Mauren dan Mattew adalah saudara kembar beda kelamin.Mauren seorang wanita dan Mattew seorang pria.Di karenakan kelahiran kembar di istana dipercaya membawa musibah,sejak kecil Mauren di titipkan ke kakak dari ibunya. Tapi, 18 tahun telah berlalu, Mauren diharuskan menyamar sebagai Mattew karena Mattew di racun dan dalam keadaan koma. Hal ini menjadi pemicu perebutan kekuasaan oleh pangeran Andrew yang seorang anak selir.
View More"Nona, Tuan Colin memanggil anda untuk segera menemuinya di ruang kerjanya," Silfester sang kepala pelayan dengan sopan memberitahukan pada Maureen.
Maureen yang sedang mengelap pedangnya menghentikan aktivitasnya. Dahinya mengeryit, ini sudah hampir tengah malam, ada apa pamannya ingin menemuinya.
Dengan segera dia meletakkan pedang dan membereskan beberapa alat tempurnya. Tanpa memandang Silfester, Maureen berkata, "Sampaikan pada paman, aku akan segera ke sana.""Baik," Silfester segera undur diri.
Maureen membereskan peralatannya yang sedikit berantakan. Kemudian dia segera menuju ke ruang kerja pamannya.
"Tok... Tok... Tok...."
"Paman ini aku.""Masuk!" terdengar perintah dari dalam.
Maureen masuk, dia melihat pamannya duduk di kursi sambil memegang sebuah surat.
"Duduklah, ada yang ingin aku katakan padamu!"
Maureen berjalan masuk dan duduk di hadapan pamannya.
Dia memindai wajah pamannya, terlihat jelas raut wajah khawatir dan kebingungan di wajahnya."Bacalah surat ini!"
"Ini surat dari ayahmu." Colin menyerahkan surat yang tadi di pegangnya kepada keponakannya.Pupil mata Maureen bergetar saat tau surat itu dari siapa.
Maureen menerimanya, dengan teliti dia membaca dengan seksama, berusaha memahami maksud isi surat.Tangannya mengepal, matanya memancarkan kemarahan yang tertahan.
Dia berusaha menahan gejolak kemarahan yang ada dalam hatinya. Setelah membaca surat tersebut, dia memahami arti surat itu.Melihat perubahan raut Maureen, Colin tau jika keponakannya sedang menahan amarah yang hampir meledak.
"Tahan dulu amarahmu, kau tau maksud ayahmu mengirim surat itu kan?""Ya, disini tertulis dengan jelas paman."
"Dia memintaku menggantikan Mattew, sampai Mattew membaik.""Ya, kau diperintahkan oleh Kaisar Kerajaan Starian yang juga adalah ayahmu untuk menggantikan posisi adikmu untuk sementara."
"Kau tidak dapat menyangkal dan menolak, karena dalam dirimu masih ada darah keluarga kerajaan."
Colin mencoba memberi pengertian. Dia hanya tidak mau Maureen berfikir buruk tentang orang tuanya."Jadi intinya aku harus secepatnya pergi ke Ibukota Herda kan?"
"Aku akan bersiap paman, agar besok aku bisa segera pergi ke sana." Maureen berusaha bersikap tenang mesti kemarahan tertahan di hatinya. Dia tidak mau kemarahan menguasainya."Maafkan paman yang tidak bisa membantu banyak Maureen, paman hanya ingin yang terbaik untukmu," rasa bersalah Colin muncul.
Pasalnya dulu Maureen dititipkan padanya saat masih bayi. Ibu Maureen adalah adiknya, dan dia tidak bisa menolak. Terlebih lagi hanya itu jalan satu - satunya untuk menyelamatkan Maureen."Aku tau paman melakukan yang terbaik untukku."
