Share

Karent atau Karin?

Bab 5

Dia melihat pria itu tertempel di batang pohon beringin dalam keadaan tumbuhan berjalar melilitnya.

Dia pun segera menghampirinya dan semakin tercengang ketika melihat wajah pria itu.

"Dewa, sungguh tampan sekali orang ini!" Karin berdecak kagum ketika melihat Rojer.

Karin semakin mendekat kearahnya hingga tangannya menyentuh pipi pria itu.

"Dia manusia atau bukan, lalu kenapa dia bisa seperti ini?" gumamnya sambil meraba tubuh Rojer.

Saat sedang meraba tubuh Rojer, tidak sengaja Karin menyentuh dadanya dan merasakan ada benda keras yang menempel di tubuh lelaki itu.

"Apa ini, keras sekali?" gumamnya sambil berusaha mengambil peluru yang telah tertancap di tubuh Rojer.

Peluru yang selama tujuh belas tahun menancap di tubuhnya kini terlepas sudah.

Seketika itu juga Rojer terjatuh dari pohon dan dirinya jatuh tepat di atas tubuh Karin.

BRUK!

"Buset, tiba-tiba bisa jatuh begini?" Ujar Karin yang merasa risih karena tubuh Rojer secara tiba-tiba langsung terjatuh ketika dirinya mencabut peluru itu.

Saat itu juga Rojer sadar.

Uhuk ... Uhuk ...

Dirinya terbatuk.

Karin hanya bisa pasrah tertindih badan Rojer yang di rasanya cukup berat itu.

Kesadaran Rojer belum sepenuhnya utuh, kepalanya terasa masih sakit dan dadanya masih terasa ngilu akibat peluru yang tertancap.

"Hei, kalau sudah sadar, cepat berdiri. Badanku sakit tahu!" ujar Karin setengah emosi saat Rojer belum juga bangkit dari tubuhnya.

Rojer mendengar perkataan Karin dan dia langsung berdiri dalam keadaan sempoyongan.

Karin yang merasa lega langsung bangkit berdiri dan membersihkan tubuhnya dari kotoran rumput yang menempel di bajunya.

"Awas, kau perempuan aneh, hati-hati dengan dia!" suara aneh tiba-tiba muncul memperingati Karin.

Perasaan Karin mulai tidak enak, karena tiba-tiba saja muncul suara aneh yang entah datang dari mana.

Karin melihat ke arah pria yang baru saja menindihnya itu.

"Kenapa, kau ada di pohon itu?" tanya Karin membuka pembicaraan.

Rojer yang masih merasa pusing hanya bisa memegang kepalanya dan menjawab sekenanya saja, "Aku di segel."

Karin bingung dengan ucapannya.

Bzzt... Bzzt... Bzzt...

Terdengar suara lagi dari dalam semak-semak belukar.

Karin yang menyadari akan terjadinya sesuatu, langsung menuju ke belakang Rojer untuk berlindung.

"Kau ini, kenapa?" tanya Rojer heran.

"Bantu aku yah, please," kata Karin dengan wajah memelas.

"Minta tolong, bukannya ini sangat mudah bagimu?" Rojer mengejeknya.

"Mudah apanya, dari tadi aku di kejar-kejar makhluk aneh tahu!" Karin membela diri.

"Cih! Tidak berguna, kau sangat payah." Rojer berdecak dengan sinis.

Sret!

Muncul belut listrik berukuran seperti anak beruang kehadapan mereka.

Karin melotot dan ketakutan, dia mundur perlahan ke belakang dan bersiap untuk lari.

Namun niatannya langsung di ketahui oleh Rojer.

"Percuma kau lari, mereka pasti akan terus mengejarmu, Karent!" teriak Rojer yang memanggil Karin dengan nama Karent.

"Masa bodoh, ini tempat apa, sih? Kenapa semuanya berisi binatang-binatang aneh dan menjijikan?" ucapnya yang dibarengi dengan langkah seribu.

"Hei, Karent!" teriak Rojer memanggil nama Karent.

Karin sudah bosan dengan semua ini, dirinya hanya ingin berlari keluar dari hutan yang aneh ini.

"Tolong!" Teriaknya terus meminta tolong.

Belut itu mengikutinya tepat di belakangnya.

"Aaaa, belut sial*n. Pergi!" Karin memaki belut yang lebih pantas dibilang anak beruang.

Bzzt...

"Aaaa!" teriak Karin semakin kencang ketika belut itu berusaha untuk menyerang dengan kekuatan listriknya.

Karin semakin kencang berlari, namun dia tidak melihat akar pohon yang berada di tengah jalan.

BRUK!

Dirinya jatuh tersungkur.

