Kediaman Ibu Suri.
"Yang Mulia Ibu Suri, Yang Mulia Ratu dan Putra Mahkota meminta ijin untuk menemui anda," ucap pelayan.
Ibu Suri yang hendak meminum teh menghentikan aktivitasnya.
Dia menatap dayang pengasuhnya, bibi Nanik dengan bingung. "Bukankah kondisi Putra Mahkota sedang koma? Kenapa dia bisa berada di sini? Dia sudah sembuh?""Maaf, hamba juga tidak tau Yang Mulia," bibi Nanik dengan bingung menjawab pertanyaan Ibu Suri.
"Suruh mereka masuk!!!"
Ibu Suri memberi perintah.Setelah mendapat ijin dari Ibu Suri, Ratu Calista masuk lebih dulu diikuti oleh Maureen.
"Hamba memberi hormat pada Ibu."
Dengan lembut Ratu memberi hormat pada Ibu Suri."Hamba memberi hormat pada nenek," Maureen yang berada di sebelah Ratu juga melakukan penghormatan.
"Bangunlah kalian!!"
"Pelayan, siapkan teh untuk Ratu dan Putra Mahkota!!" Ibu Suri memberi perintah.
Ratu segera menolak.
"Maaf Ibu, kami hanya mampir sebentar." "Kami mampir hanya ingin menyapa anda, dan memberitahu kalau keadaan Putra Mahkota sudah sehat.""Oh.. Begitu?"
Sikap Ratu yang tanpa basa basi menolak sedikit membuat Ibu Suri tersentil.
Pasalnya dia dan Ratu memang tidak akur sejak dulu.
"Putra Mahkota jagalah kesehatanmu, nenek senang kau sudah sembuh dan bisa beraktivitas lagi." Ibu Suri mencoba berbasa basi dengan memberi perhatian."Terima kasih nenek atas perhatiannya."
"Maaf nenek, saya dan Ibu Ratu hanya mampir sebentar, keadaan saya belum pulih sepenuhnya." "Saya ijin pamit terlebih dahulu. Maaf jika saya kurang sopan." Maureen memberi hormat dan melangkah meninggalkan Kediaman Ibu Suri diikuti oleh Ratu Calista.Tak lama setelah mereka pergi, Ibu Suri tidak tahan untuk memberi komentar.
"Datang dan pergi secepat kilat, apakah mereka masih menganggapku orang tua!" Tatapan sinis muncul diwajahnya.Bibi Nanik berkata, " Yang Mulia, jangan seperti itu. Anda adalah nenek Putra Mahkota. Akan sangat baik jika anda bersikap lebih perhatian.
Bibi Nanik mencoba memberi nasehat."Apa aku butuh nasehatmu?"
Sambil melirik bibi Nanik Ibu Suri tersenyum sinis.Bibi Nanik yang mendapat tatapan sinis langsung menunduk dan meminta maaf.
"Maaf atas kelancangan saya Yang Mulia."Lalu Ibu Suri melanjutkan minum tehnya seolah tidak ada yang terjadi.
Maureen berjalan dengan langkah yang sedikit cepat.
Ratu yang berada dibelakangnya seolah diabaikannya. Sedikit banyak, hari ini dia bisa melihat kehidupan di Istana. Banyak persaingan dan perebutan kekuasaan. Jika saja dia dan Mattew bukan anak dari keluarga kerajaan, maka nasib mereka tidak akan seperti ini."Putra Mahkota, tunggu ibu," tanpa sadar Maureen meninggalkan ibunya, sehingga Ratu Calista harus memanggilnya untuk mengikuti langkahnya.
"Ah..., maaf ibu, aku terlalu terburu - Buru."
"Hari sudah semakin siang, sepertinya ibu butuh istirahat." "Bukankah semalaman ibu belum beristirahat?" "Kita dapat melanjutkan mengelilingi Istana lain kali."Maureen melihat, jika wajah ibunya tampak lelah, jadi dia memutuskan untuk berhenti berkeliling saat ini.
Terlebih lagi dia ingin melakukan sesuatu."Baiklah, ibu memang lelah."
"Ibu akan beristirahat lebih dulu.""Kau jaga dirimu dengan baik."
Ratu bersama pelayannya meninggalkan Maureen serta Haris.
"Kita kembali ke kediaman!"
Tatapan tajam Maureen segera keluar setelah ibunya pergi."Baik," Haris yang dibelakangnya, mengikutinya dengan setia.
Sepanjang perjalanan Maureen memikirkan sesuatu.