"Jangan terlalu merasa bersalah paman, takdirku aku yang memutuskan." Kemudian Maureen bangkit dan bersiap untuk meninggalkan ruang kerja. Sampai didepan pintu, dia berhenti. "Paman, kapan surat itu sampai?""Surat ini baru saja tiba. Roland yang mengantarkannya. Sekarang dia sedang istirahat di paviliun samping."
Tubuh Maureen menenggang.
"Roland?" dia bergumam.Setelahnya dia bisa menguasai dirinya kembali.
"Aku permisi dulu paman." Maureen berbalik dan segera menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, dia segera menyiapkan keperluannya untuk segera berangkat ke kota Herda. Kota Herda adalah ibukota kerajaan Starian. Maureen sebenarnya adalah keturunan dari kerajaan Starian. Hanya karena peraturan konyol leluhur, dia sampai harus disembunyikan dari seluruh dunia. Maureen tidak pernah marah pada orangtuanya, karena dia tau orangtuanya pun terpaksa melakukannya.#flashback on
18 tahun yang lalu sang Ratu kerajaan Starian melahirkan bayi kembar.
Dikarenakan bayi kembar di percaya membawa bencana maka Kaisar dan Ratu menyembunyikan salah satu anaknya.
Ya, anak itu adalah Maureen, yang seharusnya menjadi pewaris tahta karna terlahir lebih dulu.
Akan tetapi, tidak ada dalam silsilah Kerajaan di pimpin oleh seorang Ratu, hingga akhirnya Maureen lah yang di sembunyikan dan di titipkan kepada kakak kandung Ratu, Tuan Colin Taro di perbatasan timur.
Dan sang adiklah yang berjenis kelamin laki - laki yang di tinggal di istana.
Demi menjaga dan melindungi anak perempuannya, Kaisar memerintahkan pengawal khusus untuk menjaganya sampai di perbatasan timur, di rumah keluarga Taro.
Mesti tidak rela tapi mereka harus mengikhlaskan anak perempuannya hidup jauh demi kehidupan yang lebih baik untuk anak perempuannya.
# flashback off
......
Hari masih gelap.
Terlihat dua orang menunggangi kuda dengan kecepatan tinggi melewati pesisir pantai timur. Dengan tidak sabar, salah satunya mencambuk kudanya dengan sangat keras. Berharap kudanya dapat berlari lebih cepat."Maureen...! Jangan terlalu keras mencambuk kudamu..! Dia bisa mati kalau kau cambuk seperti itu..."
Roland yang berada di belakang Maureen meneriakinya."Kalau kau tidak bisa cepat, aku akan meninggalkanmu..!!!"
Tanpa perasaan Maureen berkata dengan kejam.Roland mengeryit, dia bahkan belum beristirahat cukup lama setelah datang, dan sekarang dia harus kembali ke kota Herda dengan terburu - buru.
Maureen benar - benar tidak punya hati, dia benar - benar meninggalkan Roland.
Akhirnya mau tidak mau Roland berusaha mengejarnya.Jarak antara perbatasan timur dan kota Herda adalah empat hari perjalanan.
Jika Roland saat membawa pesan datang semalam, itu berarti sudah hampir lima hari adiknya dalam keadaan koma karena racun. Maureen sangat mengkhawatirkan adiknya, Mattew. Meskipun dibesarkan secara terpisah, baik Maureen ataupun Mattew akan selalu memiliki cara untuk saling bertemu. Terkadang Maureen yang datang ke kota Herda ataupun Mattew yang datang menemui Maureen. Dia tidak bisa membuang waktu sedetikpun. Masa depan kerajaan Starian dipertaruhkan. Jika sampai keadaan koma Putra Mahkota di ketahui oleh banyak orang, maka akan sangat berbahaya. Akan terjadi kekacauan bahkan pemberontakan. Bahkan bisa jadi akan terjadi perebutan kekuasaan oleh Pangeran Andrew, saudara tiri Maureen. Memikirkan itu semua membuat tatapan Maureen semakin suram. Dia sudah menerima nasibnya hidup di luar keluarga Kerajaan, dia sudah senang melihat Mattew dalam keadaan baik.Tapi sekarang, ada yang berani bermain - main dengan nyawa adiknya, itulah yang tidak bisa diterima oleh Maureen.
