Hari sudah semakin terang.
Kaisar harus meninggalkan mereka untuk rapat dengan para menteri.
Sebelum pergi, tadi dia meminta Maureen untuk membersihkan diri dan mengenakan pakaian Mattew. Kaisar ingin Ratu mengajak Maureen berkeliling, selain untuk memperkenalkan Maureen pada tempat - tempat di Istana, itu juga bertujuan untuk mberi tahu semua orang bahwa Putra Mahkota sudah sehat. Sehingga dia bisa mencegah para menteri yang meminta Mattew turun tahta.Seseorang pelayan wanita masuk ke kamar Putra Mahkota.
"Dia adalah Mulan, dia akan melayanimu saat kau ada dalam kamarmu."
"Sedangkan kasim Haris, hanya melayanimu sebagai formalitas dimata orang luar, "Ratu Calista menjelaskan.
"Untuk sementara kamu akan menempati kamar sebelah." "Setelah Mattew dibawa keluar Istana, kau bisa menempati kamarnya." "Kamu tenang saja, aku dan ayahmu sudah mengganti semua pelayan dan pengawal di Kediaman ini dengan orang - orang kepercayaan kami."Maureen yang awalnya khawatir dengan identitas kembarnya, sedikit lega setelah mendengar penjelasan ibunya.
"Terima kasih ibu. Aku akan bersiap."
"Ibu akan kembali ke kediaman Ratu, ibu juga harus membersihkan diri."
"Nanti ibu akan memanggilmu kalau sudah selesai.""Haris..!!"
Kasim haris yang berdiri di luar segera masuk. "Iya Yang Mulia. Ada yang bisa hamba lakukan?""Kau jaga dan bersihkan tubuh Mattew, nanti kau akan ikut denganku dan Maureen untuk memperkenalkan Maureen pada tempat - tempat di Istana."
"Baik Yang Mulia."
"Ibu pergi dulu," Ratu Calista keluar dan pergi menuju ke kediamannya.
Setelah kepergian ibunya, Maureen memandang Mattew dan duduk di sisi ranjang.
"Cepatlah bangun, apa kau tak merindukan kakak?" "Kakak sudah ada di sini, kakak akan menjagamu." Tatapan Maureen terlihat lembut dihadapan adiknya. Meskipun terpisah jauh, tapi Maureen sangat menyayangi adiknya."Yang Mulia, anda harus segera bersiap," Mulan mengingatkan.
"Tunjukkan aku jalannya," Maureen memberi perintah pada Mulan.
"Oh iya, Haris, tolong jaga adikku.""Baik Yang Mulia, anda tidak perlu khawatir. Saya akan menjaga Putra Mahkota dengan baik."
Maureen dan Mulan keluar dari kamar Mattew dan bergegas ke kamar sebelah untuk membersihkan diri.
Haris yang masih ada di kamar Putra Mahkota menatap dengan tatapan tak berdaya.
'Putri Maureen seharusnya adalah anak pertama keluarga kerajaan yang mewarisi tahta, jika bukan karena peraturan leluhur mungkin dia dan adiknya tidak akan jadi seperti ini.' Haris menghela nafas, sudah lama dia menjadi kasim Putra Mahkota, jadi dia juga memiliki rasa sayang kepada Putra Mahkota......
Di kamar lain,
Maureen yang berniat membersihkan diri awalnya menolak bantuan dari Mulan.
Dari kecil dia sudah terbiasa melakukannya sendiri. Akan tetapi Mulan tetap memaksa. Saat Maureen melepas pakaian prianya, Mulan sedikit tertegun. Pasalnya tubuh Maureen sangat bagus, tubuh proporsional dan terlihat sangat menggoda. Mulan yang seorang wanita bahkan mengagumi bentuk tubuh Maureen.Maureen masuk ke dalam kolam pemandian, dengan pelan dia menggosok badannya.
Jujur, sebenarnya dia sangat menyukai kolam pemandian ini. Sudah empat hari dia tidak mandi karena harus melakukan perjalanan dari perbatasan timur ke kota Herda."Yang Mulia, anda terlalu lama berada di dalam air. Anda bisa terkena flu jika terlalu lama," Mulan mengingatkan.
Maureen tersadar dari lamunannya. Dia bergegas keluar dan memakai kain kering untuk mengeringkan tubuhnya.
