Share

PART 1

Satu kata yang tepat untuk mendefenisikannya

Yaitu sempurna

Tidak ada alasan untuk tidak menyukainya

Tapi perasaan tidak dapat di paksakan bukan?

~~~

"Salqueena Melody. Queena dimana dia?" Udah hadir belum?" tanya guru dengan kumis tebal dan kacamata yang bertengger di hidungnya, tidak lupa penggaris yang selalu ada di tangannya.

"Belum hadir Pak bambang,” jawab salah satu murid kelas IX 2, dia Adrian, ketua kelas di kelas itu dan guru tersebut adalah Pak Bambang, guru fisika di SMP Arven, ia termasuk guru paling killer di SMP itu.

Tok Tok Tok

Ketukan pintu mengalihkan semua perhatian siswa ke arah suara tersebut berasal. Tak terkecuali Pak Bambang.

"Permisi Pak, apa saya boleh masuk?" tanya siswa itu hati hati, dia tau, guru yang didalam itu adalah guru yang galak.

"Kenapa kamu terlambat? Saya kan sudah bilang berkali kali, siapa yang terlambat mengikuti pelajaran saya akan saya hukum sampai jam saya habis. Dan kamu akan saya hukum hormat bendera di tengah lapangan sampai jam saya habis. Tidak ada penolakan!" ucap guru itu menghadap ke siswa itu seraya mengangkat penggarisnya ke udara menunjuk ke luar pintu. melihat tidak ada pergerakan dari lawan bicara, Pak Bambang memukul penggarisnya di salah satu meja siswa yang membuat seisi kelas terkejut.

“ASTAGFIRULLAH PAK.”

“ASTAGA.”

“AYAM.”

Dan masih banyak lagi ungkapan keterkejutan siswa kelas tersebut.

"Apa yang kamu tunggu Queena? Cepat laksanakan hukuman kamu!" seru Pak Bambang sambil berjalan menuju pintu, tepatnya kearah gadis berambut lurus itu.

"Eh iya pak," jawab melody lalu berjalan ke lapangan meninggalkan kelas yang tegang itu.

Sesampainya di lapangan ia langsung meletakkan tasnya di pinggir lapangan dan melaksanakan hukumannya, yaitu hormat bendera.

"Astagaa gue lupa sarapan lagi tadi. Gimana kalau gue-eh ga ga mungkin. Ga boleh berfikir yang engga enggaa," ujar gadis beriris coklat itu.

"Iya buk, ibuk ini jangan marah marah terus, nanti cepat tua loh buk." Terdengar suara dari pinggir lapangan dan orang itu menuju ke arah Queen.

"Jangan banyak cerita kamu! Laksanakan saja hukuman kamu dan jangan coba coba untuk kabur dari hukuman ini kamu yaa!" Itu suara Bu Barina, guru tergalak di SMP Arven. Guru IPS, semua murid takut dengan Bu Barina, kecuali Bara dan kawan kawannya. Dan anak yang di marahi Bu Barina itu salah satu kawan Bara, Regal.

"Eh ada Queen juga, kenapa lo bisa ada di sini? Lo telat yaa?" tanya Regal, orang yang di tanya hanya mengangguk mengiyakan.

"Queen, tolong lihatin dia ini yaa, saya mau cari kawan kawanya dulu, awasi dan jangan sampai dia kabur," ucap Bu Barina berlalu meninggalkan Queen dan Regal di tengah lapangan.

"Iya bu." Queen mengangguk dan langsung melihat Regal yang sedang senyum melihatkan deretan gigi putihnya.

"Lo kenapa bisa di hukum?" tanya Queen lalu kembali hormat ke tiang bendera.

Regal mengangkat jarinya ke pipi dan melihat ke langit seperti orang yang sedang berfikir.

