Share

Saling Mengobrol

Bab 6

"Maaf, tapi sepertinya kau salah orang," ucap Karin.

Elis berdiri mematung.

"Aku Karin. Namaku Karin," Ujar Karin memperkenalkan diri.

Terlihat dari raut wajah Elis, bahwa dirinya kecewa akan pengakuannya.

"Maaf, tapi kau sangat mirip dengan kakakku. Aku tadi mengira kalau kau adalah kak Karent," ungkap Elis.

"Huft! Kenapa kau malah seperti orang aneh tadi, yang mengira kalau aku ini adalah Karent?" ucap Karin setengah emosi.

"Orang aneh?" Elis bingung.

"Iya orang aneh. Tadi di dalam hutan itu aku menemukan seorang pria yang menempel pada pohon beringin. Dasar gil*, bukannya berterima kasih, dia malah berbuat yang kasar padaku," Karin menjelaskan secara garis besar.

Elis tercengang, rahangnya yang mungil itu menganga.

"Kau tadi bilang, apa? Kau menemukan seorang lelaki yang ada di dalam hutan larangan itu dan kau melepaskannya dari pohon beringin, benarkah?" Elis bertanya beruntun.

"Iya, aku menyelamatkannya, tapi dia malah meminta mutiara suci. Sedangkan aku tidak tahu apa itu," ujar Karin yang wajahnya benar-benar kesal.

"Apa, bagaimana bisa?" Gumam Elis dengan kebingungan.

Sret!

Secara tiba-tiba, Rojer keluar dari hutan larangan dan berada tepat di belakang mereka.

"Hei!" teriaknya Rojer.

Karin dan Elis menoleh ke arah belakang. Mereka terkejut saat Rojer berada di belakang mereka.

Karin yang melihatnya takut dan pelan-pelan mundur ke belakang, dia berlindung di belakang Elis.

Elis yang tidak percaya akan apa yang di lihatnya itu mulai tercengang.

Wajah Rojer tampak memerah, mungkin karena efek tendangan Karin tadi.

"Rojer?" kata itu yang pertama keluar dari mulut Elis yang benar-benar heran kenapa Rojer bisa lepas dari segelan Karent.

"Apa kau, aku tidak ada urusan dengan kau, Elis kurus!" Ucap Rojer mengejeknya.

Elis terperangah mendengar ucapan terakhirnya.

"Kurus?" tanyanya dengan wajah yang memerah sambil tangannya mengepal. Ingin dia meninju wajah Rojer saat ini karena dia sudah berani mengatai dirinya kurus.

"Karent, cepat berikan mutiara suci itu. Kalau tidak kau akan menyesal!" ancam Rojer pada Karin.

"Sebenarnya apa mau kau? Aku sudah membantumu terlepas dari pohon beringin itu, bukannya berterima kasih malah kau galak. Lagi pula aku ini Karin bukan Karent! Harus berapa kali sih untuk menjelaskan padamu?" ujar Karin dengan suara tegas dan lantang.

"Hah, aku tidak percaya. Kau pasti berbohong!" ucap Rojer yang masih tidak percaya atas pengakuan Karin.

Karin yang merasa dirinya tidak di percaya mulai tersulut emosi. Dirinya benar-benar marah, karena Rojer tidak percaya bahwa dia adalah Karin bukan Karent.

Tangannya mengepal dan seketika itu juga keluar cahaya dari tubuhnya dan dia melayang.

"Sudah ku bilang bahwa aku adalah Karin. Kenapa kau tidak percaya?" ucapnya.

Cahaya murni yang keluar dari tubuh Karin benar-benar silau.

Rojer dan Elis sampai harus nemicingkan mata.

Elis yang berada tepat di belakangnya memberanikan diri untuk menyentuh dan menenangkannya.

"Aku percaya kau adalah Karin bukan kak Karent. Tenangkanlah dirimu dan turunlah Karin," ucap Elis dengan lembut.

"Apa-apaan ini?" gumam Rojer dalam hati.

Karin yang mendengar bahwa Elis percaya dirinya itu adalah Karin mulai meredup cahayanya dan dia turun secara perlahan.

"Huft, syukurlah!" ucap Elis sambil mengelus dada.

Karin pingsan seketika. Entah mengapa dirinya merasakan berat luar biasa di bagian kepala.

Di Rumah Elis...