Di Taman tengah, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Itu adalah rumah Lebah Es, bagaimana mungkin di dalam Istana bisa ada rumah Lebah Es? Secara umum Lebah Es digunakan untuk mengobati tubuh yang sakit panas tinggi. Madunya dapat menurunkan panas tubuh secara cepat. Tapi Maureen lebih tau lagi apa keburukan dari Lebah Es. Sifat madunya yang dingin, bisa menarik binatang panas. Dan kupu - kupu cahaya adalah binatang panas. Hal ini bukanlah suatu kebetulan.Terlebih lagi rumah Lebah Es biasanya di temukan di pedalaman hutan yang sangat lembab.
Maureen berusaha mengumpulkan kepingan - kepingan teka teki dalam benaknya.Sampai di kediaman Putra Mahkota.
Maureen segera menuju kamar adiknya, Mattew. Ada tabib yang sedang memeriksa Mattew. Tabib itu adalah tabib kepercayaan Kaisar dan Ratu. Dia bisa dipercaya untuk menyembunyikan identitas Maureen.Saat Maureen membuka pintu, tabib itu menoleh untuk melihat.
Tabib itu tau jika Putra Mahkota punya saudara kembar. Tapi saat melihat Maureen dia masih terkejut.Maureen masuk, tabib itu buru - buru memberi hormat.
"Hamba memberi salam pada Putri Maureen."Maureen yang tidak terbiasa menerima hormat segera berkata, "Bangunlah."
"Terima kasih Putri Maureen."
Tabib itu pun bangun."Kau juga tau identitasku?"
"Ada berapa orang yang tau tentang aku?" Sejak Maureen masuk di Istana, dia sedikit heran karena banyak yang tau siapa dirinya.Tabib itu berkata terus terang.
"Menjawab Tuan Putri." "Yang saya tau, hanya pelayan Ratu dan pengawal Kaisar, ditambah saya karena saya yang selama ini merawat Putra Mahkota.""Hmm...cukup banyak juga."
"Bagaimana keadaan Mattew?""Keadaan Putra Mahkota masih sama, beliau masih di kondisi vegetatif, beliau seperti orang yang tertidur."
"Oh iya... Aku mau tanya, apa Mattew sering minum madu saat dia sehat?"
Maureen menanyakannya karena mencurigai sesuatu."Madu?"
"Setau saya Putra Mahkota jarang minum madu karena tidak suka rasanya." "Apa ada yang salah?" Tabib itu sedikit mengeryit, dia tidak mengerti dengan pertanyaan Maureen."Ah... Lupakan, aku hanya asal bertanya," Maureen mencoba untuk tidak membuat kecurigaan.
Maureen mengamati tabib yang memeriksa Mattew, tabib itu memberikan akupuntur pada badan Mattew.
Setelah selesai, dia memohon undur diri pada Maureen.Maureen memandang adiknya yang seperti sedang tidur.
Rasa bersalahnya muncul kembali, karena tidak bisa melindungi adiknya.Di sisi Istana samping, terlihat seorang kasim berbicara dengan seorang pejabat.
Pejabat itu sedikit marah menerima informasi dari lasim tersebut. "Apa matamu buta?"Kali mereka pergi secara bersama, menelusuri goa. Terlebih dulu Maureen mengambil tanaman Teratai Hijau. Mereka sepakat akan mengambil batu hijau saat kembali nanti. Perjalanan yang dilalui tidaklah terlalu sulit. Jalannya hanya dipenuhi oleh batu hijau, tetapi semakin ke dalam, batu hijau itu makin berkurang. Bahkan tidak ada cahaya yang masuk. Roland memutuskan untuk menyalakan obor yang dibawanya untuk penerangan. Sedikit bau amis tercium saat semakin masuk ke dalam goa. "Amis sekali," Bryan tak tahan untuk berkata. Maureen menyerahkan sapu tangannya untuk menutup hidung Bryan. "Semakin gelap, apakah akan kita lanjutkan?" tanya Roland. "Kita akan coba masuk sampai obor ini habis.""Bagaimana menurut kalian?" Maureen meminta pendapat. "Aku setuju, sudah sampai disini, sebaiknya lanjutkan saja," Bryan berpendapat. "Sebaiknya kita kembali dulu dan membuat persiapan yang lebih baik," Roland memberi saran. "Tidak bisa, terlalu lama dan memakan waktu.""Kita sudah kehabisan
Ketiga terpana, terlebih Maureen merasa bangga. Pasalnya tanaman Teratai Hijau muncul hanya seratus tahun sekali. Dan lagi, ini bisa menjadi bahan untuk menguatkan tubuh Mattew jika sudah sembuh dari racun Kupu Kupu Cahaya. "Kalian coba batu - batu berwarna hijau ini." Maureen menyodorkan beberapa batu kepada Roland dan Bryan. Keduanya mengambil dengan was - was. Maureen melihat reaksi mereka tak bisa untuk tidak tertawa. "Ha.. ha... ha... " "Kalian tenang saja, batu ini coba kalian sesap, rasanya manis dan itu mengandung cairan untuk memulihkan energi." "Aku tadi sudah menyesap beberapa." "Batu ini?" tanya Roland tidak percaya. Reaksi Bryan lebih parah. Dia mengendus, menjilat lalu menyesapnya. "Rasanya seperti memakan manisan mint." "Lumayan untuk dijadikan kudapan." "Apa kubilang..., enak kan?"
