Share

Bab 6

Penulis: Lerina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-01 23:29:25

"Dia sudah bangun?"

Tangan Pengeran Andrew yang hendak makan tiba - tiba terhenti karena menerima kabar ini. 

"Keberuntungan benar - benar berada di dekatnya."

Jika di pikir - pikir nasib Putra Mahkota benar - benar beruntung. 

Dia yang terkena racun mematikan dan masuk dalam kondisi vegetatif bisa bangun bahkan belum ada sebulan. 

Bukankah sesuatu yang sangat ajaib. 

Pangeran Andrew yang mendengar laporan bawahannya hanya bisa tersenyum sinis. 

Rasa iri yang terlihat jelas muncul diwajahnya. 

Seandainya....... 

Ah..

Semakin dia memikirkannya, semakin dia membenci dirinya sendiri.

Pangeran Andrew adalah anak Kaisar dari selir Jeslin. 

Selir yang seharusnya menjadi Ratu. 

Tetapi karena Kaisar lebih memilih Calista menjadi Ratunya, menyebabkan Jeslin harus menerima dia hanya menjadi seorang selir. 

"Roy... !!!"

"Kita ke arena pacuan kuda."

"Baik, pangeran..."

Roy yang mendapatkan perintah langsung menyiapkan pakaian berkuda Pangeran Andrew. 

Pangeran Andrew dan Roy kasimnya, menuju ke lapangan pacuan kuda. 

Roy tau ada kalau suasana hati Pangeran Andrew sedang tidak baik. 

Karena Pangeran akan selalu berkuda sampai dia puas saat hatinya sedang buruk. 

Bahkan kuda yang ditungganginya pernah hampir mati karena terus menerus ditungganginya. 

Di Kandang kuda

Maxim adalah kuda milik Putra Mahkota.

Kuda dengan warna coklat berperawakan tinggi dan besar ada pada tubuh maxim. 

Sayangnya, Maxim sekarang sudah jarang keluar semenjak Mahkota sakit. 

Di kandang sebelahnya terdapat kuda Pangeran Andrew, Jedar. 

Jedar terlihat sangat sehat dan bugar hari ini, dengan warna putih kecoklatan yang menarik perhatian,  seolah bersiap jika Pengeran akan menungganginya. 

"Bawa keluar dia..!"

Pangeran memerintahkan pengurus kuda untuk mengeluarkan Jedar dari kandang dan memasang pelananya.

Pangeran Andrew dan Roy menunggu di tenda istirahat saat pengurus kuda memasang pelana. 

Pangeran Andrew juga memakai pelindung kepala, lengan dan lutut untuk menghindari cedera. 

Saat melihat itu Roy membatin. 

'Sepertinya akan sangat lama Pangeran bermain kuda.'

'Semoga Jedar tidak apa - apa.'

Roy khawatir karena terlihat pangeran Andrew menyiapkan pelindungnya sendiri.

Tepat sekali ucapan dlam batin Roy. 

Pengeran Andrew berkuda sampai hari sudah mulai petang. 

Para pengawal dan dayang yang melayaninya tampak sangat kuyu dan lelah karena terus berdiri menunggunya. 

Terlebih mengenaskan lagi adalah nasib dari kuda Pangeran, Jedar. 

Jedar tampak sangat kelelahan dan berjalan dengan sangat tertatih - tatih, terlebih dia masih dinaiki oleh Pangeran Andrew. 

Tidak ada yang berani menegur pangeran Andrew, karena sifatnya yang sangat keras dan pemarah. 

Setelah dirasa Jedar sudah semakin lemas, barulah Pangeran Andrew turun dan beristirahat di tenda samping. 

"Bawa kuda itu dan beri makan!"

"Kalau sampai dia mati kalian akan menerima akibatnya."

Para pengurus kuda segera membawa Jedar kembali ke kandang. 

Sangat kasihan sekali nasib kuda ini. 

Banyak orang yang menyayangkan dengan sikap Pangeran Andrew, tapi mereka tidak berani menolak atau membantah, karena bagaimanapun, Pangeran Andrew adalah anak dari Kaisar.

......

Di penginapan luar Istana. 

Seorang laki - laki makan di sebuah restoran dengan memangku tangan dan tatapan yang sedih. 

Padahal di depannya sudah banyak makanan yang dia pesan, tapi sepertinya dia tidak berselera dengan hidangan yang di sediakan. 

