dengan canggung. “Ko,” ujarnya seraya menyikut Riko yang ada di sebelahnya.Dua orang itu makin membuat Khumaira bingung. Seperti ada yang disembunyikan dan berkaitan dengan Gifar. Perubahan sikap para tamunya itu memang setelah dia memperkenalkan sosok yang ada dalam foto sebagai suaminya.Bukan hanya itu, ia pun mulai mempertanyakan kenapa Riko sampai mengacungkan telunjuknya ke arah foto Gifar. Sudah pasti mereka sedang membicarakan suaminya itu. Khumaira memang tak mendengar percakapan mereka. Ya, Riko dan Lidya memang sangat berhati-hati ketika berbincang di rumah orang. Hanya bisik-bisik.“Bukankah dia artis, Mbak. Anda hanya nge-fans sampai membingkainya di dinding?” Riko masih belum mempercayai penjelasan dari Khumaira tadi.Khumaira telah berdiri sempurna. Ia hendak ke belakang lagi untuk mengambil kue pesanan. Nam
Khumaira tersentak kala mendengar nama wanita yang membuat rumah tangganya hancur. Nama yang dulu mengaku sebagai sahabat, ternyata malah menikam dari belakang.Mengetahui kehadiran Khumaira, Lidya seketika membungkam mulutnya dengan tangan. Ia tak sadar melontarkan ucapan yang cukup lantang. Ya, bagaimana tidak kaget ketika mengetahui teman lelaki yang dikira seorang yang baik malah berani tidur dengan wanita tanpa ikatan pernikahan.“Maaf, saya barusan nggak sengaja mendengar ucapan Anda, Mbak Lidya. Maaf kalau lancang, sebenarnya, saya punya sahabat dengan nama yang sama.”Khumaira meletakkan kue pesanan milik Lidya di atas meja. Ia justru terfokus pada nama yang tadi disebutkan oleh tamunya itu. Dengan seperti itu, ia belum sempat memperlihatkan hasil karyanya kepada Lidya.“Oh, Anda punya teman bernama Sesil? Bisa kebetulan begini ya?”Lidya nyengir. Sebenarnya, dia bingung harus menanggapi bagaimana. Belum lagi, dia masih syok dengan pengakuan Riko tadi.“Apakah teman Anda yang
Khumaira masih terisak, tetapi ia berusaha menenangkan diri agar tidak semakin larut dalam kesedihan. Beberapa kali, tangannya mengusap linangan air mata di pipi. Kehadiran Riko pula, seakan memberikan secercah harapan untuk mengungkap kebohongan yang telah Sesil rencanakan, walau belum tahu nanti ke depannya akan bagaimana jadinya.“Ko, aku nggak nyangka ternyata kamu nekat melakukan perbuatan menjijikkan itu bersama Sesil. Hanya karena cinta, kamu jadi seperti ini?”Lidya sejak tadi diam. Kali ini, ia tak bisa menahan diri lagi untuk mencela perbuatan teman lelakinya itu.“Iya. Aku memang terlalu bodoh. Aku terlalu mencintainya dan nggak bisa menjaga diri. Semua sudah terjadi, Lid. Sekarang, aku hanya ingin bertemu lagi dengan Sesil untuk memperjelas semuanya. Aku ingin tahu apakah di dalam rahimnya memang ada buah cinta kami atau tidak. Marahi aku setelah semua ini terlewati, Lid. Tolong, mengertilah.”Permintaan yang sungguh-sungguh dari Riko itu hanya bisa dibalas helaan napas ol
“Lusa pagi sekitar pukul delapan, saya dan Mas Gifar akan pergi ke rumah mertua, Mas Riko. Anda bisa pergi di jam yang sama dan menunggu di sekitar Masjid Nurul Huda yang terkenal itu. Soalnya, kalau dari sana, tidak terlalu jauh dari rumah mertua saya. Jadi, setelah saya sampai di rumah mertua, saya akan langsung mengirim lokasinya dan Anda tidak terlalu menempuh waktu lama untuk sampai ke sana. Apakah Anda tidak keberatan?”Khumaira seketika mengabari Riko setelah tadi mendapat kesepakatan dengan Gifar. Ia mengirim pesan karena kalau menelepon, takutnya malah didengar oleh suaminya. Berhati-hati itu lebih baik.Wanita yang sedang duduk di atas kasur yang kini tak pernah lagi ditemani oleh suaminya itu, membuang napas. Sebagai seorang wanita, juga istri, ia ingin mempunyai seorang lelaki yang selalu menyayangi dan menghargai dirinya. Namun, gara-gara kebaikan hatinya, Khumaira kini malah dicap sebagai istri yang membangkang dan suka menuduh. Padahal, kalau sang suami mau sedikit saja
“Jawab dulu perkataanku. Kamu malah semakin nggak sopan begitu ya!” bentak Laela melihat Khumaira sudah duduk manis di sofa ruang tamunya.Gifar sejak tadi diam. Perkataan Laela sesuai dengan hati terdalamnya. Walau begitu, ia hanya ingin menuruti keinginan istri pertamanya agar setelah mendapatkan hasil dari pemeriksaan tersebut, Khumaira mau mengakui tuduhannya yang salah dan mengurungkan niatnya untuk bercerai darinya.“Bu, apa salahnya kalau melakukan tes DNA,” ujar Gifar berusaha meredakan suasana yang makin memanas.“Kamu ini ya, Gi! Mau-maunya melakukan sesuatu yang percuma! Kamu itu pintar, gunakan kepintaranmu untuk memikirkan mana yang pantas dilakukan. Sudah jelas Sesil mengandung anakmu. Dia nggak pernah selingkuh. Buat apa masih melakukan tes DNA kepada darah dagingmu sendiri, Gi! Kalau Khumaira nggak menerimanya, ya sudah, lebih baik kalian bercerai saja. Nggak usah dibikin repot!”Urat leher Laela sampai kelihatan. Ia kesal karena Gifar masih saja memihak Khumaira. Suda