Share

4. Kalah Dengan Perasaan

Author: Adera
last update Last Updated: 2024-12-14 09:20:31

***

Jam menunjukan pukul 20.00, tampak di meja makan Indira dan Kania sudah menghabiskan makan malam mereka dengan tenang.

"Nyonya, apa gak masalah kita makan tanpa Tuan muda?" tanya Kania merasa was-was.

"Enggak kok Kania. Tadi saya sudah ke kamarnya Riyan, katanya Mama duluan aja Riyan belum laper. Hah, anak itu kalo belum laper pasti lagi asik main game," jawab Indira.

Kania mengangguk-angguk mengerti. Ia pun segera mengambil piring kotor untuk dibawa ke dapur dan dicuci.

"Oya Kania, setelah kamu cuci piring nanti, kamu jangan lupa ya anterin makanan ke kamar Riyan," ucap Indira memperingati.

"Baik Nyonya."

***

Tok! Tok! Tok!

"Tuan muda, makan malamnya!" seru Kania seraya mengetuk pintu berulang kali. Namun, tak ada sahutan dari si pemilik kamar.

"Tuan muda." Kania kembali mengetuk pintu kamar Riyan. Tapi lagi-lagi tidak ada respon.

Akhirnya Kania memberanikan diri membuka pintu kamar Riyan. Tapi sayang, pintunya malah terkunci.

'Apa Tuan muda lagi tidur?' pikir Kania.

"Tu---"

"Berisik!" teriak Riyan dari dalam.

"Pergi lo cewek gemb*l. Gue gak mau ngeliat wajah lo di depan kamar gue!" teriak Riyan lagi.

"Tidak Tuan muda. Sebelum Tuan muda makan, aku gak akan pergi," balas Kania dengan sedikit berteriak agar suaranya terdengar oleh Riyan dari dalam.

"Semenjak gue ngeliat lo di sini, gue gak ada selera buat makan. Mending lo buang aja tuh masakan lo ke tong sampah!" titah Riyan dengan ketus.

"Jangan berkata seperti itu Tuan muda. Aku ada kerja kerasnya loh masakin ini khusus buat Tuan muda," ucap Kania berharap bujukannya itu bisa meluluhkan hati seorang badboy seperti Riyan.

"Ck. Gue gak pernah nyuruh lo masak buat gue. Mending lo buang aja tuh masakan lo yang ada racunnya," hardik Riyan.

Lantas Kania ternganga mendengar kata 'racun'. Ia tak menyangka putra majikannya akan berpikir lebih buruk tentang masakannya.

"Ya ampun Tuan muda, makanan ini gak ada racun sama sekali. Aku berani sumpah," ucap Kania dengan getir.

"Bohong! Lo pergi aja deh dari kamar gue. Bikin ganggu aja tau gak!" usir Riyan.

"Nggak Tuan muda. Aku bakal tetap di sini dan gak akan pergi ke manapun sebelum Tuan muda makan," ujar Kania.

"TERSERAH LO! Gue gak peduli."

Perlahan Kania menghapus air matanya yang sempat jatuh karena dituduh yang tidak-tidak oleh Riyan. Untungnya Kania memiliki kesabaran extra, jadinya ia tidak langusng nyerah gitu aja.

"Kania, tenang. Kamu pasti bisa lewatin ini semua."

Kania mulai menghela napas panjang, lalu ia bergegas duduk bersandar di depan pintu kamar Riyan seraya meletakkan nampan di samping dirinya.

Kania kemudian menutup matanya secara perlahan. Ia menahan diri untuk tidak menangis.

Kania berharap Riyan mau membuka pintu kamar dan memakan masakannya.

Hampir satu jam Riyan tak kunjung membuka pintu. Namun, Kania dengan penuh sabar tetap akan menunggu Riyan. Ia tidak akan merasa tenang jika putra majikannya itu belum memakan masakannya.

'Hoamm!'

Mulut Kania mulai menguap. Bahkan kedua matanya terlihat sayu. Saat ini Kania benar-benar merasa ngantuk berat.

