Berbekal alamat seadanya, David nekat untuk menemui gadis bodoh si kondom bocor. Harusnya dia tahu sedari awal gadis kondom bocor sepertinya hanya menambah masalah. Rasa penasaran, rasa rindu, dan juga penyesalan terus ia rasakan. Dengan langkah yang terasa lesuh David memaksa diri untuk mencari di mana gadis bodoh tersebut. Harus berapa lama lagi dia terus-terusan tersiksa? Kembali menarik napas panjang ia menutupi matanya merasa jika dunia memang tak pernah adil padanya, selalu saja orang lain, ketika dia sudah bahagia dengan keluarga kecilnya, lagi takdir merampas paksa semua kenyamanan itu membuat kembali nelangsa, masuknya seorang anak kecil dalam hidupnya kembali memporak-porandakan seluruh hidupnya. David menyeret koper miliknya sambil melihat keadaan yang begitu ramai, tidak dengan hatinya yang terus saja tersiksa. Dia sedikit mengusap wajahnya dengan kasar. Pria itu membayangkan pertemuan mereka, apa Verena masih seperti dulu? Atau dia sudah dewasa sekarang? mengambil kepu
Kepalanya dia sandarkan sambil memeluk pinggangnya yang ramping. Di tengah malam buta, hujan deras yang mendera dan cuaca dingin yang terasa menusuk kulit.David memeluk tubuh Verena dari belakang mencari kehangatan, karena seluruh tubuhnya menggigil. Sepertinya dia kena hipotermia, karena kelamaan berdiri di bawah hujan menunggu Verena datang.Dengan pelan dan berhati-hati Verena mengayuh sepeda miliknya menuju flat. Selain menyusahkan perasaannya, Pak Tua juga menyusahkannya sekarang karena dia begitu berat dan dia harus mengayuh dengan susah payah.Dia bisa merasakan seluruh tubuh David gemetaran. Verena juga tak kalah menggigil, memang cari penyakit mereka berdua.“Tolong, terus seperti ini. aku tak mau kamu pergi lagi, kita masih punya banyak nama kota untuk nama anak kita,” bisik David. Pelukan di pinggangnya kian mengetat. Darahnya berpacu membuat Verena kembali bersemangat mengayuh sepedanya di antara tubuhnya yang kedinginan.“Kau memang selalu menyusahkan, Pak Tua!” sungut V
Setelah soup yang cukup menghangatkan perut mereka itu habis, Verena membereskan meja makannya dan langsung mencuci mangkuk yang mereka gunakan sebagai tempat soup.Punggung Verena terasa geli karena ia sadar tatapan David mengikuti seluruh gerakan tubuhnya dari belakang.“Hentikan tatapanmu itu, Pak Tua! Bisa-bisa punggungku kau tatap sampai bolong,” gerutu Verena. Urusan mencuci mangkuk sudah selesai, kini Verena berbalik dan langsung bertemu pandang dengan David.“Malam ini aku tidur di mana?” bisik David mengirimkan rasa geli pada seluruh tubuhnya. David terus saja tersenyum, sungguh dia sangat rindu pada gadis cacing ini.Verena berdecak kesal, ia tidak peduli pria itu ingin tidur di mana. “Kau bisa tidur di mana pun kau mau. Tidur di kandang singa juga aku tak peduli.”“Bagaimana kalau aku ingin tidur denganmu?” tanya David.“Terserah!”“Benarkah?” David menghampiri, tersenyum penuh hasrat pada Verena.Verena menjauh saat tiba-tiba David memojokkannya untuk duduk di sofa, sambil
“Pak Tua, bisakah kau berhenti? Kau seperti vampire haus darah. Kukira kau sudah menopause.” Verena mulai mengomel karena dia tidak bisa tidur sama sekali karena David terus menganggu mimpi indahnya. Demi Tuhan, sudah beberapa ronde mereka habiskan di toilet. Sedangkan tangan David terus saja menganggu dirinya. David terkekeh dan menggigit telinga Verena dengan gemas. Si kondom bocor tidak berubah sama sekali, dan dia memang suka gadis ini apa adanya. Karena gangguan tangan David di seluruh tubuhnya Verena membuka matanya selebar mungkin, dia tidak akan bisa tidur. Wanita itu menghadap langit begitu juga dengan David yang melakukan hal yang sama dengan kedua tangan saling menggengam.“Weekend aku akan ke rumah Mommy, Mommy selalu rindu pada cucunya. Mereka tim yang hebat dalam memasak dan bercocok tanam.”“Aku tidak sabar pagi menyapa Sydney,” pungkas David.Verena tersenyum tipis, mereka pernah punya masa lalu kelam bersama. Rasanya masih sakit hingga kini, walau pada akhirnya dia b