"Ha, si*l sekali aku hari ini!" Karin memaki dirinya sendiri.

Saat itu Karin sedang melihat lutut dan kakinya yang terluka saat dia terjatuh tadi.

Bzzt...

Belut itu semakin mendekat, Karin melihatnya semakin mendekat.

"Jangan mendekat kau, tolong!" teriak Karin sambil terus meminta tolong.

Namun tidak ada yang mendengarnya.

Akhirnya belut itu tepat berada di depannya.

Karin semakin takut, badannya semua gemetaran. Dia bingung dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Saat belut itu akan menyerang, terdengar suara langkah kaki.

Tap ... Tap ...

Sret!

Muncul Rojer dari belakang.

Belut itu menghentikan gerakannya dan menoleh ke belakang.

"Bukannya kau punya, kekuatan. Kenapa kau lari?" ucap Rojer pada Karin.

"Kekuatan mata kau, gil*!" ucap Karin emosi.

Bzzt...

Belut itu ingin menyerang Karin.

"Aaaa!" teriak Karin.

"Cakar Petir!" Rojer menyerang dengan cakarannya.

Seketika belut itu hancur berkeping-keping.

Karin yang melihatnya tercengang sambil mulutnya terus menganga.

"Sudah aman 'kan?" ucap Rojer.

"Terima kasih," ujar Karin.

Dirinya langsung bangkit berdiri ketika belut itu telah mati.

"Karena aku telah menolongmu, cepat serahkan mutiara suci itu." Rojer menatap mata Karin dengan tajam.

Karin yang bingung dengan perkataan Rojer mulai was-was.

Dirinya menjauhi Rojer.

"Kenapa menjauh? Cepat serahkan mutiara suci itu!" perintah Rojer lagi.

Karin semakin ketakutan saat melihat wajah Rojer yang berubah memerah.

"Kau ini sudah, gila. Apa yang kau maksud dengan mutiara suci?"

"Tidak usah berpura-pura, Karent. Aku tahu kau menyembunyikan mutiara itu di dalam dirimu. Sekarang aku minta serahkan cepat!" ucapnya dengan lantang.

"Karent? Namaku Karin bukan Karent. Dari tadi kau selalu menyebutkan tentang mutiara suci. Aku benar-benar tidak tahu apa itu!" tegas Karin.

"Hmm, rupanya kau masih tidak ingin memberikan mutiara itu," wajah Rojer kembali memerah.

Tangannya mencengkeram pundak Karin.

Dia ingat sekali dulu dia telah melukai pundak Karent.

"Jika aku remas pundakmu ini, apa yang akan terjadi?"

"Dasar sint*ng!" maki Karin.

"Sint*ng? Yah, memang aku sudah sinting. Aku hanya ingin memiliki mutiara yang kau simpan," ungkapnya sembari tangannya terus mencengkeram kuat pundak Karin.

"Aaa, sakit! Apa sih maumu?"

"Serahkan mutiara suci, itu yang aku mau sekarang!" ungkap Rojer.

"Lepaskan, aku!" Ucap Karin sembari menendang perut Rojer.

Hal itu membuat dirinya terlepas dari cengkeramannya.

Rojer menahan rasa sakit yang luar biasa, padahal Karin hanya menendangnya tidak terlalu kuat.

Rojer jatuh tersungkur, dirinya terus memegang perut yang terasa sakit.

Karin melihat sebuah peluang, lalu ia segera melarikan diri menjauhi Rojer.

"Hei, jangan lari kau, Karent!" teriak Rojer menahan rasa sakit.

Karin terus berlari hingga ia keluar dari hutan larangan itu.

Dia menoleh kebelakang.

"Huh, sepertinya dia tidak mengejar," Karin menghentikan langkahnya. Dia berkata sambil berteriak, "Sebenarnya ini di mana?"

Teriakannya terdengar oleh Elis yang pada saat itu berada tidak jauh dari tempat Karin berada.

"Seperti ada yang teriak," ucap Elis.

Karena penasaran, Elis mencoba ke arah sumber suara teriakan yang ia dengar.

DEG!

"Kakak!" gumamnya lagi ketika melihat bahwa kakaknya hidup kembali.

Elis menghampirinya dan langsung memeluk Karin dari belakang yang di sangkanya adalah Karent.

"Eh, lepas!" ucap Karin tersentak sekaligus merasa risih saat Elis memeluknya.

Elis melepaskan pelukannya dan Karin menoleh ke arah belakang.

"Maaf, kau siapa?" tanya Karin tanpa basa-basi.

"Aku Elis. Ini aku Elis, kak," jawab Elis dengan senyum yang manis.

Karin makin di buat kebingungan akan ucapan seorang gadis yang baru saja memeluknya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status