Hingga akhirnya Kania memilih untuk tidur sebentar di depan pintu kamar Riyan karena sudah tak kuasa menahan rasa kantuk.

Ceklek!

Pintu kamar Riyan tampak terbuka. Otomatis tubuh Kania yang sedang bersandar langsung jatuh terlentang ke belakang.

Melihat kehadiran Kania yang masih ada di depan kamar membuat si pemilik kamar langsung terkejut.

"Buset, keras kepala juga nih cewek. Gue kirain udah pergi, ternyata masih di sini," ucap Riyan lalu perlahan berjongkok di dekat Kania.

Riyan kemudian mengulurkan tangan di depan wajah Kania untuk menyingkirkan kepangan rambut yang menghalangi wajah gadis itu.

Sejenak Riyan menatap wajah Kania cukup dalam. Hingga tanpa sadar tangannya mulai membuka kacamata yang Kania pakai. Riyan penasaran seperti apa wajah Kania saat tidak memakai kacamata.

"Tetep aja gemb*l," umpat Riyan di akhiri dengan tersenyum smirk. Setelah itu ia kembali berdiri dan hendak bergegas masuk.

Namun, Riyan mengurungkan langkahnya. Tiba-tiba saja ia merasa tidak tega meninggalkan Kania tidur di atas lantai.

"Ck. Ngapain juga gue harus peduli sama nih cewek?" gerutu Riyan.

Ia pun kembali masuk dan mengabaikan Kania yang masih terlelap tidur di atas lantai.

Riyan memilih streamingan youtube daripada buang-buang waktu memindahkan tubuh Kania ke dalam kamar Kakaknya.

"Bapak ... ibu, jangan pergi. Jangan tinggalin Kania sendiri."

Riyan menghentikan aktivitas menontonya setelah mendengar Kania bersuara. Apa gadis itu terbangun?

Karena penasaran, Riyan kembali berjalan ke pintu kamar untuk memeriksa keadaan Kania. Tampak kedua mata Kania terpejam dengan erat.

Lalu suara tadi. Apa mungkin Kania mengigau?

Benar saja, pada detik berikutnya Riyan melihat bibir Kania bergerak mengigau sesuatu yang sudah Riyan dengar.

"Bapak ... Ibu, Kania mohon jangan tinggalin Kania," lirih Kania.

Riyan berjongkok di dekat Kania. Jari tangannya perlahan mulai bergerak menghapus cairan bening yang membasahi pipi Kania.

"Ck. Dasar cengeng!" umpat Riyan seraya menyentih dahi Kania dengan pelan.

Sejenak Riyan menghela napas kasar. Karena lagi-lagi ia merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya.

Apa mungkin Riyan ...?

"Argh!"

Tak ingin berpikiran lebih jauh lagi, akhirnya Riyan memilih menggendong tubuh Kania dan bergegas menuju kamar yang ada di sebelah kamarnya.

Riyan perlahan meletakkan tubuh Kania di atas kasur dengan penuh hati-hati. Setelah itu ia tarik selimut itu sampai batas leher Kania.

"Tidur yang nyenyak. Awas kalo nyusahin gue lagi!" ketus Riyan di akhiri dengan menatap tajam kedua mata Kania yang sedang terpejam erat.

Sebelum beranjak, Riyan sempat melihat bibir Kania mengembang cukup lebar. Lantas hal itu membuat Riyan langsung menggidigkan kepaIanya.

"Stres nih cewek. Tidur aja pakek acara sunyam-senyum segala, pasti lagi mimpiin cowok al*y. Ihh ...." ujar Riyan dan langsung bergegas keluar kamar.

Namun, saat ingin menutup pintu, Riyan kembali menatap Kania dari sela-sela pintu. "Manis!" gumam Riyan seraya tersenyum tipis.

#Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SATU ATAP DENGAN BADBOY TAMPAN   16. Bahaya

    ***Acha syok di tempat. Buru-buru Acha membuka high heelsnya, kemudian melompat ke dalam kolam untuk mengambil kalung pemberian Riyan. Hal itu tentunya menarik perhatian semua tamu undangan, termasuk Riyan yang sedang berdansa ria dengan Mauren."Natasha." Riyan terkejut melihat posisi Acha sekarang melambaikan kedua tangan ke atas sambil memegang kalung dengan badan yang sesekali naik turun. Sudah Riyan pastikan jika Acha tidak bisa berenang."Tolong, tolong aku."Detik itu juga, Riyan langsung berlari untuk menyelamatkan Acha. Namun, langkahnya terhenti usai melihat seorang cowok lebih dulu melompat ke kolam. Siapa lagi kalau bukan Alvin, teman Riyan.Alvin menggendong Acha dengan keadaan posisi antara sadar dan tidak sadar menuju pinggir lapangan. Cewek itu terbatuk-batuk karena sempat merasakan air yang masuk ke dalam perutnya."Hei, lo gak papa?" Alvin menepuk-nepuk pelan pipi Acha, memastikan apakah cewek itu baik-baik saja atau tidak.Acha menggeleng. Lalu segera duduk sambil

  • SATU ATAP DENGAN BADBOY TAMPAN   15. Kalung Berharganya Acha

    ***"Ra, ini cara pakainya gimana?" Acha memperlihatkan handphone pemberian Riyan pada Clara.Tadi pagi Acha sangat penasaran dengan isi kotak box dari Riyan. Setelah dibuka ternyata barang-barang di dalam tidak kalah bagus juga mewah. Handphone, jam tangan, gaun dress selutut berwarna denim serta high heels. Tentu saja hati Acha merasa tersentuh melihat barang-barang mewah karena Acha merasa ia tidak layak untuk memiliki semua itu."Cie, yang sekarang ada handphone baru. Dikasih siapa nih?" goda Clara sesekali menyenggol lengan Acha."Hihi, dikasih Tuan Muda," jawab Acha malu-malu."Tumben Riyan baik sama kamu? Pasti ada maunya itu."Acha berpikir sejenak, ada benarnya juga perkataan Clara. Karena dari kemarin malam sikap Riyan berubah padanya, dari sinis menjadi romantis. Acha berharap Riyan memang tulus melakukan semua itu."Aku percaya kalo Tuan Muda baik, Ra.""Iya deh, emang dalam rangka apa Riyan ngasih ini ke kamu?" tanya Clara penasaran."Enggak tau, Ra.""Sini, aku ajarin."

  • SATU ATAP DENGAN BADBOY TAMPAN   14. Mendadak Romantis?

    ***Selesai mengganti seragam, Acha segera bergegas ke dapur untuk mempersiapkan makan malam. Namun, setelah tiba di sana, Acha dikejutkan dengan kehadiran seorang wanita paruh baya tengah memotong bawang."Maaf, ibu siapa ya?"Wanita baya itu tersenyum melihat Acha. "Eh, Neng, Neng pasti Neng Acha, ya. Kenalin nama saya teh Suamiati, Neng bisa panggil saya Bik Sum, saya pekerja di sini juga.""Ohh gitu ya, Bik. Bik Sum udah kerja lama di sini? Soalnya Acha baru liat Bik Sum.""Iya Neng, Bik Sum udah lama kerja di sini waktu Mas Riyan masih bayi. Minggu kemarin Bik Sum sama Mang Agus pulang kampung, jadi Neng baru liat Bik Sum."Acha mengerutkan dahi. "Mang Agus itu siapa Bik?""Satpam di rumah ini, Neng."Acha manggut-manggut mengerti. Pantas saja saat Acha pertama kali melamar kerja, suasana rumah saat itu sepi ternyata para pekerja Indira pulang ke halaman kampung."Sore ini Neng duduk manis aja ya biar Bik Sum yang masak.""Enggak bisa Bik." Acha mengambil alih pisau dari tangan B