Pagi-pagi sekali pintu kamar Verena dan David sudah diketuk dari luar. Verena masih malas-malasan bangun karna dia masih mengantuk, sekarang weekend. Waktunya untuk tidur lebih lama dan tak memikirkan tentang pekerjaan."Pak Tua, bisakah kau buka kan pintu?. Aku masih sangat mengantuk," ucap Verena sambil memejamkan matanya dan berbalik arah memeluk selimutnya dengan kuat.David yang juga masih mengantuk terpaksa dia juga yang bangun. David dengan mata yang masih mengantuk dia berjalan menuju pintu. Dia tahu pasti si cerewet Sweeny yang tidak sabar bertemu dengan Oma dan Opanya, bocah cantik itu sudah sibuk menyiapkan baju khusus memasak dan juga dress cantik berserta keranjang untuk memanen buah.Setelah membuka pintu Sydney langsung memeluk David. "Sydney ada apa pagi-pagi sudah bangun?""Baba kau lupa? Ini sudah weekend, Baba. Kita akan mengunjungi rumah Oma dan Opa, bukan?" David seketika bari teringat akan hal tersebut. Pria itu tersenyum bangga, dia jadi tahu apa saja kesukaan
Rara masih terkejut saat melihat kedatangan Verena bersama dengan David dan cucunya. Selama ini memang Verena sering ke rumahnya bersama dengan cucu kesayangannya. Tapi, tidak bersama David.Wanita itu masih terdiam, akhirnya mereka bertemu? Sebenarnya dia senang tapi juga mengkhawatirkan Gerald suaminya yang masih tidak terima musuh bebuyutan berakhir Bersama putri kesayangannya. Semua orang tahu bagaimana dekatnya Verena dan Gerald sejak dulu."Mom, Daddy ada tidak?" tanya Verena saat Sydney ada di gendongan Mommy-nya. Sydney senang luar biasa.“Oma, aku tidak sabar kita memasak, kita memanen dan berbalanja,” pekik Sydney dengan begitu antusias. Akhirnya dia akan akan bersenang-senang.“Oma, aku sudah punya baju chef untuk memasak. Motif strawberry,” lapor Sydney dengan semangat. Rara tertawa dan mengangguk, memeluk dengan sayang cucunya yang sangat cerewet. Jika anak-anak Skye lebih banyak diam, maka Sydney punya kelebihan banyak energi."Daddy masih ada urusan." Verena menghela na
Gerald masih saja meninju David habis-habisan. Kekesalannya sangat memuncak kala melihat laki-laki tua itu muncul lagi di hadapannya. Selama ini dia sudah amat senang anaknya Verena tidak perlu dekat dengannya. Tapi, malah laki-laki itu muncul lagi. Dendam di masa lalu membuatnya kian membabi buta, David adalah daftar orang yang paling dia benci dan mendengar Namanya saja seluruh kemarahan di muka bumi muncul."BRENGSEK KAMU, DAVID! MEMBUSUK SANA DI NERAKA!" Setiap pukulan tanpa ampun dia lampiaskan kepada David."Fuck! Gerald aku cinta dengan Verena. Apa salahnya aku menikahinya. Kita saling mencintai. Lupakan semua masa lalu kita, kamu juga punya salah, bukan?" ucap David di sela-sela kemarahannya. Langsung saja Gerald meninju mulut David yang masih mampu mengucapkan kata-kata tersebut.“Shut up! Mulut jelekmu dilarang untuk berbicara!”“Ahhhhh!” David menggerang kesakitan saat jari-jari tangannya kembali berbunyi beruntun, sepertinya tulang-tulangnya patah segera."Kamu itu groomin
Gerald menggelengkan kepala melihat cucunya yang lengket sekali dengan David. Hampir anak itu selalu berada di dekat David padahal dia masih belum puas menghabisi laki-laki itu. Hatinya masih keras untuk merelakan begitu saja, David tidak pantas bersanding dengan Verena, putri kesayangannya. "Daddy kenapa tidak suka dengan David?" tanya Verena pada ayahnya yang masih memasang wajah tidak senang sama sekali melihat David. Kalau bisa dia ingin menelan David bulat-bulat saking tak suka dengan rasa benci dan dendam yang sudah mendarah daging. "Bagaiman Daddy mau suka. Dia penjahat kelamin, usianya sudah tua. Dia tidak pantas untuk hidup bersama kalian, cocoknya membusuk di neraka,” balas Gerald dengan berapi-api. "Daddy! Daddy tidak puas bikin David babak belur? Daddy tidak kasihan pada Sydney yang tak suka Babanya dihabisi oleh Opanya sendiri? Daddy mengajarkan anak kecil untuk berbuat kekerasan!" "Suruh dia pergi, Verena. Untuk apa dia di sini,” ungkap Gerald dengan nada jengke