Di depannya sudah ada pakaiannya sebagai Putra Mahkota. Sebelumnya memakainya, Maureen memakai korset untuk menutupi dadanya. Setelahnya dia baru memakai pakaian Putra Mahkota.Mulan yang ada di sebelahnya tak bisa berhenti kagum.
"Anda benar - benar tampak berwibawa Yang Mulia."Maureen melihat dirinya di cermin tembaga.
Tatapannya tak menunjukkan ekspresi apapun.
Dengan tatapan tenang dia hanya melihat dirinya di cermin.Ratu Calista datang tak lama setelah Maureen bersiap.
Ratu meminta Haris untuk ikut bersamanya dan juga Maureen.Ada Salim yang menjaga Putra Mahkota, jadi Maureen tidak perlu khawatir.
Ratu Calista menunjukkan tempat - tempat yang ada dalam Istana berserta nama dan kegunaannya.
Maureen harus mempelajari itu, karena saat dia menggantikan Mattew, tidak boleh ada kesalahan sedikit pun yang membuat orang curiga. Disepanjang perjalanan, banyak kasim dan pelayan wanita yang menatap. Mereka sebelumnya mendengar kabar bahwa Putra Mahkota dalam keadaan koma. Tapi sekarang, Putra Mahkota justru bisa berjalan - jalan bersama Ratu. Ada yang merasa bersyukur karena Putra Mahkota sudah sembuh. Tetapi di sebuah sudut, seseorang menatap tak suka dengan keadaan Putra Mahkota yang baik - baik saja. Seseorang itu menyembunyikan wajahnya dalam kegelapan dan berbalik pergi dengan cepat.Maureen seperti menyadari jika dia ditatap oleh seseorang, tapi dia tidak merasakan kehadiran orang yang berbahaya.
'Mungkin aku terlalu waspada,' batinnya.Perjalanan mereka sampai di Istana Ibu Suri.
Ratu memperingatkan Maureen tentang Ibu Suri. "Ibu Suri dari dulu tidak terlalu suka dengan ku ataupun Mattew." "Tetapi kamu sebagai yang lebih muda harus menyapa terlebih dahulu, itu peraturan di Istana.""Baik ibu, aku akan mengingatnya."
"Apa kau mau menyapanya sekarang?" Ratu bertanya.
"Boleh, lagipula seharusnya sejak lama aku menyapa nenekku."
Ada tatapan tersembunyi dalam mata Maureen. Dia punya rencana lainnya.Kali mereka pergi secara bersama, menelusuri goa. Terlebih dulu Maureen mengambil tanaman Teratai Hijau. Mereka sepakat akan mengambil batu hijau saat kembali nanti. Perjalanan yang dilalui tidaklah terlalu sulit. Jalannya hanya dipenuhi oleh batu hijau, tetapi semakin ke dalam, batu hijau itu makin berkurang. Bahkan tidak ada cahaya yang masuk. Roland memutuskan untuk menyalakan obor yang dibawanya untuk penerangan. Sedikit bau amis tercium saat semakin masuk ke dalam goa. "Amis sekali," Bryan tak tahan untuk berkata. Maureen menyerahkan sapu tangannya untuk menutup hidung Bryan. "Semakin gelap, apakah akan kita lanjutkan?" tanya Roland. "Kita akan coba masuk sampai obor ini habis.""Bagaimana menurut kalian?" Maureen meminta pendapat. "Aku setuju, sudah sampai disini, sebaiknya lanjutkan saja," Bryan berpendapat. "Sebaiknya kita kembali dulu dan membuat persiapan yang lebih baik," Roland memberi saran. "Tidak bisa, terlalu lama dan memakan waktu.""Kita sudah kehabisan
Ketiga terpana, terlebih Maureen merasa bangga. Pasalnya tanaman Teratai Hijau muncul hanya seratus tahun sekali. Dan lagi, ini bisa menjadi bahan untuk menguatkan tubuh Mattew jika sudah sembuh dari racun Kupu Kupu Cahaya. "Kalian coba batu - batu berwarna hijau ini." Maureen menyodorkan beberapa batu kepada Roland dan Bryan. Keduanya mengambil dengan was - was. Maureen melihat reaksi mereka tak bisa untuk tidak tertawa. "Ha.. ha... ha... " "Kalian tenang saja, batu ini coba kalian sesap, rasanya manis dan itu mengandung cairan untuk memulihkan energi." "Aku tadi sudah menyesap beberapa." "Batu ini?" tanya Roland tidak percaya. Reaksi Bryan lebih parah. Dia mengendus, menjilat lalu menyesapnya. "Rasanya seperti memakan manisan mint." "Lumayan untuk dijadikan kudapan." "Apa kubilang..., enak kan?"
