Share

Berkenalan

Bab 7

Pov Autor

Karin, Elis, Trisno dan Rojer masih mengobrol.

"Kenapa kau mengira bahwa aku adalah, Karent?" tanya Karin penuh selidik.

"Wajah dan bentuk tubuhmu, sangat mirip dengannya," jawab Elis memandanginya.

"Jadi, itu sebabnya kau memanggil aku, 'Kak Karent'?" tanya Karin lagi.

Elis menjawab dengan anggukan.

Dari awal perjumpaan Elis menyangka bahwa Karin adalah Karent, namun kenyataanya tidak demikian.

Dirinya benar-benar merindukan Karent.

"Sudahlah, lagi pula sekarang Karent sudah tenang. Kau tidak perlu memikirkannya lagi," Trisno mencoba menghibur.

"Aku tahu, namun aku hanya merindukan, kakak," Elis membalas perkataan Trisno, lalu wajahnya berubah sendu.

Karin merasa kasihan kepada Elis.

"Memang ke mana, kakakmu?" Karin bertanya dengan suara lembut.

Elis menatap matanya dalam, seakan tidak kuasa menahan, pada akhirnya air mata Elis jatuh membasahi pipinya yang merah.

Trisno juga ikut bersedih, karena dirinya juga merasa kehilangan sosok wanita yang membuatnya merasa hangat.

Lain dengan Rojer, ekspresi dirinya tidak ia perlihatkan. Dia hanya penasaran kenapa Elis dan Trisno begitu sedih ketika Karin menanyakan soal Karent.

"Hei, kalian ini kenapa? Si Gila ini kan bertanya kemana Karent, kenapa kalian malah bersedih?" Rojer bertanya tanpa beban.

Trisno menatap wajah Rojer lekat dan melihat tajam ke arah matanya.

"Kau tahu, kenapa kami begitu, sedih?" tanya Trisno pada Rojer.

"Memang kenapa, ada apa dengan Karent? Apa dia sedang berguru di luar pulau atau dia sudah punya suami dan sedang membesarkan anaknya atau dia..."

"Dia telah mati!" ucap Elis menyela pertanyaan Rojer yang membuat hatinya makin hancur.

Rojer terperangah dan dirinya mulai duduk dengan tegap.

Karin juga ikut menganga karena ucapan Elis.

"Dia mati tujuh belas tahun yang lalu, ketika telah menyegel dirimu di pohon beringin dalam hutan larangan," jelas Elis.

Rojer tidak percaya akan pengakuan Elis yang mengatakan bahwa Karent telah tiada.

Dirinya masih percaya bahwa Karent masih hidup.

"Harusnya kau tahu, Rojer. Karent begitu mencintaimu dengan tulus tapi kau malah mengkhianati dia. Sebenarnya apa maumu?" ucap Trisno menggebu.

Rojer terdiam. Dirinya mengingat kejadian dulu sebelum dia di segel Karent.

...

Tujuh Belas Tahun Lalu...

"Berhenti! Jangan coba-coba keluar dari kuil ini!"

"Siluman penghianat!"

Aaargh

"Ka-Ka-Kau, aku tidak akan pernah memaafkanmu!"

...

Kembali ke Rojer dan yang lainnya...

Rojer seperti menahan emosinya sendiri, dia mengingat kembali kenangan dulu sebelum ia di segel dalam hutan larangan.

Dirinya mulai merasa bersalah akan tindakannya dulu kepada Karent, yang telah melukainya hingga membuatnya kehilangan nyawa.

Aaaa...

Teriak histeris dari mulut Rojer keluar, seakan dia merasa sangat kehilangan.

Karin melihat wajah Rojer. Dia bisa membedakan mana yang kecewa asli dan kecewa buatan.

Saat dia melihat ke arah Rojer, dirinya yakin seribu persen bahwa Rojer benar-benar menyesal.

Trisno bangkit dari duduknya dan mulai berjalan ke arah belakang, halaman rumah Elis.

Karin mengikuti Trisno, dirinya penasaran ke mana dia akan pergi.

"Ini tempat kami membakar jenazah Karent, dan di sungai sana kami menyebarkan abu jenazahnya," jelas Trisno yang tahu bahwa Karin mengikutinya.

"Apa aku bisa melihat sungai itu?" tanya Karin dengan lembut.

Trisno mempersilahkannya untuk melihat dan di saat bersamaan Elis dan Rojer sudah berdiri, di dekat pintu belakang.

Mereka menyaksikan Karin berjalan menuju sungai itu.

"Apa yang dia lakukan?" tanya Rojer pada Trisno.

"Sepertinya, dia ingin melihat sungai di mana abu jenazah Karent, ku tebar," Trisno menjelaskan.