Pikirannya masih berkelana ke mana - mana. 

"Ah....." dia menghela nafas. 

"Sial sekali."

"Bisa - bisanya dia pergi tanpa pamit padaku."

"Aku harus bikin perhitungan dengannya."

Kemudian dia berteriak memanggil pelayan. 

"Pelayan, aku minta arak!"

'Lebih baik aku membiarkannya kali ini, lain kali kalau sampai ketemu akan aku cincang dia.'

Laki - laki itu adalah Bryan, sahabat dari kecil Maureen di perbatasan timur. 

Dia mendengar kabar  bahwa Maureen masuk Istana untuk menggantikan adiknya yang sedang sakit. 

Yang membuat dia kesal adalah Maureen tak memberinya kabar apapun bahkan tak berpamitan padanya.

Maka dari itu dia sangat ingin mencincang Maureen saking kesalnya. 

Dan karena kekesalannya, dia bahkan sampai mengikuti Maureen ke kota Herda. 

Dan di sinilah dia sekarang, sebuah penginapan yang dirangkap dengan restoran makan. 

Keluarga paman Maureen, Taro dan keluarga Bryan, Shilan adalah dua keluarga dekat sejak jaman dulu. 

Di karenakan kedekatan dua keluarga itu jadi Maureen dan juga Bryan juga dekat dan menjadi sahabat. 

Apalagi usia mereka yang hampir sama. 

Dan karena kedekatan itu jugalah, Bryan tau identitas asli Maureen, tetapi dia dan keluarganya tidak pernah mempermasalahkannya. 

"Dasar rubah kecil sialan, bisa - bisanya dia mengabaikanku!!"

Bryan terus saja mengumpat sambil meminum arak. 

Sementara itu di dalam istana. 

Di kediaman Putra Mahkota, Maureen yang terjaga di samping Mattew merasakan kedutan di area matanya dan bersin. 

Dia terus menerus mengusap hidungnya. 

'Sialan, siapa yang sedang membicarakanku.'

Insting Maureen tidak pernah salah. 

Entah kenapa sejak dari kecil dia bisa merasakan saat orang membicarakan dirinya di belakangnya. 

"Kenapa aku merasa seakan ada orang yang sedang mengumpatku?"

Maureen menerka - nerka siapa yang mengumpatnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 30

    Kali mereka pergi secara bersama, menelusuri goa. Terlebih dulu Maureen mengambil tanaman Teratai Hijau. Mereka sepakat akan mengambil batu hijau saat kembali nanti. Perjalanan yang dilalui tidaklah terlalu sulit. Jalannya hanya dipenuhi oleh batu hijau, tetapi semakin ke dalam, batu hijau itu makin berkurang. Bahkan tidak ada cahaya yang masuk. Roland memutuskan untuk menyalakan obor yang dibawanya untuk penerangan. Sedikit bau amis tercium saat semakin masuk ke dalam goa. "Amis sekali," Bryan tak tahan untuk berkata. Maureen menyerahkan sapu tangannya untuk menutup hidung Bryan. "Semakin gelap, apakah akan kita lanjutkan?" tanya Roland. "Kita akan coba masuk sampai obor ini habis.""Bagaimana menurut kalian?" Maureen meminta pendapat. "Aku setuju, sudah sampai disini, sebaiknya lanjutkan saja," Bryan berpendapat. "Sebaiknya kita kembali dulu dan membuat persiapan yang lebih baik," Roland memberi saran. "Tidak bisa, terlalu lama dan memakan waktu.""Kita sudah kehabisan

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 29

    Ketiga terpana, terlebih Maureen merasa bangga. Pasalnya tanaman Teratai Hijau muncul hanya seratus tahun sekali. Dan lagi, ini bisa menjadi bahan untuk menguatkan tubuh Mattew jika sudah sembuh dari racun Kupu Kupu Cahaya. "Kalian coba batu - batu berwarna hijau ini." Maureen menyodorkan beberapa batu kepada Roland dan Bryan. Keduanya mengambil dengan was - was. Maureen melihat reaksi mereka tak bisa untuk tidak tertawa. "Ha.. ha... ha... " "Kalian tenang saja, batu ini coba kalian sesap, rasanya manis dan itu mengandung cairan untuk memulihkan energi." "Aku tadi sudah menyesap beberapa." "Batu ini?" tanya Roland tidak percaya. Reaksi Bryan lebih parah. Dia mengendus, menjilat lalu menyesapnya. "Rasanya seperti memakan manisan mint." "Lumayan untuk dijadikan kudapan." "Apa kubilang..., enak kan?"