  • SATU ATAP DENGAN BADBOY TAMPAN   13. Bertemu Dengan Aruna

    ***Acha berjalan kaki melewati jalanan sepi menuju pangkalan angkot. Seharusnya sesuai pesan Indira, Acha harus pulang bersama Riyan. Namun, cewek itu tidak ingin mengganggu Tuan Mudanya.Jangankan mengusik, Acha tidak ingin mencari masalah baru lagi, yang ada nanti hukumannya semakin bertambah.Di tengah sedang melangkah, Acha dikejutkan dengan suara deruman motor yang sangat berisik dari arah barat."Ya Tuhan." Acha mulai panik sendiri. Kenapa sore-sore begini ada segerombolan geng motor?Suara deruman itu semakin dekat seolah akan menghampiri Acha. Acha yang semakin panik segera melarikan diri. Namun, belum sempat melakukan itu, sekelompok geng motor muncul lalu mengelilingi Acha dengan bentuk lingkaran sehingga tidak ada celah bagi Acha untuk kabur."Ya Tuhan, bagaimana ini?" gumam Acha ketakutan.Acha menutup telinganya karena suara knalpot yang sangat berisik, belum lagi kepala Acha merasa pusing melihat sekelompok geng motor memutari tubuhnya."Astagfirullah ... Astagfirullah

  • SATU ATAP DENGAN BADBOY TAMPAN   12. Pembawa Sial?

    *** Byur. Entah dari mana sumbernya, guyuran air tiba-tiba saja mendarat tepat di atas kepala Acha, membuat sekujur tubuh gadis itu basah kuyup. "Hahaha, rasain lo." Acha langsung menoleh pada suara tawa tersebut. Beberapa siswi memakai jaket denim dengan rambut berwarna hitam ke-pink-an adalah pelakunya Acha menyipitkan mata sebenar, ia seperti tidak asing dengan mereka. Ya, Acha baru ingat jika mereka adalah teman-teman sekelasnya. "Gimana nih gembel, seru gak disiram pake air comberan?" tanya salah satu dari mereka dengan name tag Ana Tasya Corina. Acha membulatkan mata. Ia baru menyadari jika air yang menimpanya tadi adalah air comberan. Pantas saja Acha merasakan bau busuk. "Kenapa kalian begitu jahat? A--ku ada salah apa sama kalian?" lirih Acha, matanya berkaca-kaca ingin menangis. Niat Acha ke sekolah padahal ingin mencari ilmu, bukan mencari masalah. "Lo punya salah banyak, cupu. Lo udah bikin Prince gue kalah," pekik Tasya sembari melangkah maju mencengkram

  • SATU ATAP DENGAN BADBOY TAMPAN   11. Kejutan?

    *** Hati Acha merasa sedih dan bersalah ketika menyaksikan Riyan mulai bersujud di kaki orang lain. Acha tentunya tidak ingin diam saja, ia harus membantu Tuan Mudanya. Namun, saat Acha ingin melangkah, Alvin menahan lengannya. "Mau kemana?" tanya Alvin. "Mau bantu Tuan Muda, Al. Tuan Muda gak boleh ngelakuin itu," jawab Acha. "Saat ini lo lagi disalahin semua orang, Cha. Kalo lo maju belain Riyan lagi, lo bakal dapat masalah yang lebih besar dari ini." "Terus aku harus apa?" tanya Acha, semakin gelisah. "Diem. Lo cukup diem," timpal Alvin sedikit menekan katanya. Dari jarak satu meter, Acha hanya bisa menatap Riyan dengan tatapan sendu. Acha ingin sekali merengkuh badan tegap yang sedang bersujud itu, namun apalah daya Acha tidak ingin menambah masalah. Usai menuruti keinginan Andra, Riyan segera menaiki motornya dan pergi dari sana tanpa berbicara sepatah kata lagi. "Tuan Muda," lirih Acha. Bukan firasat lagi, Acha sudah yakin jika saat ini Riyan sangat marah padanya. **

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status