"Sekarang pelajaran IPS woy, sama Bu Barina lagi, bolos aja yuk, gue ngantuk ni, pasti pembahasannya tentang sejarah, daripada kita tidur di sini, mending kita bolos, ke kantin, atau ke rooftop, atau kemana ajalah, yang penting jangan di kelas lah." Regal mengusulkan dan langsung disetujui oleh 2 temannya.

"Yok lah, gue juga ngantuk ni, lo gimana bar?" tanya Langit melihat jam tangan yang melingkar di tangannya.

"Gue ngikut," jawab orang yang di tanya, dia Bara. Bara lalu beranjak dari duduknya dan diikuti oleh 2 temannya. Mereka keluar dari kelas dan pergi menuju rooftop. Saat akan berbelok, suara yang menggelegar menghentikan langkah mereka.

"MAU KE MANA KALIAN!" teriak guru itu, ia adalah Bu Barina.

"Mampus, Bu Barina," ucap Regal lalu dia melihat teman temannya dengan muka yang tegang.

"Kabur aja ga yaa?" tanya Langit dan langsung diangguki oleh Regal.

"MAU KE MANA KALIAN?" Suara Bu Barina lagi lagi menghentikan langkah mereka. Mereka berbalik dan mendapati guru yang gendut dan berambut keriting itu sedang berdecak pinggang dengan muka yang merah.

"Ini bu, kami mauuu mauuuu mau ke mana yaa? Mauu mau kemana Lang? Keeee keeeee," jawab Regal mencari alasan yang tepat untuk bolos kali ini.

"Ke wc bu,iya ke wc, kami mau ke wc, udah kebelet ni bu," lanjut Langit. Semoga saja kali ini alasan mereka bisa membuat Bu Barina percaya pada mereka. Mereka lalu memasang tampang kebelet pada Bu Barina agar lebih terlihat benaran kebelet.

"Iya bu, kebelet ni bu." Regal menyetujui ucapan Langit.

"Kalian kebelet? Ayo saya temenin ke wcnya, nanti saya-" Belum sempat Bu Barina menyelesaikan ucapannya, Regal sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Engga, jangan bu, wc kami kan cowok, nah masa Ibu masuk wc kami sih bu? Kan gak bole Bu," potong Regal.

"Saya tunggu di luar, cepat!" seru Bu Barina tegas.

"Udah yok kita lari aja-au Buuuu, sakit Buuuu sakit, udah Buuuu," kata Regal yang ingin berlari namun telinganya berhasil di tarik Bu Barina sementara Langit dan Bara berhasil kabur dari amarah Bu Barina.

"Bu, kawan saya udah duluan tu Bu, saya mau ikut kawan saya Bu, Ibu mau bawa saya ke mana ni Bu?" tanyanya sambil berusaha melepaskan tangan Bu Barina dari telinganya.

"Gak adaa, kamu ikut saya, berdiri di lapangan hormat bendera sampai bel istirahat!" tegas Bu Barina dengan tangan yang masih menarik telinga Regal.

"Kok sampe istirahat Bu? Kan siap pelajaran Ibu saya harus belajar MTK Bu, kalau ketinggalan MTK nanti saya bisa bodoh loh Bu. Jadi nanti saya ga bisa masuk SMA dong Buu," ujar Regal dengan muka memelasnya dan berjalan mengikuti arah Bu Barina karena memegang tangannya.

"Percuma kamu cuma belajar MTK, pelajaran saya juga jadi modal untuk masuk SMA. Tidak belajar kamu pelajaran saya, bolos kamu pelajaran saya maka kamu gak akan ngerti pelajaran saya! Awas aja kamu kabur lagi dari hukuman saya. Saya mau cari kawan kawan kamu dulu," ucap Bu Barina sambil sedikit mencubit tangan Regal.

"Iya Bu, Ibu jangan marah marah terus, nanti cepat tua loh Bu."

"Ahahahaha parah mah kalian." Tawa Queen pecah mendengar cerita Regal. Ia memegangi perutnya yang terasa sakit karena tertawa. Regal memandang aneh ke arah Queen.