Bab 28"Benar - benar seperti manisan, enak sekali," Maureen berkata lirih. Tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang terang di arah dalam goa. Dia segera memakai pakaiannya yang hampir kering. Kemudian segera menuju ke arah dalam goa dan memeriksa cahaya terang itu. Cahaya warna hijau tua terang yang berada di tengan sebuah batu. Maureen terkejut!! "Itu kan.....""Aku benar - benar beruntung," Maureen berteriak gembira. Itu adalah tanaman Teratai Hijau. Teratai Hijau adalah tanaman yang bisa disebut seperti tanaman mitos. Sangat berguna untuk mengembalikan stamina dan bahkan bisa membuat orang yang sudah renta menjadi sangat kuat. Kabarnya dalam seribu tahun sekali tanaman itu muncul. Dan tempat munculnya pun tidak menentu. Tergantung dari benih yang terbawa oleh angin. Maureen pernah melihat gambar Teratai Hijau dalam lukisan. Dan sekarang, dia benar - benar melihatn
Morgan segera beranjak dari duduknya. Dia keluar dan memanjat pohon. Dia duduk di atas pohon dan memandang hamparan langit malam yang berhiaskan kerlap kerlip bintang. "Setidaknya langit tidak pernah meninggalkanku." "Dia selalu mengirimkan bintang yang indah untukku." Tenggelam dalam keheningan dan kedamaian yang dia ciptakan sendiri. Morgan seolah tidak mau kembali ke kenyataan tentang siapa dirinya dan apa yang sedang dia lakukan. Bayang - bayang tentang masa lalunya yang buruk ingin sekali dilupakannya, tapi sedikit demi sedikit muncul kembali. "Kenapa harus aku?" "Ada begitu banyak manusia tapi kenapa harus aku?" Setetes air mata kembali jatuh. Morgan sebenarnya memiliki hati yang lembut. Kalau saja bukan karena ibunya, dia tidak akan bertindak sejauh ini.
Keakraban yang membuat Roland cemburu. Tanpa memperdulikan Maureen dan Bryan, dengan cekatan Roland menancapkan pegangan pada dinding - dinding tebing. Meskipun susah bagi Roland untuk masuk di pembicaraan Maureen dan juga Bryan, dia mengalihkan perhatiannya pada alat - alat yang dia pasang. Dengan cekatan dia hampir menyelesaikan semuanya. Maureen dan Bryan bahkan tidak percaya jika Roland mampu menyelesaikannya. "Bagaimana kau bisa melakukan semuanya?" Maureen berjalan mendekati Roland dan bertanya. Raut wajah ingin tau tergambar jelas di wajahnya. "Aku hanya melakukan apa yang aku bisa." "Setidaknya ini akan cukup berguna nantinya." Ketiganya memasang tali dan mengaitkannya dengan pegangan itu agar tubuh mereka tidak terjatuh. Sampai ditengah ketinggian, pemandangan yang menakjubkan tersajikan untuk mereka bertiga. Unt
Di depan sebuah gubuk kecil. Seorang berpakaian hitam berdiri sambil bersandar di dahan pohon. Wajahnya tampan dengan mata tegas dan aura dingin menyelimutinya. Dia sedang mengawasi sekitarnya, matanya yang tajam bagaikan mata elang, memandang ke depan seolah akan menguliti mangsanya. "Tuan...," seseorang yang berpakaian hitam juga muncul dari dalam gubuk dan menyapanya. Dia menoleh dengan acuh tak acuh. "Ada apa?" tanyanya. "Gadis itu sangat berisik, apa sebaiknya kita sumpal saja mulutnya?" tanya seorang berpakaian hitam yang baru saja keluar. "Biarkan saja." "Nanti kalau dia capek, dia akan berhenti sendiri," katanya sambil menatap tajam di kejauhan. Menyadari tuannya sedang menatap sesuatu, anak buahnya merasa cemas.