Rojer terus berada di sisi Karin, dia tidak ingin beranjak dari tempatnya.

Dia terus memperhatikan Karin.

"Sebenarnya dia siapa, kenapa wajah dan aroma tubuhnya seperti Karent?" tanya Rojer pada dirinya sendiri.

Elis yang berada di dapur mendengar ucapannya.

Dia bingung harus menjawab apa, karena dia juga tidak tahu kenapa wajah Karin sangat mirip dengan Karent.

Tok ... Tok ...

Trisno mengetuk dan langsung membuka pintu. Dia terlihat terburu-buru.

Ia langsung masuk tanpa kata 'permisi' terlebih dahulu.

"Apa dia benar-benar Karent?" tanya Trisno sembari melihat wajah Karin yang benar-benar mirip dengan Karent.

Lalu matanya menangkap sosok lelaki yang di kenalinya.

"Rojer?" ucap Trisno sambil mulutnya menganga.

Elis telah kembali dari dapur, dirinya membuat obat untuk di berikan kepada Karin.

"Ceritanya panjang, Trisno," Ucap Elis.

Trisno merasa tidak percaya, dia benar-benar heran akan semua yang terjadi.

Tiba-tiba saja dia jatuh terduduk di lantai.

Elis yang melihatnya terjatuh hanya melirik saja.

Rojer sama sekali tidak melepaskan pandangannya ke Karin.

"Entah dari mana datangnya gadis ini, tapi dia berada tepat di dalam hutan larangan. Hutan yang hanya bisa di masuki oleh orang suci saja," ucap Elis membuka percakapan.

Trisno melihat ke arahnya dan terkejut akan ucapan Elis.

"Tidak mungkin!" ucap Trisno.

"Aku juga merasa begitu, tidak mungkin manusia biasa dapat masuk ke dalam hutan itu." jawab Elis.

Elis memberikan obat yang sudah dia racik ke mulut Karin.

Uhuk!

Karin terbatuk saat Elis memberikan obat kepadanya.

Perlahan-lahan matanya terbuka. Dia masih belum sadar sepenuhnya.

Kepalanya masih terasa berat. Saat dia sudah membuka matanya, ia melihat Rojer yang berada tepat di sampingnya.

Aaaaa...

Teriaknya dan langsung meninju Rojer kembali.

Seketika Rojer terpental sampai ke dinding.

Elis dan Trisno yang menyaksikan adegan tadi secara langsung terlonjak.

"Wow, hebat sekali. Padahal dia hanya meninju saja tapi lihat, Rojer yang kuat saja sampai terpental," Trisno memberi komentar.

Rojer yang merasa kesakitan mulai menggurutu.

"Heh, cewek gil*. Dari tadi kau selalu saja membuat ulah padaku," ucap Rojer dengan kesal.

"Lagi pula apa yang kau lakukan di sampingku?" Karin bertanya sembari mulai duduk. Elis yang melihat membantunya.

"Aku menjagamu tahu. Bukannya berterima kasih malah kau meninjuku," gerutu Rojer membela diri.

Karin merasa bersalah dan dia menundukkan kepala.

"Maaf," ucap Karin tulus.

"Huh, baru minta maaf sekarang, tadi kemana saja?" ejek Rojer.

"Aku kan sudah minta maaf, maumu apa lagi, hah!" bentak Karin.

Rojer terlonjak dan dirinya langsung berdiri, seakan tidak berani mencari masalah lagi dengannya.

"Y-yah sudah!" jawab Rojer terbata.

Elis dan Trisno saling bertatapan dan mereka cekikikan melihat tingkah Rojer yang merasa takut.

"Hei, bukannya dulu kau itu berani dengan Karent? Bahkan kau sampai tega melukainya hanya karena mutiara suci, lalu kenapa sekarang kau tidak berani melawan dia?" Trisno bertanya dan mengejek Rojer yang dilihatnya mulai merasa ngeri dengan Karin.

"S-siapa yang takut. Aku hanya menghargainya sebagai perempuan saja!" jawabnya dengan nada sinis dan sedikit gemetar.

Elis menahan tawanya sendiri. Lalu dia berpaling ke Karin.

Gadis itu masih menatap tajam ke arah Rojer.

"Kau sangat mirip dengan kakakku." ungkap Elis.

Karin beralih memandangi Elis, mata gadis itu berkaca-kaca menahan air mata.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status