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 28

    Bab 28"Benar - benar seperti manisan, enak sekali," Maureen berkata lirih. Tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu yang terang di arah dalam goa. Dia segera memakai pakaiannya yang hampir kering. Kemudian segera menuju ke arah dalam goa dan memeriksa cahaya terang itu. Cahaya warna hijau tua terang yang berada di tengan sebuah batu. Maureen terkejut!! "Itu kan.....""Aku benar - benar beruntung," Maureen berteriak gembira. Itu adalah tanaman Teratai Hijau. Teratai Hijau adalah tanaman yang bisa disebut seperti tanaman mitos. Sangat berguna untuk mengembalikan stamina dan bahkan bisa membuat orang yang sudah renta menjadi sangat kuat. Kabarnya dalam seribu tahun sekali tanaman itu muncul. Dan tempat munculnya pun tidak menentu. Tergantung dari benih yang terbawa oleh angin. Maureen pernah melihat gambar Teratai Hijau dalam lukisan. Dan sekarang, dia benar - benar melihatn

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 27

    Morgan segera beranjak dari duduknya. Dia keluar dan memanjat pohon. Dia duduk di atas pohon dan memandang hamparan langit malam yang berhiaskan kerlap kerlip bintang. "Setidaknya langit tidak pernah meninggalkanku." "Dia selalu mengirimkan bintang yang indah untukku." Tenggelam dalam keheningan dan kedamaian yang dia ciptakan sendiri. Morgan seolah tidak mau kembali ke kenyataan tentang siapa dirinya dan apa yang sedang dia lakukan. Bayang - bayang tentang masa lalunya yang buruk ingin sekali dilupakannya, tapi sedikit demi sedikit muncul kembali. "Kenapa harus aku?" "Ada begitu banyak manusia tapi kenapa harus aku?" Setetes air mata kembali jatuh. Morgan sebenarnya memiliki hati yang lembut. Kalau saja bukan karena ibunya, dia tidak akan bertindak sejauh ini.

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 26

    Keakraban yang membuat Roland cemburu. Tanpa memperdulikan Maureen dan Bryan, dengan cekatan Roland menancapkan pegangan pada dinding - dinding tebing. Meskipun susah bagi Roland untuk masuk di pembicaraan Maureen dan juga Bryan, dia mengalihkan perhatiannya pada alat - alat yang dia pasang. Dengan cekatan dia hampir menyelesaikan semuanya. Maureen dan Bryan bahkan tidak percaya jika Roland mampu menyelesaikannya. "Bagaimana kau bisa melakukan semuanya?" Maureen berjalan mendekati Roland dan bertanya. Raut wajah ingin tau tergambar jelas di wajahnya. "Aku hanya melakukan apa yang aku bisa." "Setidaknya ini akan cukup berguna nantinya." Ketiganya memasang tali dan mengaitkannya dengan pegangan itu agar tubuh mereka tidak terjatuh. Sampai ditengah ketinggian, pemandangan yang menakjubkan tersajikan untuk mereka bertiga. Unt

  • SANG PUTRI PEWARIS   Bab 25

    Di depan sebuah gubuk kecil. Seorang berpakaian hitam berdiri sambil bersandar di dahan pohon. Wajahnya tampan dengan mata tegas dan aura dingin menyelimutinya. Dia sedang mengawasi sekitarnya, matanya yang tajam bagaikan mata elang, memandang ke depan seolah akan menguliti mangsanya. "Tuan...," seseorang yang berpakaian hitam juga muncul dari dalam gubuk dan menyapanya. Dia menoleh dengan acuh tak acuh. "Ada apa?" tanyanya. "Gadis itu sangat berisik, apa sebaiknya kita sumpal saja mulutnya?" tanya seorang berpakaian hitam yang baru saja keluar. "Biarkan saja." "Nanti kalau dia capek, dia akan berhenti sendiri," katanya sambil menatap tajam di kejauhan. Menyadari tuannya sedang menatap sesuatu, anak buahnya merasa cemas.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status