Share

BAB 14

"Sudahlah, Bu. Untuk apa terus menangisi Ayah!" Indah mencoba menghentikan tangis ibunya.

"Ibu heran, sepertinya kamu tak sedikitpun merasa sedih atas meninggalnya ayahmu?"

"Ibu ingin tahu mengapa aku tidak sedih,? Tidak menangis? Pertama karena belum pasti apakah benar itu kepala Ayah atau kepala orang lain? Yang kedua, apa bedanya bagiku ada Ayah dan tak ada Ayah. Terus terang aku merasa lebih tenang seperti ini.

"Astaghfirullah, kamu ngomong apa. Ingat sejahat apapun dia adalah ayahmu!"

"Indah heran, terbuat dari apa hati ibu ini? Dari kecil Indah melihat Ibu selalu disiksa lahir batin. Sekarang setelah Ayah pergi begitu banyak masalah yang mencuat ke permukaan."

"Terus Ibu harus bagaimana?" Bu Aminah terlihat frustasi.

"Ibu cukup tenang dan buka mata hati ibu. Lihat Tante Asih dan keponakannya yang jadi korban ayah. Belum lagi nasib anak tiri Ayah dari istri-istrinya yang lain. Atau Euis yang sekarang berada di rumah sakit?'"

"Maksudmu, Euis ...?"

"Makanya tadi Indah menyuru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status