Dia harus melindungi tahta adiknya sampai adiknya sehat kembali."Hiyaa.... Hiya.....!!! "
Dengan keras Maureen terus mencambuk kudanya.Saat pagi mereka sudah sampai di desa Malka. Desa Malka berada di sebelah barat perbatasan timur.
Maureen dan Roland menaruh kudanya di tiang penyangga di samping rumah makan.Tak lupa mereka memberi makan kudanya. Kuda juga butuh makan bukan.
Mereka akan mengisi perut dulu sebelum kembali melanjutkan perjalanan ke kota Herda. Maureen memesan sedikit makanan karena tidak memiliki nafsu makan, pikirannya melayang membayangkan bagaimana kondisi adiknya. Sedangkan Roland, dia memesan banyak makanan, di samping dia sangat lapar karena semalam juga belum makan, dia juga butuh tenaga untuk mengikuti kecepatan Maureen. Maureen memang memiliki stamina yang sangat kuat. Sejak kecil dia dilatih langsung oleh pamannya dan juga kakak sepupunya Justine. Tak heran dia memiliki fisik dan seni bela diri yang kuat dan bagus. Dulu saat Roland berkunjung bersama Mattew ke perbatasan timur, dia melihat Maureen yang sudah bisa mengalahkan anak laki - laki yang bahkan usianya berada di atasnya. Roland benar - benar mengagumi bakat Maureen. Hanya saja, Maureen memiliki sifat yang cuek dan terlihat dingin. Pertama kali Roland berkenalan dengannya bahkan Maureen tidak mau balik menyapa. Dia bahkan mengabaikan dan meninggalkan Roland yang mengajaknya berjabat tangan. Saat itu Mattew mamberi tahu bahka kakaknya punya sifat yang dingin, tetapi hatinya lembut. Tapi sejauh ini hanya sifat kejam dan dingin yang selalu Maureen tunjukkan di hadapannya. Roland bahkan ragu apakah Maureen benar - benar seorang wanita, melihat penampilannya yang sepanjang waktu memakai baju laki - laki.Kali mereka pergi secara bersama, menelusuri goa. Terlebih dulu Maureen mengambil tanaman Teratai Hijau. Mereka sepakat akan mengambil batu hijau saat kembali nanti. Perjalanan yang dilalui tidaklah terlalu sulit. Jalannya hanya dipenuhi oleh batu hijau, tetapi semakin ke dalam, batu hijau itu makin berkurang. Bahkan tidak ada cahaya yang masuk. Roland memutuskan untuk menyalakan obor yang dibawanya untuk penerangan. Sedikit bau amis tercium saat semakin masuk ke dalam goa. "Amis sekali," Bryan tak tahan untuk berkata. Maureen menyerahkan sapu tangannya untuk menutup hidung Bryan. "Semakin gelap, apakah akan kita lanjutkan?" tanya Roland. "Kita akan coba masuk sampai obor ini habis.""Bagaimana menurut kalian?" Maureen meminta pendapat. "Aku setuju, sudah sampai disini, sebaiknya lanjutkan saja," Bryan berpendapat. "Sebaiknya kita kembali dulu dan membuat persiapan yang lebih baik," Roland memberi saran. "Tidak bisa, terlalu lama dan memakan waktu.""Kita sudah kehabisan
Ketiga terpana, terlebih Maureen merasa bangga. Pasalnya tanaman Teratai Hijau muncul hanya seratus tahun sekali. Dan lagi, ini bisa menjadi bahan untuk menguatkan tubuh Mattew jika sudah sembuh dari racun Kupu Kupu Cahaya. "Kalian coba batu - batu berwarna hijau ini." Maureen menyodorkan beberapa batu kepada Roland dan Bryan. Keduanya mengambil dengan was - was. Maureen melihat reaksi mereka tak bisa untuk tidak tertawa. "Ha.. ha... ha... " "Kalian tenang saja, batu ini coba kalian sesap, rasanya manis dan itu mengandung cairan untuk memulihkan energi." "Aku tadi sudah menyesap beberapa." "Batu ini?" tanya Roland tidak percaya. Reaksi Bryan lebih parah. Dia mengendus, menjilat lalu menyesapnya. "Rasanya seperti memakan manisan mint." "Lumayan untuk dijadikan kudapan." "Apa kubilang..., enak kan?"