"Buat apa, dia ingin melihatnya?" giliran Elis yang bertanya.

Trisno hanya mengangkat bahunya, seraya wajahnya juga menandakan kebingungan.

Karin mendekati sungai, di mana sungai itu adalah tempat penyebaran abu jenazah Karent.

Dirinya seakan ingin melihat ke dalam sungai itu.

"Jangan melakukan hal bodoh, manusia!"

Terdengar suara secara tiba-tiba entah dari mana, membuat Karin menghentikan niatnya untuk mendekat ke arah sungai.

"Kenapa kau?"

Karin menoleh, rupanya Rojer berada di belakangnya, sedang memperhatikan dirinya.

"Kau ini, menganggetkan saja," ucap Karin sedikit kesal.

"Lagi pula, kenapa tiba-tiba kau berhenti berjalan, apa ada yang mengganggumu?"

Karin tidak menjawab, dia kembali melihat ke arah sungai.

"Aku penasaran dengan sungai itu, seperti ada yang menarikku untuk melihat ke dalamnya," ungkap Karin.

"Jangan aneh-aneh, mana ada hal semacam itu. Mungkin kau hanya kelelahan, karena dari tadi kau di kejar segala macam siluman," ucap Rojer.

"Yah, mungkin ini hanya karena efek aku lelah," jawabnya menyetujui perkataan Rojer.

Karin merasa aneh dengan sungai itu.

Perasaannya mengatakan, bahwa ada seseorang yang menginginkan dirinya melihat ke dalam sungai.

"Abu jenazah Karent... Di buang di sungai itu," ucap Karin memberitahukannya.

Rojer hanya memperhatikan sungai itu dari jauh, dia tidak ingin melihat sungai itu dari dekat.

Seakan, dia merasakan bahwa Karent masih ada di sungai itu, makanya dia tidak berani mendekati sungai tersebut.

"Kau tidak ingin, melihatnya?" tanya Karin.

"Untuk apa aku melihat. Itu hanya sungai biasa," ucap Rojer menyilangkan tangan.

"Tapi, aku merasakan bahwa Karent masih ada di sungai itu. Kau tahu kan, seperti rohnya masih ada di sana," Karin menunjuk ke arah sungai.

Rojer tertegun dan mulai berkata dalam hati, "Kenapa dia bisa merasakan hal sama denganku?"

Blup... Blup...

Ada gelembung keluar dari sungai, seperti air panas yang mendidih.

Rojer dan Karin melihat ke arah sungai dan Karin secara perlahan, mundur.

"Menjauh dan berlindunglah di belakang pohon itu," perintah Rojer sembari menunjuk pohon besar di belakang mereka.

Karin bersembunyi di pohon yang di tunjuk oleh Rojer dan saat bersamaan Trisno dan Elis muncul.

"Ada apa ini, aku merasakan seperti ada sesuatu yang aneh," Elis menatap Rojer.

"Entahlah, kau lihat sendiri. Air sungai itu seperti mendidih," Rojer menunjuk ke arah sungai.

Wush!

Angin berhembus dengan pelan, membuat bulu kuduk mereka meremang.

Beer...

Muncul sesosok makhluk, dalam sungai dan gelembung air itu menghilang ketika makhluk itu muncul.

Makhluk itu mirip seperti manusia.

"Apa itu?" Trisno bertanya, tangan dan kakinya mulai gemetar.

"Sst, diamlah!" perintah Elis.

Rambutnya panjang dan rambut panjangnya menutupi wajahnya.

Karin yang melihat makhluk itu mulai bergidik ngeri sendiri.

Dia tidak berani bersuara, dia hanya bisa diam mematung di balik pohon.

Makhluk itu mulai sedikit bergerak maju ke depan.

Membuat semua orang yang melihatnya mundur perlahan.

Dia tidak berjalan tapi melayang, maju menghampiri Rojer dan yang lainnya.

"Cih, siapa kau?" tanya Rojer kesal.

Makhluk itu berhenti mendekat dan dia menunjukkan wajahnya yang asli.

Deg!

Semua terkejut melihat wajahnya.

"Karent?" ucap Rojer dan Trisno bersamaan.

"Kak Karent?" ucap Elis sambil mendekat ke arahnya.

Cukup lama mereka berdiam diri dan selang satu menit, Elis penasaran, dirinya mencoba mendekat ke arah makhluk yang wajahnya mirip dengan Karent.

Set!

Karent muncul tepat di depannya dan berkata membelakanginya, "Jangan mendekatinya!"

Karin menghadap ke arah Makhluk misterius dengan kedua tangan di rengnggang ke samping.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status