"Heh lo kok ketawa sih, orang kesusahan juga, lo malah ketawa. Ga boleh tertawa di atas penderitaan orang lain. Dosa," ujar Regal tidak terima Queen tertawa.

Aneh, batin Regal

"Yaaa, masa kalian berani sih sama Bu barina, dan kenapa kawan kawan lo bisa lari sedangkan lo tu jadi mangsanya Bu Barina," ucap Queen setelah itu melanjutkan tawanya dengan tangan yang berada di samping alis, hormat bendera.

"Ngapain takut? Toh Bu Barina cuma manusia, takut tu sama Allah, dan gue itu murid tercintanya Bu Barina. Kemana mana selalu Bu Barina cariin gue. Apa apa Regal apa apa Regal. Dan kawan gue, gue gatau kemana mereka lari. Padahal ni kan yaa gue yang nyuruh lari, eh malah mereka udah lari duluan. Teman laknat tu ga nunggu nunggu. Tega teganya mereka tinggalin gue sendiri, gue kan jadi sedih," celoteh Regal sambil pura pura mengahapus air matanya.

Diantara Bara, Langit, dan Regal, Regal lah yang paling usil dengan guru, suka mengganggu dan yang pasti aneh.

"Oh iya Queen, tumben lo telat, biasanya lo jadi murid teladan loh Queen," puji Regal mulai serius, menghadap sekilas kepada Queen lalu kembali melanjutkan hormatnya.

Queen menarik nafas panjang. "Tadi mobil yang ngantar gue bannya bocor jadi telat deh," jawabnya seadanya.

Memang benar, saat jalan menuju sekolah tadi, ban mobil Queen bocor, jadi daripada ia lama menunggu mendingan dia berjalan kaki, sekitar 15 menit berjalan dia akan sampai di sekolah tetapi saat itu 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi, jadi Queen terlambat.

Tetapi untung tadi Pak Satpam lagi berbaik hati jadi dia tidak kena hukuman oleh guru piket tapi ia tidak akan bisa lolos dari hukuman Pak Bambang.

"Eh itu teman gue, mampus kalian, dapat jeweran juga dari guru favorit gue. Jauh jauh kalian lari akhirnya dapat sama Bu Barina. Huhuuu kasiiiiaaan. Capek lari larian, kena jewer, dihukum lagi," ejeknya sambil tertawa melihat temannya yang berjalan sambil di jewer Bu Barina menuju lapangan.

"Eh lo kok ketawa sih, tadi lo yang ga bolehin gue ketawa diatas penderitaan orang. Eh ini lo yang ketawa diatas penderitaan temen lo." Queen tidak mengerti jalan pikir anak yang satu ini. Tadi ia yang melarang Queen loh sekarang ia yang melakukan larangan itu. Memang anak aneh.

"Yaa abisnya lucu tu muka Langit sama Bara." Regal menunjuk mereka dengan telunjuknya membuat Queen menoleh ke arah yang ia tunjuk.

"Lihat Langit mukanya udah merah terus telinganya nanti juga jadi merah. Terus Bara mukanya datar datar kaya tembok ajaa, ahahahaha." Tawa Regal pecah melihat raut wajah kedua temannya. Queen hanya memandang heran Regal.

Tiga orang itu mendekat ke arah mereka. Melihat muka Bu Barina, Bara dan Langit seolah langsung mengerti apa maksudnya. Mereka langsung hormat bendera di samping Regal. Tidak terlalu susah mengatur Bara dan Langit. Tapi Regal, butuh kesabaran extra untuk mengatur anak itu.

"Awas aja kalau kalian kabur, saya kasih hukumannya sampai pulang sekolah," ancam Bu Barina menatap tajam kepada tiga anak nakal itu lalu meninggalkan lapangan. Mereka langsung bernafas lega.

Bara dan Langit melirik Regal dan orang yang dilirik ikut melirik dua orang tersebut bergantian.