Bab 28"Benar - benar seperti manisan, enak sekali," Maureen berkata lirih. Tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang terang di arah dalam goa. Dia segera memakai pakaiannya yang hampir kering. Kemudian segera menuju ke arah dalam goa dan memeriksa cahaya terang itu. Cahaya warna hijau tua terang yang berada di tengan sebuah batu. Maureen terkejut!! "Itu kan.....""Aku benar - benar beruntung," Maureen berteriak gembira. Itu adalah tanaman Teratai Hijau. Teratai Hijau adalah tanaman yang bisa disebut seperti tanaman mitos. Sangat berguna untuk mengembalikan stamina dan bahkan bisa membuat orang yang sudah renta menjadi sangat kuat. Kabarnya dalam seribu tahun sekali tanaman itu muncul. Dan tempat munculnya pun tidak menentu. Tergantung dari benih yang terbawa oleh angin. Maureen pernah melihat gambar Teratai Hijau dalam lukisan. Dan sekarang, dia benar - benar melihatn
Morgan segera beranjak dari duduknya. Dia keluar dan memanjat pohon. Dia duduk di atas pohon dan memandang hamparan langit malam yang berhiaskan kerlap kerlip bintang. "Setidaknya langit tidak pernah meninggalkanku." "Dia selalu mengirimkan bintang yang indah untukku." Tenggelam dalam keheningan dan kedamaian yang dia ciptakan sendiri. Morgan seolah tidak mau kembali ke kenyataan tentang siapa dirinya dan apa yang sedang dia lakukan. Bayang - bayang tentang masa lalunya yang buruk ingin sekali dilupakannya, tapi sedikit demi sedikit muncul kembali. "Kenapa harus aku?" "Ada begitu banyak manusia tapi kenapa harus aku?" Setetes air mata kembali jatuh. Morgan sebenarnya memiliki hati yang lembut. Kalau saja bukan karena ibunya, dia tidak akan bertindak sejauh ini.
Keakraban yang membuat Roland cemburu. Tanpa memperdulikan Maureen dan Bryan, dengan cekatan Roland menancapkan pegangan pada dinding - dinding tebing. Meskipun susah bagi Roland untuk masuk di pembicaraan Maureen dan juga Bryan, dia mengalihkan perhatiannya pada alat - alat yang dia pasang. Dengan cekatan dia hampir menyelesaikan semuanya. Maureen dan Bryan bahkan tidak percaya jika Roland mampu menyelesaikannya. "Bagaimana kau bisa melakukan semuanya?" Maureen berjalan mendekati Roland dan bertanya. Raut wajah ingin tau tergambar jelas di wajahnya. "Aku hanya melakukan apa yang aku bisa." "Setidaknya ini akan cukup berguna nantinya." Ketiganya memasang tali dan mengaitkannya dengan pegangan itu agar tubuh mereka tidak terjatuh. Sampai ditengah ketinggian, pemandangan yang menakjubkan tersajikan untuk mereka bertiga. Unt
Di depan sebuah gubuk kecil. Seorang berpakaian hitam berdiri sambil bersandar di dahan pohon. Wajahnya tampan dengan mata tegas dan aura dingin menyelimutinya. Dia sedang mengawasi sekitarnya, matanya yang tajam bagaikan mata elang, memandang ke depan seolah akan menguliti mangsanya. "Tuan...," seseorang yang berpakaian hitam juga muncul dari dalam gubuk dan menyapanya. Dia menoleh dengan acuh tak acuh. "Ada apa?" tanyanya. "Gadis itu sangat berisik, apa sebaiknya kita sumpal saja mulutnya?" tanya seorang berpakaian hitam yang baru saja keluar. "Biarkan saja." "Nanti kalau dia capek, dia akan berhenti sendiri," katanya sambil menatap tajam di kejauhan. Menyadari tuannya sedang menatap sesuatu, anak buahnya merasa cemas.