Cecilia Sacharissa adalah seorang wanita karir di salah satu perusahaan besar di ibu kota. Baginya, karir adalah salah satu bagian terpenting dari hidupnya. Usianya terbilang muda, di usia 24 tahun ia sudah menempati kedudukan sebagai Human resource development di perusahaan tempatnya bekerja. Hingga suatu hari, Cecil panggilan akrabnya setiap hari, harus menerima perjodohan buta dari sang papa. Cecil yang sama sekali tidak pernah punya kekasih, dari jaman ia duduk di bangku sekolah hingga sekarang menjadi wanita karir. Nahas, Alister Bachtiar, laki-laki yang menjadi kandidat jodoh Cecil, adalah type laki-laki dingin, kaku dan ternyata sama dengan gadis itu, tidak pernah berpengalaman dalam menjalin sebuah hubungan asmara. Bagaimana kisah dua anak manusia yang sama-sama tidak berpengalaman dalam percintaan itu menjalin hubungan? Apakah Cecil yang mempunyai karir cemerlang dalam dunia karirnya, bisa bertekuk lutut pada Alister yang kaku?
View More[Cecilia! Papa berikan waktu kamu sebulan. Kamu itu, sudah sepantasnya mempunyai pasangan, apa kata kolega Papa nantinya, anak gadis dari keluarga Sasongko seperti tidak laku saja. Jika dalam waktu 30 hari tidak ada lelaki yang menghadap ke Papa, Papa pastikan, jodoh kamu akan Papa tentukan melalui konferensi keluarga besar kita.] Kalimat yang disampaikan sang Papa melalui sambungan telepon beberapa minggu lalu selalu membuat kepala gadis itu kliyengan.
"Maaf, anda tidak masuk dalam kualifikasi perusahaan kami. Silahkan, bisa meninggalkan ruangan saya." Dengan suara khas berwibawa dan menusuk, wanita yang memiliki nama lengkap Cecilia Sacharissa men-skakmat lawan bicara di depannya.Dengan menundukkan wajah dalam-dalam, gadis yang baru saja melakukan interview kerja di perusahaan yang bergerak di bidang Manufaktur Itu, berjalan ke luar ruangan dengan penuh rasa kekecewaan."Bagaimana?" Tanya seorang gadis yang duduk di bangku kursi ruang tunggu, dengan model bandara stainless besi.Gadis yang baru saja keluar dari ruang interview menggeleng perlahan. Gurat kesedihan terpancar di wajah gadis berambut panjang sebahu itu. "Belum keterima." Dengan lemah ia duduk di kursi yang tersedia.Tek, tok.. Tek, tok..Suara yang sanggup mengalihkan fokus sebagian orang itu, berasal dari jenis sepatu wanita bernama high heels. Derap langkah anggun tidak terburu-buru dan suasana kantor yang senyap membuat suara sepatu itu terdengar begitu kentara."Kamu? Yang tadi interview bukan?" Gadis yang memiliki suara sepatu itu, berhenti tepat di depan dua gadis yang masih duduk di kursi ruang tunggu."I- iya Kak, saya yang barusan tadi interview dengan Kakak di dalam.""Dia?! Apa dia temanmu?" Cecil menunjuk gadis yang memakai rok pendek di atas lutut."Dia Kakak saya, Kak." Jawab gadis yang beberapa menit lalu masuk ke ruangan Cecil.Cecil menelisik, menatap gadis itu dengan tatapan tajam, mengamati secara detail dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Dia, tidak tertarik untuk bekerja di sini?"Gadis itu tampak terkejut, "Eh! Tapi, Kakak saya hanya lulusan menengah atas Kak. Tidak mungkin-""Kenapa tidak?! Dia ada niat kerja apa nggak!? Ikut saya masuk sebentar, itupun kalau mau." Cecil kembali masuk ke dalam ruangannya.Kebetulan lowongan pekerjaan yang ada adalah sebagai Sales promotion Girl, kualifikasi yang wajib adalah Good looking, tinggi minimal 160 cm dan berat badan proporsional. Cecil melihat itu semua ada pada gadis yang menunggu di luar ruangannya tadi.Tok... Tok... TokKetukan pintu dari luar membuat Cecil tersenyum tipis, karena kemungkinan apa yang sekarang ada di pikirannya benar adanya. "Masuk.""Maaf