"Apa lihat lihat gue!" ujar Regal garang. Ia memasang wajah marah. Queen yang melihat menyatukan alisnya, terlihat kerutan di dahinya.

Kok aneh yaa ni anak, tadi ketawa ga jelas lah sekarang malah marah marah ga jelas, batin Queen.

"Lo juga Queen, ngapain lihat lihat gue, gue tau gue ganteng, gausah lihatnya gitu juga kali. Gue emang mirip Zayn tapi gue ga pernah nyombongin diri, ga pernah ngeluh karna banyak yang minta foto sama gue, ga per-" Ucapan Regal langsung di potong cepat oleh Queen.

"Halu lo ketinggian," sanggah Queen.

"Mampus lo," saut Langit yang langsung menjatuhkan harga diri seorang Regal Ravael.

Regal merengek tidak terima, "mamiiiii papiiiiii Regal di hina di siniiiii, Regal mau pulang ajaaa miiii Regal mau di rumaaah aja miiii ga ma-"

"Diam." Satu kata yang keluar dari mulut Bara berhasil membuat Regal bungkam. Hawa di sekitar menjadi dingin. Regal tidak berani membantah perkataan dingin dari Bara.

20 menit lagi maka hukuman Queen akan berakhir. Queen melihat ke arah kiri, terlihat Regal yang sedang fokus pada hukuman.

Tumben tu anak diam, batin Queen.

Desahan kecil kecil terdengar dari mulut Queen. "Sssttt." Ia memegangi kepalanya yang terasa pusing. Tiga orang di sampingnya langsung melihat ke arahnya. Mereka bingung dengan Queen, ada apa dengannya?

Bruk

Queen ambruk di tempat. Bara, Langit, dan Regal langsung mengerubungi Queen. merasa tidak ada pergerakan seolah ini bukan tipuan, Bara segera menggendong Queen ala bridal style menuju UKS. Sementara Langit dan Regal mengikuti dari belakang.

Dengan hati hati Bara meletakkan Queen di atas brankar UKS. Ia langsung memanggil petugas PMR yang berjaga dan menyuruh mereka mencek kondisi Queen.

"Kak Queen kayaknya belum sarapan Kak, ditambah lagi cuaca hari ini panas Kak. Kak Queen ga kenapa kenapa kok kak, bentar lagi bangun kak, udah aku kasih minyak angin kok Kak Queennya. Yaudah Kak aku permisi dulu ya Kak," ucap petugas PMR yang pasti dari kelas 8 itu. Memang benar hari ini matahari seperti tepat berada di atas kepala. Sangat panas.

"Regal beliin dia sarapan," perintah Bara tegas dengan sedikit melirik Regal. Ia mengambil dompet dan menyodorkan uang birunya.

"Lah kok gue, Langit ada noh." Regal menunjuk Langit dengan dagunya dan tangannya di lipat di depan dada.

"Berdua!" Oke sudah tidak ada lagi yang bisa membantah perkataan dengan nada seperti itu yang keluar dari mulut Bara. Regal mengambil uang di tangan Bara dengan sedikit menyentak, tidak ikhlas, dan menarik tangan Langit untuk mengikutinya.

"Pergi sendiri bisa kok, bisanya cuma nyuruuh nyuruh ajaa, dasar Bara sialan." Umpatan kecil keluar dari mulut Regal.

"Gue denger," ucap Bara mengeluarkan layar pipih dari saku celananya.

"Gue sengaja besarin suara biar lo denger," ujar Regal keluar dari UKS bersama Langit.

Perlahan tapi pasti mata coklat itu membuka kelopak matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Ia memegang kapalanya yang sedikit pusing lalu duduk dan bersandar di kepala brankar. Dapat ia lihat orang yang tidak asing lagi di sebelah kanannya yang sedang melipat tangan di atas brankar dan meletakkan kepalanya di atas tangannya, ia tertidur mungkin.

Bara? batinnya.

Ia menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan indah, siapapun yang melihat bisa meleleh.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status