Bab 28"Benar - benar seperti manisan, enak sekali," Maureen berkata lirih. Tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang terang di arah dalam goa. Dia segera memakai pakaiannya yang hampir kering. Kemudian segera menuju ke arah dalam goa dan memeriksa cahaya terang itu. Cahaya warna hijau tua terang yang berada di tengan sebuah batu. Maureen terkejut!! "Itu kan.....""Aku benar - benar beruntung," Maureen berteriak gembira. Itu adalah tanaman Teratai Hijau. Teratai Hijau adalah tanaman yang bisa disebut seperti tanaman mitos. Sangat berguna untuk mengembalikan stamina dan bahkan bisa membuat orang yang sudah renta menjadi sangat kuat. Kabarnya dalam seribu tahun sekali tanaman itu muncul. Dan tempat munculnya pun tidak menentu. Tergantung dari benih yang terbawa oleh angin. Maureen pernah melihat gambar Teratai Hijau dalam lukisan. Dan sekarang, dia benar - benar melihatn
Morgan segera beranjak dari duduknya. Dia keluar dan memanjat pohon. Dia duduk di atas pohon dan memandang hamparan langit malam yang berhiaskan kerlap kerlip bintang. "Setidaknya langit tidak pernah meninggalkanku." "Dia selalu mengirimkan bintang yang indah untukku." Tenggelam dalam keheningan dan kedamaian yang dia ciptakan sendiri. Morgan seolah tidak mau kembali ke kenyataan tentang siapa dirinya dan apa yang sedang dia lakukan. Bayang - bayang tentang masa lalunya yang buruk ingin sekali dilupakannya, tapi sedikit demi sedikit muncul kembali. "Kenapa harus aku?" "Ada begitu banyak manusia tapi kenapa harus aku?" Setetes air mata kembali jatuh. Morgan sebenarnya memiliki hati yang lembut. Kalau saja bukan karena ibunya, dia tidak akan bertindak sejauh ini.
Keakraban yang membuat Roland cemburu. Tanpa memperdulikan Maureen dan Bryan, dengan cekatan Roland menancapkan pegangan pada dinding - dinding tebing. Meskipun susah bagi Roland untuk masuk di pembicaraan Maureen dan juga Bryan, dia mengalihkan perhatiannya pada alat - alat yang dia pasang. Dengan cekatan dia hampir menyelesaikan semuanya. Maureen dan Bryan bahkan tidak percaya jika Roland mampu menyelesaikannya. "Bagaimana kau bisa melakukan semuanya?" Maureen berjalan mendekati Roland dan bertanya. Raut wajah ingin tau tergambar jelas di wajahnya. "Aku hanya melakukan apa yang aku bisa." "Setidaknya ini akan cukup berguna nantinya." Ketiganya memasang tali dan mengaitkannya dengan pegangan itu agar tubuh mereka tidak terjatuh. Sampai ditengah ketinggian, pemandangan yang menakjubkan tersajikan untuk mereka bertiga. Unt
Di depan sebuah gubuk kecil. Seorang berpakaian hitam berdiri sambil bersandar di dahan pohon. Wajahnya tampan dengan mata tegas dan aura dingin menyelimutinya. Dia sedang mengawasi sekitarnya, matanya yang tajam bagaikan mata elang, memandang ke depan seolah akan menguliti mangsanya. "Tuan...," seseorang yang berpakaian hitam juga muncul dari dalam gubuk dan menyapanya. Dia menoleh dengan acuh tak acuh. "Ada apa?" tanyanya. "Gadis itu sangat berisik, apa sebaiknya kita sumpal saja mulutnya?" tanya seorang berpakaian hitam yang baru saja keluar. "Biarkan saja." "Nanti kalau dia capek, dia akan berhenti sendiri," katanya sambil menatap tajam di kejauhan. Menyadari tuannya sedang menatap sesuatu, anak buahnya merasa cemas.