Kak, apa tadi yang dibilang Kakaknya, untuk bekerja di sini itu benar? Tapi, saya hanya lulusan menengah Kak, bukan Sarjana." Gadis yang Cecil taksir seusianya itu hanya menundukkan wajahnya.Cecil menyunggingkan senyum. "Nggak apa-apa, kita hanya butuh SPG dan aku lihat kamu masuk dalam kriteria itu. Bagaimana?""Tapi saya tidak membawa surat-surat yang dibutuhkan untuk lamaran pekerjaan, Kak.""Bisa menyusul, kalau kamu mau, besok datang ke sini lagi, bawa aplikasi dan syarat-syarat yang biasanya. Aku tunggu.""Baik, terima kasih, Kak. Saya permisi." Pamit gadis tersebut menunduk dalam."Ya, silahkan."Usai menyelesaikan pekerjaannya Cecil berniat untuk istirahat, "Gue mau makan di luar, lo mau bareng apa nggak?" Cecil menghampiri meja rekan kerjanya."Kerjaan gue masih banyak ini, lo duluan aja deh, Cil. Gampang, ntar gue makan di kantin saja." Jawab Sherly teman sekaligus tetangga komplek tempatnya tinggal.Cecilia Sacharissa adalah seorang gadis yang memiliki karir cemerlang di salah satu perusahaan besar di ibu kota. Baginya, karir adalah salah satu bagian terpenting dari hidupnya. Usianya terbilang sangat muda, di usia 24 tahun ia sudah menempati kedudukan sebagai Human resource development di perusahaan tempatnya bekerja. Ia dinyatakan lulus di usia 23 tahun, dengan menyandang label Cumlaude di Universitas ternama di ibu kota. Mengambil jurusan Psikologi, Cecil hanya butuh tiga tahun untuk menyelesaikan studynya.Cecil terbilang cantik, kulitnya yang putih bersih, tinggi semampai 162 senti dan berat badan ideal itu, mampu membuat para lelaki yang lewat selalu melirik padanya. Hanya saja, ketidak beruntungan Cecil adalah, ia belum pernah menjalin asmara dengan lawan jenis semenjak duduk di bangku sekolah. Keseharian gadis itu ia habiskan hanya untuk belajar, sekolah, ke perpustakaan, mengerjakan tugas dan tidur.Cecil hidup sebatang kara di ibu kota, ia memilih meninggalkan kota asalnya, demi meraih cita-citanya, yaitu menjadi seorang wanita karir yang sukses. Kedua orang tuanya bukanlah orang sembarangan. Cecil termasuk anak dari pasangan pengusaha terkenal di kotanya. Bisnis perhiasan yang digeluti kedua orang tuanya sudah berjaya sejak gadis itu belum lahir ke dunia. Namun, bukan Cecil namanya jika harus menumpang sukses dari usaha keluarganya.Berkali-kali para lelaki mencoba mendekatinya, tapi Cecil dengan entengnya menilai dan mengatakan dengan gamblang perihal ketidaksukaannya pada lelaki tersebut. Contoh kecilnya saja, yang baru beberapa hari kemarin menyatakan perasaan padanya, dengan entengnya ia mengatakan 'Lo itu bau, pernah mandi nggak sih?!'Ternyata, gelar lulusan Psikolog terbaik buat Cecil tidak berpengaruh pada kehidupannya sehari-hari. Ia hanya menerapkan ilmu yang ia dapatkan di ruang lingkup karirnya saja."Ya udah, gue cabut duluan ya." Cecil melambai pada Sherly.***"Silahkan menunya, Nona." Seorang Waiters perempuan menghampiri Cecil yang tengah duduk sendirian di meja bernomor empat dekat dengan jendela."Hm ... Gue pesen, Skirt steak, juga pasta. Minumnya Healthy Lemonade." Jawab Cecil mengembalikan buku menu pada sang Waiters."Baik, ditunggu, Nona."Cecil memainkan gawainya, tidak ada teman yang bisa ia ajak bercakap-cakap saat itu. Ia sesekali membuang muka ke luar jendela kaca tepat di depannya. Matanya melotot menangkap sesuatu, reflek saja ia langsung berlari keluar dari restoran menuju pelataran."Awas!! Gusrak!! Bugh! Argh!! Aw ...." Cecil meringis kesakitan mendapati dirinya terjatuh di trotoar dengan menangkap seorang bocah tujuh tahun di atas tubuhnya. "Kamu tidak apa-apa?" Dengan masih menahan sakit, Cecil mencoba bertanya mengenai keadaan bocah itu."Ti- tidak Tante, a- aku. Hiks ... Hiks." Bocah kecil itu akhirnya menangis, dengan masih berada dalam pangkuan Cecil.Cecil dibuat bingung oleh rengekan anak tersebut, ia sama sekali tidak berpengalaman dalam hal mengambil hati anak-anak. "Sudah-sudah, tidak apa-apa. Lain kali hati-hati ya. Jalanan itu turun, lebih baik besok-besok jalan kaki saja, tidak perlu memakai otopet. Apa kamu pulang sendiri?""Iya Tante, Hiks." Anak itu berdiri dari pangkuan Cecil.Beberapa orang yang melihat kejadian itu berbondong-bondong mendekat, ingin melihat kejadian apa yang sebenarnya terjadi.Cecil masih terduduk di trotoar, ia masih merasa sedikit pusing. Lututnya lumayan lecet dan berwarna merah, karena ia memakai rok pendek di atas lutut. Alhasil, saat ia mencoba menghentikan otopet yang melaju kencang dan menangkap sang anak, kaki Cecil terserempet benda itu, akibatnya beberapa luka lecet ia dapatkan di kaki mulusnya.Cecil mencoba berdiri, meskipun ia merasakan ngilu yang sangat luar biasa tepat di lutut kirinya. High heels yang ia kenakan-pun nyaris patah sebelah. Dengan susah payah ia mencoba berdiri, tapi tidak di sangka ....Kreeekkk!!***Blaarrr ....Bagaikan guntur menerpa Cecil di cuaca yang sangat cerah. Cecil termangu, ia tak bergeming sedikitpun mendengar jawaban dari papa Dimas. Perlahan, benda pintar itu turun dari indera pendengaran Cecil. Ia tak lagi menghiraukan suara papanya dari seberang, yang terdengar berteriak memanggil-manggil namanya.Gadis tersebut kembali ke tempatnya semula, ia duduk dan mulai mengerjakan pekerjaan yang sempat terbengkalai beberapa saat ketika ia kehilangan konsentrasi.Waktu terus berlari, Cecil menghabiskan waktunya di dalam ruangan. Ia sama sekali tidak keluar untuk makan dan istirahat. Gadis itu melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. Benda tersebut memperlihatkan pukul 18.00, Cecil baru sadar kalau di kantornya hanya tersisa beberapa karyawan, termasuk dirinya."Non Cecil lembur? Kok baru pulang?" Tanya petugas keamanan kantor ketika gadis itu mulai melajukan kendaraannya perlahan keluar dari pelataran kantor. Petugas tersebut perlahan mengangkat palang keamanan supaya m
"Hah!"Cecil melotot menatap Alister, baginya paparan yang barusan disampaikan lelaki tersebut sungguh di luar nalar. "Jangan asal ngejeplak deh lo.""Anda, Cecilia Sacharissa Sasongko bukan? Apa saya salah?" Tutur Alister melanjutkan. Ia masih menatap manik hitam Cecil dengan intens, serasa di sana hanya ada mereka berdua."Lo?! Dari mana tau nama lengkap gue?!" Kaget Cecil tak percaya. Lelaki yang notabene tidak pernah berkenalan bahkan bertemu pun tanpa kesengajaan itu bisa mengetahui nama panjang Cecil."Karena memang kita jodoh." Celetuk Alister kembali.Cecil hanya mampu menatap heran pada lelaki tersebut, ia tidak tau harus berkomentar apa-apa lagi."Kenapa kamu bisa berbicara seperti itu, Alister?" Miss Rosa ikut terheran-heran mendengar pernyataan keponakannya. "Kamu 'kan baru saja tiba di sini, dari mana kamu kenal Cecil?""Kemarin Aunty, Daddy dan Om Dimas membicarakannya dengan Alister." Jawab pria blasteran tersebut begitu tenang."Papa? Lo, kenal Papa gue? Wait-" Cecil b
"Kamu ada di sini?"Cecil mendengar suara tersebut menghela nafas panjang, dalam pikirannya masih pagi buta kenapa ia harus bertemu dengan wanita nyeleneh macam Viola. Barra dan Cecil menatap wanita tersebut berjalan cepat menghampiri mereka."Bar, kamu sarapan di sini? Kenapa nggak bilang-bilang, kita kan bisa sarapan bareng." Ucap Viola langsung menempatkan dirinya duduk tepat di samping Barra.Cecil hanya menggelengkan kepala, membatin kenapa ia bisa sekantor dengan orang seperti Viola."Kenapa aku harus bilang dulu sama kamu, Vi? Kebetulan lagi pengen sarapan di sini. Kamu juga, tumben makan di tempat seperti ini." Jawab Barra sambil mengaduk teh hangat yang baru saja tersaji di depannya."I-iya lagi pengen aja." Viola menatap tajam ke arah Cecil yang sedang menikmati makanan yang juga baru saja diantarkan untuknya. "Cil, lo ngapain di sini?""Nggak lihat, gue sekarang lagi apa? Hah?!" Tanpa menatap Viola, Cecil masih asyik menikmati sarapan bubur ayam favoritnya. Belum sempat Cec
Malam itu Cecilia tidur dengan nyenyak, berkat pijatan kaki yang ia terima, gadis tersebut sudah tidak merasakan sakit lagi pada kakinya. Hanya saja, masih butuh perban tipis agar lukanya tidak infeksi.Cecil selalu menyalakan jam alarm tepat pada pukul enam pagi, tapi kali ini ia menyetel benda tersebut 60 menit lebih awal, karena ia berjanji pada papanya untuk mengantarkan ke Bandara.Cecil bangun tepat pukul lima, ia kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Cecil sengaja sekalian mandi dan berdandan karena setelah mengantarkan papanya, ia akan langsung berangkat ke kantor. Ia tidak ingin jika terlambat masuk ke tempat kerja, meskipun miss Rosa sudah memberikan izin untuk istirahat di rumah. Tapi, bukan Cecilia namanya jika ia hanya berdiam diri di rumah, ia tidak akan betah dan akan cepat merasa bosan. Cecil lebih baik berangkat kerja bertemu dengan rekan-rekannya di kantor.Cecil mengemudikan mobil kesayangan hasil jerih payahnya sendiri dengan perlahan, s
"Alister, kamu tidak ingin pulang ke rumah malam ini?" Jonathan yang sudah duduk di bangku penumpang mobil menurunkan kaca supaya bisa berbicara pada Alister."Tidak untuk malam ini Daddy, sorry. Mungkin besok-besok saya pulang, lagi pula jarak kantor dengan Apartemen jauh lebih dekat dari pada rumah." Jawab Alister seraya membungkuk."Oke, Daddy balik duluan."Alister mengangguk dan melambaikan tangannya sekilas. Pria yang ia panggil Daddy itu akhirnya menghilang dari hadapannya."Tuan muda, kita langsung kembali ke Apartemen, atau ke mana lagi?" Tanya Asisten pribadi yang baru saja turun dari mobil."Hmm ... Besok saya ada meeting pagi-pagi sekali, saya belum menyiapkan semuanya, antar saya pulang sekarang." Perintah Alister yang kemudian masuk ke dalam mobil setelah pintu dibukakan oleh Asisten pribadinya."Baik Tuan muda."Setelah sampai di Apartemen, Budi sang Ajudan langsung berpamitan untuk pulang. "Besok saya berangkat sendiri, kamu boleh libur menemani saya untuk besok.""Tap
"Cecilia."Gadis itu menghentikan langkah, mendengar namanya disebut. "Mau Papa sekarang apa? Sudah di tempat Cecil bukan sekarang?""Ini, makanlah dulu, kamu pasti belum makan." Orang yang dipanggil Papa oleh gadis tersebut memberikan sebuah bingkisan di dalam kantong plastik berwarna hitam.Cecil menerima bungkusan itu perlahan, "Hm, Cecil ke belakang dulu. Papa mau minum apa? Biar Cecil buatkan." Memendam kejengkelannya sendiri karena bentakan yang terlontar tadi, Cecil berusaha menutupnya rapat-rapat dari sang Papa."Nggak perlu, tadi Papa selesai makan malam dengan teman lama Papa.""Ya sudah, Cecil tinggal mandi dulu. Oh iya Pa, tadi Mama telepon Cecil, sepertinya Papa lagi tidak ingin mengangkat panggilan Mama, ia nampak begitu khawatir. Jangan lupa, kabari Mama, Pa."Baru beberapa menit lalu gadis itu keluar dari kamar mandi, kini, ia harus kembali masuk ke tempat tersebut.Sang Papa keluar dari dalam rumah, beliau mengambil ponsel dari dalam saku celananya. [Ada apa?] Sapaan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments