Kediaman Ibu Suri.
"Yang Mulia Ibu Suri, Yang Mulia Ratu dan Putra Mahkota meminta ijin untuk menemui anda," ucap pelayan.
Ibu Suri yang hendak meminum teh menghentikan aktivitasnya.
Dia menatap dayang pengasuhnya, bibi Nanik dengan bingung. "Bukankah kondisi Putra Mahkota sedang koma? Kenapa dia bisa berada di sini? Dia sudah sembuh?""Maaf, hamba juga tidak tau Yang Mulia," bibi Nanik dengan bingung menjawab pertanyaan Ibu Suri.
"Suruh mereka masuk!!!"
Ibu Suri memberi perintah.Setelah mendapat ijin dari Ibu Suri, Ratu Calista masuk lebih dulu diikuti oleh Maureen.
"Hamba memberi hormat pada Ibu."
Dengan lembut Ratu memberi hormat pada Ibu Suri."Hamba memberi hormat pada nenek," Maureen yang berada di sebelah Ratu juga melakukan penghormatan.
"Bangunlah kalian!!"
"Pelayan, siapkan teh untuk Ratu dan Putra Mahkota!!" Ibu Suri memberi perintah.
Ratu segera menolak.
"Maaf Ibu, kami hanya mampir sebentar." "Kami mampir hanya ingin menyapa anda, dan memberitahu kalau keadaan Putra Mahkota sudah sehat.""Oh.. Begitu?"
Sikap Ratu yang tanpa basa basi menolak sedikit membuat Ibu Suri tersentil.
Pasalnya dia dan Ratu memang tidak akur sejak dulu.
"Putra Mahkota jagalah kesehatanmu, nenek senang kau sudah sembuh dan bisa beraktivitas lagi." Ibu Suri mencoba berbasa basi dengan memberi perhatian."Terima kasih nenek atas perhatiannya."
"Maaf nenek, saya dan Ibu Ratu hanya mampir sebentar, keadaan saya belum pulih sepenuhnya." "Saya ijin pamit terlebih dahulu. Maaf jika saya kurang sopan." Maureen memberi hormat dan melangkah meninggalkan Kediaman Ibu Suri diikuti oleh Ratu Calista.Tak lama setelah mereka pergi, Ibu Suri tidak tahan untuk memberi komentar.
"Datang dan pergi secepat kilat, apakah mereka masih menganggapku orang tua!" Tatapan sinis muncul diwajahnya.Bibi Nanik berkata, " Yang Mulia, jangan seperti itu. Anda adalah nenek Putra Mahkota. Akan sangat baik jika anda bersikap lebih perhatian.
Bibi Nanik mencoba memberi nasehat."Apa aku butuh nasehatmu?"
Sambil melirik bibi Nanik Ibu Suri tersenyum sinis.Bibi Nanik yang mendapat tatapan sinis langsung menunduk dan meminta maaf.
"Maaf atas kelancangan saya Yang Mulia."Lalu Ibu Suri melanjutkan minum tehnya seolah tidak ada yang terjadi.
Maureen berjalan dengan langkah yang sedikit cepat.
Ratu yang berada dibelakangnya seolah diabaikannya. Sedikit banyak, hari ini dia bisa melihat kehidupan di Istana. Banyak persaingan dan perebutan kekuasaan. Jika saja dia dan Mattew bukan anak dari keluarga kerajaan, maka nasib mereka tidak akan seperti ini."Putra Mahkota, tunggu ibu," tanpa sadar Maureen meninggalkan ibunya, sehingga Ratu Calista harus memanggilnya untuk mengikuti langkahnya.
"Ah..., maaf ibu, aku terlalu terburu - Buru."
"Hari sudah semakin siang, sepertinya ibu butuh istirahat." "Bukankah semalaman ibu belum beristirahat?" "Kita dapat melanjutkan mengelilingi Istana lain kali."Maureen melihat, jika wajah ibunya tampak lelah, jadi dia memutuskan untuk berhenti berkeliling saat ini.
Terlebih lagi dia ingin melakukan sesuatu."Baiklah, ibu memang lelah."
"Ibu akan beristirahat lebih dulu.""Kau jaga dirimu dengan baik."
Ratu bersama pelayannya meninggalkan Maureen serta Haris.
"Kita kembali ke kediaman!"
Tatapan tajam Maureen segera keluar setelah ibunya pergi."Baik," Haris yang dibelakangnya, mengikutinya dengan setia.
Sepanjang perjalanan Maureen memikirkan sesuatu.
Di Taman tengah, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Itu adalah rumah Lebah Es, bagaimana mungkin di dalam Istana bisa ada rumah Lebah Es? Secara umum Lebah Es digunakan untuk mengobati tubuh yang sakit panas tinggi. Madunya dapat menurunkan panas tubuh secara cepat. Tapi Maureen lebih tau lagi apa keburukan dari Lebah Es. Sifat madunya yang dingin, bisa menarik binatang panas. Dan kupu - kupu cahaya adalah binatang panas. Hal ini bukanlah suatu kebetulan.Terlebih lagi rumah Lebah Es biasanya di temukan di pedalaman hutan yang sangat lembab.
Maureen berusaha mengumpulkan kepingan - kepingan teka teki dalam benaknya.Sampai di kediaman Putra Mahkota.
Maureen segera menuju kamar adiknya, Mattew. Ada tabib yang sedang memeriksa Mattew. Tabib itu adalah tabib kepercayaan Kaisar dan Ratu. Dia bisa dipercaya untuk menyembunyikan identitas Maureen.Saat Maureen membuka pintu, tabib itu menoleh untuk melihat.
Tabib itu tau jika Putra Mahkota punya saudara kembar. Tapi saat melihat Maureen dia masih terkejut.Maureen masuk, tabib itu buru - buru memberi hormat.
"Hamba memberi salam pada Putri Maureen."Maureen yang tidak terbiasa menerima hormat segera berkata, "Bangunlah."
"Terima kasih Putri Maureen."
Tabib itu pun bangun."Kau juga tau identitasku?"
"Ada berapa orang yang tau tentang aku?" Sejak Maureen masuk di Istana, dia sedikit heran karena banyak yang tau siapa dirinya.Tabib itu berkata terus terang.
"Menjawab Tuan Putri." "Yang saya tau, hanya pelayan Ratu dan pengawal Kaisar, ditambah saya karena saya yang selama ini merawat Putra Mahkota.""Hmm...cukup banyak juga."
"Bagaimana keadaan Mattew?""Keadaan Putra Mahkota masih sama, beliau masih di kondisi vegetatif, beliau seperti orang yang tertidur."
"Oh iya... Aku mau tanya, apa Mattew sering minum madu saat dia sehat?"
Maureen menanyakannya karena mencurigai sesuatu."Madu?"
"Setau saya Putra Mahkota jarang minum madu karena tidak suka rasanya." "Apa ada yang salah?" Tabib itu sedikit mengeryit, dia tidak mengerti dengan pertanyaan Maureen."Ah... Lupakan, aku hanya asal bertanya," Maureen mencoba untuk tidak membuat kecurigaan.
Maureen mengamati tabib yang memeriksa Mattew, tabib itu memberikan akupuntur pada badan Mattew.
Setelah selesai, dia memohon undur diri pada Maureen.Maureen memandang adiknya yang seperti sedang tidur.
Rasa bersalahnya muncul kembali, karena tidak bisa melindungi adiknya.Di sisi Istana samping, terlihat seorang kasim berbicara dengan seorang pejabat.
Pejabat itu sedikit marah menerima informasi dari lasim tersebut. "Apa matamu buta?""Dia sudah bangun?"Tangan Pengeran Andrew yang hendak makan tiba - tiba terhenti karena menerima kabar ini. "Keberuntungan benar - benar berada di dekatnya." Jika di pikir - pikir nasib Putra Mahkota benar - benar beruntung. Dia yang terkena racun mematikan dan masuk dalam kondisi vegetatif bisa bangun bahkan belum ada sebulan. Bukankah sesuatu yang sangat ajaib. Pangeran Andrew yang mendengar laporan bawahannya hanya bisa tersenyum sinis. Rasa iri yang terlihat jelas muncul diwajahnya. Seandainya....... Ah..Semakin dia memikirkannya, semakin dia membenci dirinya sendiri.Pangeran Andrew adalah anak Kaisar dari selir Jeslin. Selir yang seharusnya menjadi Ratu. Tetapi karena Kaisar lebih memilih Calista menjadi Ratunya, menyebabkan Jeslin harus menerima dia hanya menjadi seorang selir. "Roy... !!!" "Kita ke arena pacuan kuda.""Baik, pangeran..." Roy yang mendapatkan perintah langsung menyiapkan pakaian berkuda Pangeran Andrew. Pangeran Andrew dan Roy kasimnya, men
Angin bertiup dengan pelan, membawa beterbangan daun - daun berwarna kuning yang sudah jatuh dari ranting - ranting pohon.Sebuah hutan yang cukup jauh dari kerajaan.Hutan yang jarang terkena sinar matahari, membuat tanahnya lembab dan basah.Banyak hewan -hewan berbisa hidup di dalam hutan tersebut.Terdapat sebuat tempat di sisi hutan tersebut.Terlihat seperti lubang goa yang sempit, padahal jika di masuki goa itu menyimpan ruangan yang cukup besar di dalamnya.Dalam sebuah ruangan rahasia, sebuah goa yang cukup besar di dalamnya terdapat seorang wanita tua sedang menyiapkan sebuah ramuan di dalam kuali yang ada di atas tungku .Mulutnya tak henti - henti tertawa karena merasa rencananya sudah berhasil.Sambil terus mengaduk - aduk kuali tersebut dia menambahkan bahan - bahan ke dalamnya.Suhu kuali yang sangat panas, tidak menghilangkan bau busuk dan lembab yang ada di dalam goa. Terlebih lagi, bangkai tikus dan burung yang berserakan menambah bau tidak sedap dalam goa itu.kSeak
Dua hari berlalu, Maureen sudah bisa menghafal letak, nama dan kegunaan bangunan - bangunan yang ada di Istana. Dia juga sudah mengawasi Rumah Lebah Es yang berada di taman tengah. Nanti malam adalah saat dimana Mattew akan dikirim keluar untuk menjalani pengobatan khusus. Kaisar bahkan sudah menyiapkan pengawal khusus yang akan melindungi Mattew. Tiba - tiba pengawal meminta ijin untuk melapor pada Maureen yang sedang belajar di aula dalam kediaman Putra Mahkota. "Kau bilang tadi siapa?" Maureen yang sedang membaca buku, mau tidak mau meletakkan bukunya. "Ada seseorang di gerbang depan yang mengaku sebagai teman anda Yang Mulia." "Dia berkata dari keluarga Shilan."Maureen sedikit memijit pelipisnya. Ternyata rasa kedutan yang dia rasakan dua hari ini berasal dari kedatangan Bryan. Bagaimana orang itu bisa sampai berada disini? "Suruh dia masuk, dan langsung bawa ke kediamanku..!""Baik Yang Mulia." Pengawal itu langsung keluar dan pergi menuju gerbang depan. Bryan de
Setelah kepergian Bryan, Maureen dengan langkah cepat pergi ke ruang kerja Istana. Saat tengah hari biasanya Kaisar akan berada di sana untuk memeriksa laporan dari para menteri. Haris yang mengikuti dibelakangnya terpaksa harus sedikit berlari untuk mengimbangi langkah Maureen. "Apa Kaisar ada didalam?" Maureen melihat kasim Luo yang berdiri didepan pintu ruang kerja. "Hormat pada Yang Mulia Putra Mahkota." "Menjawab Putra Mahkota." "Kaisar ada didalam, apakah anda ingin menemuinya?""Ya..,aku ingin menemuinya," jawab Maureen. "Sebentar, akan hamba sampaikan kedatangan anda pada Kaisar." "Mohon anda tunggu sebentar." Kasim Luo berbalik dan masuk ke dalam ruang kerja. Maureen menunggu dengan tidak sabaran. Dia terus meremas kedua tangannya tanda tak sabar."Putra Mahkota?" "Ada apa dia kesini?""Hamba tidak tau Kaisar, tadi Putra Mahkota hanya berkata ingin menemui anda." Kasim Luo memberitahukan. "Suruh dia masuk!""Baik Kaisar.""Yang Mulia..." "Kaisar mengijinkan a
Malamnya. Proses pemindahan Mattew keluar dari Istana diawasi ketat oleh Kaisar. Bahkan Kaisar dan Ratu sendiri berada di Kediaman Putra Mahkota untuk mengantarnya. Saat ini Maureen mengenakan pakaian prianya dia menutup separuh wajahnya menggunakan kain hitam. Dia akan ikut mengantar Mattew menuju tenpat persembunyian yang sudah disiapkan oleh ayahnya. "Kau akan ikut mengantarnya," Ratu Calista melihat Maureen yang mengenakan pakaian prianya tak tahan untuk bertanya. "Iya ibu, lagipula nanti aku harus menemui temanku di luar gerbang kota." Maureen menjelaskan bahwa dia akan menemui Bryan di kluar gerbang kota. "Pastikan semuanya sudah siap dan tidak ada kesalahan." Kali ini Salim diminta Kaisar untuk memimpin pengawal khusus yang ditugaskan untuk melindungi Mattew. Roland yang tadi siang menerima surat Maureen, langsung datang ke Istana begitu mengetahui rencana ini. Sebenarnya dia ingin ikut melindungi Mattew di tempat persembunyian, tapi Kaisar menolak, karena akan s
Rute yang dilalui menuju kediaman tersembunyi begitu susah. Untung para pengawal khusus Kaisar sudah hafal jalan itu sehingga memudahkan untuk mencapai disana. Maureen yang mengkhawatirkan adiknya tak berhenti untuk selalu menengok ke kereta kuda dan selalu bertanya pada tabib. Tabib selalu meyakinkan jika Putra Mahkota baik - baik saja. Maureen yang ditemeni oleh Bryan disisinya membuat seseorang menjadi kesal. Dari tadi dia akan mempercepat laju kudanya atau melambatkannya untuk mencari perhatian Maureen. Orang itu adalah Roland, pengawal khusus Mattew. Sejak lama Roland sudah mempunyai perasaan terhadap Maureen. Hal itu bermula karena dia selalu mengikuti Mattew saat bertemu dengan Maureen. Maureen terlihat begitu dewasa dan pengertian. Serta Maureen memberikan rasa aman saat berada didekatnya. Awalnya dia menyimpan rapat rasa itu. Tapi sejak dia diutus untuk menjemput Maureen hatinya sudah mulai kacau. Hampir selama empat hari mereka selalu bersama. Sedikit
"Kenapa dari tadi kau memandangiku?" "Aku tau aku tampan, tapi aku tidak berselera dengan laki - laki, apalagi sepertimu." Bryan memandangi Roland yang sejak tadi melihatnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia sampe merinding membayangkan yang tidak - tidak. Jangan membuatku takut dengan tatapanmu. Roland yang tidak tahan diduga suka kepada laki - laki berkata dengan ketus. "Aku tidak suka dengan laki - laki lemah sepertimu." "Apalagi aku sudah punya kekasih."Tiba - tiba Maureen menyeletuk. "Kau sudah punya kekasih?" "Aku tak pernah tau, setauku kau selalu bersama Mattew."Roland menjadi salah tingkah. Awalnya dia hanya ingin berbangga di hadapan Bryan, tapi dia malah terkena batunya sendiri dengan kemunculan Maureen yang tiba - tiba. Maureen masih memandang ke arah Roland, seakan akan sedang menunggu penjelasan. "Haahh... Itu rahasiaku kan... tidak semua hal harus aku beritahukan." Roland membuat alasan, keringat dingin keluar dari dahinya tanpa dia sadari. M
Sementara di dalam istana. Kediaman Selir Jeslin.Selir Jeslin adalah selir pertama Kaisar.Dia adalah anak perempuan pertama dari keluarga Salamander.Dia juga keponakan pertama dari ibu suri.Makanya ibu suri sangat mendukung pangeran Andrew untuk naik tahta.Pangeran Andrew pagi ini berinisiatif untuk menyapa ibunya karena hampir beberapa hari selalu repot menggantikan tugas Putra Mahkota dalam membantu pemerintahan. Itu adalah kebijakan sementara Kaisar sampai Putra Mahkota sembuh. Sebenarnya Kaisar juga tidak menyetujuinya. Tapi karena desakan tuan Salamander, kakek Pangeran Andrew yang menguasai pertahanan kiri, akhirnya Kaisar terpaksa setuju dengan syarat jika Putra Mahkota sudah sembuh, maka tugas tersebut akan kembali menjadi milik Putra Mahkota.Setelah sampai di kediaman selir, dia bertanya pada pelayan apakah ibunya sudah bangun."Apakah ibu sudah bangun? ""Hormat saya Pangeran Andrew. Menjawab pangeran Andrew, Yang Mulia Selir ada di dalam, beliau sedang bersiap u
Kali mereka pergi secara bersama, menelusuri goa. Terlebih dulu Maureen mengambil tanaman Teratai Hijau. Mereka sepakat akan mengambil batu hijau saat kembali nanti. Perjalanan yang dilalui tidaklah terlalu sulit. Jalannya hanya dipenuhi oleh batu hijau, tetapi semakin ke dalam, batu hijau itu makin berkurang. Bahkan tidak ada cahaya yang masuk. Roland memutuskan untuk menyalakan obor yang dibawanya untuk penerangan. Sedikit bau amis tercium saat semakin masuk ke dalam goa. "Amis sekali," Bryan tak tahan untuk berkata. Maureen menyerahkan sapu tangannya untuk menutup hidung Bryan. "Semakin gelap, apakah akan kita lanjutkan?" tanya Roland. "Kita akan coba masuk sampai obor ini habis.""Bagaimana menurut kalian?" Maureen meminta pendapat. "Aku setuju, sudah sampai disini, sebaiknya lanjutkan saja," Bryan berpendapat. "Sebaiknya kita kembali dulu dan membuat persiapan yang lebih baik," Roland memberi saran. "Tidak bisa, terlalu lama dan memakan waktu.""Kita sudah kehabisan
Ketiga terpana, terlebih Maureen merasa bangga. Pasalnya tanaman Teratai Hijau muncul hanya seratus tahun sekali. Dan lagi, ini bisa menjadi bahan untuk menguatkan tubuh Mattew jika sudah sembuh dari racun Kupu Kupu Cahaya. "Kalian coba batu - batu berwarna hijau ini." Maureen menyodorkan beberapa batu kepada Roland dan Bryan. Keduanya mengambil dengan was - was. Maureen melihat reaksi mereka tak bisa untuk tidak tertawa. "Ha.. ha... ha... " "Kalian tenang saja, batu ini coba kalian sesap, rasanya manis dan itu mengandung cairan untuk memulihkan energi." "Aku tadi sudah menyesap beberapa." "Batu ini?" tanya Roland tidak percaya. Reaksi Bryan lebih parah. Dia mengendus, menjilat lalu menyesapnya. "Rasanya seperti memakan manisan mint." "Lumayan untuk dijadikan kudapan." "Apa kubilang..., enak kan?"
Bab 28"Benar - benar seperti manisan, enak sekali," Maureen berkata lirih. Tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang terang di arah dalam goa. Dia segera memakai pakaiannya yang hampir kering. Kemudian segera menuju ke arah dalam goa dan memeriksa cahaya terang itu. Cahaya warna hijau tua terang yang berada di tengan sebuah batu. Maureen terkejut!! "Itu kan.....""Aku benar - benar beruntung," Maureen berteriak gembira. Itu adalah tanaman Teratai Hijau. Teratai Hijau adalah tanaman yang bisa disebut seperti tanaman mitos. Sangat berguna untuk mengembalikan stamina dan bahkan bisa membuat orang yang sudah renta menjadi sangat kuat. Kabarnya dalam seribu tahun sekali tanaman itu muncul. Dan tempat munculnya pun tidak menentu. Tergantung dari benih yang terbawa oleh angin. Maureen pernah melihat gambar Teratai Hijau dalam lukisan. Dan sekarang, dia benar - benar melihatn
Morgan segera beranjak dari duduknya. Dia keluar dan memanjat pohon. Dia duduk di atas pohon dan memandang hamparan langit malam yang berhiaskan kerlap kerlip bintang. "Setidaknya langit tidak pernah meninggalkanku." "Dia selalu mengirimkan bintang yang indah untukku." Tenggelam dalam keheningan dan kedamaian yang dia ciptakan sendiri. Morgan seolah tidak mau kembali ke kenyataan tentang siapa dirinya dan apa yang sedang dia lakukan. Bayang - bayang tentang masa lalunya yang buruk ingin sekali dilupakannya, tapi sedikit demi sedikit muncul kembali. "Kenapa harus aku?" "Ada begitu banyak manusia tapi kenapa harus aku?" Setetes air mata kembali jatuh. Morgan sebenarnya memiliki hati yang lembut. Kalau saja bukan karena ibunya, dia tidak akan bertindak sejauh ini.
Keakraban yang membuat Roland cemburu. Tanpa memperdulikan Maureen dan Bryan, dengan cekatan Roland menancapkan pegangan pada dinding - dinding tebing. Meskipun susah bagi Roland untuk masuk di pembicaraan Maureen dan juga Bryan, dia mengalihkan perhatiannya pada alat - alat yang dia pasang. Dengan cekatan dia hampir menyelesaikan semuanya. Maureen dan Bryan bahkan tidak percaya jika Roland mampu menyelesaikannya. "Bagaimana kau bisa melakukan semuanya?" Maureen berjalan mendekati Roland dan bertanya. Raut wajah ingin tau tergambar jelas di wajahnya. "Aku hanya melakukan apa yang aku bisa." "Setidaknya ini akan cukup berguna nantinya." Ketiganya memasang tali dan mengaitkannya dengan pegangan itu agar tubuh mereka tidak terjatuh. Sampai ditengah ketinggian, pemandangan yang menakjubkan tersajikan untuk mereka bertiga. Unt
Di depan sebuah gubuk kecil. Seorang berpakaian hitam berdiri sambil bersandar di dahan pohon. Wajahnya tampan dengan mata tegas dan aura dingin menyelimutinya. Dia sedang mengawasi sekitarnya, matanya yang tajam bagaikan mata elang, memandang ke depan seolah akan menguliti mangsanya. "Tuan...," seseorang yang berpakaian hitam juga muncul dari dalam gubuk dan menyapanya. Dia menoleh dengan acuh tak acuh. "Ada apa?" tanyanya. "Gadis itu sangat berisik, apa sebaiknya kita sumpal saja mulutnya?" tanya seorang berpakaian hitam yang baru saja keluar. "Biarkan saja." "Nanti kalau dia capek, dia akan berhenti sendiri," katanya sambil menatap tajam di kejauhan. Menyadari tuannya sedang menatap sesuatu, anak buahnya merasa cemas.
Di tempat lain. Maira merasakan nyeri di belakang kepalanya. Pandangannya gelap karena matanya ditutup menggunakan kain hitam. Tangannya diikat di belakang tubuhnya. Sedangkan tubuhnya diikat di tiang. Samar - samar, Maira masih bisa mendengar suara seseorang sedang menyesap minumannya. Bau arak bercampur sesuatu ramuan tercium jelas di hidungnya. "Siapa kau!!" teriaknya. Untung saja mulut Meira tidak disekap, jadi dia bisa berteriak melampiaskan kekesalannya. Tidak mendapat jawaban Maira menggeliat berusaha melepaskan ikatan di tubuhnya. Tapi usahanya sia - sia. "Sialan..!!!" umpatnya. "Diamlah gadis kecil, sekeras apapun kau berteriak dan berusaha melepaskan talinya, itu sudah tidak berguna." "Jadi diamlah dan simpan tenagamu." Suara itu... Itu suara laki - laki. Maira terdiam, meski tidak terlalu pandai bela diri, dia bisa menebak jika orang yang menyekapnya bukan orang sembarangan. Yang perlu dia lakukan sekarang adalah diam mengamat
Dengan nafas yang tersenggal - senggal, seorang pria dengan baju basah kuyup masuk kedalam sebuah penginapan. Para pelayan melihatnya dengan terkejut. Tampangnya mengenaskan, dengan banyak noda lumpur yang menempel di wajahnya. Dia bergegas masuk dan bertanya ke meja penjaga. "Apakah sekitar kemarin ada dua orang laki - laki yang menginap disini?" Kemudian pria itu mengatakan ciri - ciri mereka. Penjaga penginapan itu mengingat - ingat, dan tersadar. "Ah...ada..., kemarin ada dua orang pria yang memesan dua kamar tidur." "Mereka bilang sedang menunggu teman mereka." Penjaga penginapan menelisik wajah yang ada dihadapannya. "Apakah kau salah satu dari mereka?" "Kau yang mereka tunggu...?" tanyanya dengan ragu - ragu.
Tidak ada jawaban pasti yang diterima oleh Maira. Bahkan ayahnya seperti menyembunyikan sesuatu. Rasa cinta yang dia rasakan selama 5 tahun ini seperti sia - sia. Bahkan kak Bryan juga tidak menemuinya. Bukankah seharusnya kak Bryan menyapanya dan sekedar menanyakan kabarnya. Tapi sama sekali dia tidak perduli. "Ayah....," Maira dengan terisak - isak memanggil ayahnya. Tuan Mahesa Huang, ayah Maira hanya bisa diam saja. "Jangan seperti anak kecil Maira, kau sudah dewasa, maka bersikaplah seperti orang dewasa," ayahnya berkata. Mendapat jawaban yang tidak memuaskan dari ayahnya, Maira menjadi lebih sakit hati. Dia seperti dipermainkan. "Silahkan kalian istirahat di kamar tamu, aku sudah menyiapkannya, " Jimmy Shilan berkata. "Maaf sudah merepotkan anda tuan Shilan," ayah Maira tidak enak dengan kebaikan tuan Shilan.