Di tempat lain. Maira merasakan nyeri di belakang kepalanya. Pandangannya gelap karena matanya ditutup menggunakan kain hitam. Tangannya diikat di belakang tubuhnya. Sedangkan tubuhnya diikat di tiang. Samar - samar, Maira masih bisa mendengar suara seseorang sedang menyesap minumannya. Bau arak bercampur sesuatu ramuan tercium jelas di hidungnya. "Siapa kau!!" teriaknya. Untung saja mulut Meira tidak disekap, jadi dia bisa berteriak melampiaskan kekesalannya. Tidak mendapat jawaban Maira menggeliat berusaha melepaskan ikatan di tubuhnya. Tapi usahanya sia - sia. "Sialan..!!!" umpatnya. "Diamlah gadis kecil, sekeras apapun kau berteriak dan berusaha melepaskan talinya, itu sudah tidak berguna." "Jadi diamlah dan simpan tenagamu." Suara itu... Itu suara laki - laki. Maira terdiam, meski tidak terlalu pandai bela diri, dia bisa menebak jika orang yang menyekapnya bukan orang sembarangan. Yang perlu dia lakukan sekarang adalah diam mengamat
Dengan nafas yang tersenggal - senggal, seorang pria dengan baju basah kuyup masuk kedalam sebuah penginapan. Para pelayan melihatnya dengan terkejut. Tampangnya mengenaskan, dengan banyak noda lumpur yang menempel di wajahnya. Dia bergegas masuk dan bertanya ke meja penjaga. "Apakah sekitar kemarin ada dua orang laki - laki yang menginap disini?" Kemudian pria itu mengatakan ciri - ciri mereka. Penjaga penginapan itu mengingat - ingat, dan tersadar. "Ah...ada..., kemarin ada dua orang pria yang memesan dua kamar tidur." "Mereka bilang sedang menunggu teman mereka." Penjaga penginapan menelisik wajah yang ada dihadapannya. "Apakah kau salah satu dari mereka?" "Kau yang mereka tunggu...?" tanyanya dengan ragu - ragu.
Tidak ada jawaban pasti yang diterima oleh Maira. Bahkan ayahnya seperti menyembunyikan sesuatu. Rasa cinta yang dia rasakan selama 5 tahun ini seperti sia - sia. Bahkan kak Bryan juga tidak menemuinya. Bukankah seharusnya kak Bryan menyapanya dan sekedar menanyakan kabarnya. Tapi sama sekali dia tidak perduli. "Ayah....," Maira dengan terisak - isak memanggil ayahnya. Tuan Mahesa Huang, ayah Maira hanya bisa diam saja. "Jangan seperti anak kecil Maira, kau sudah dewasa, maka bersikaplah seperti orang dewasa," ayahnya berkata. Mendapat jawaban yang tidak memuaskan dari ayahnya, Maira menjadi lebih sakit hati. Dia seperti dipermainkan. "Silahkan kalian istirahat di kamar tamu, aku sudah menyiapkannya, " Jimmy Shilan berkata. "Maaf sudah merepotkan anda tuan Shilan," ayah Maira tidak enak dengan kebaikan tuan Shilan.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments