Pagi-pagi sekali pintu kamar Verena dan David sudah diketuk dari luar. Verena masih malas-malasan bangun karna dia masih mengantuk, sekarang weekend. Waktunya untuk tidur lebih lama dan tak memikirkan tentang pekerjaan."Pak Tua, bisakah kau buka kan pintu?. Aku masih sangat mengantuk," ucap Verena sambil memejamkan matanya dan berbalik arah memeluk selimutnya dengan kuat.David yang juga masih mengantuk terpaksa dia juga yang bangun. David dengan mata yang masih mengantuk dia berjalan menuju pintu. Dia tahu pasti si cerewet Sweeny yang tidak sabar bertemu dengan Oma dan Opanya, bocah cantik itu sudah sibuk menyiapkan baju khusus memasak dan juga dress cantik berserta keranjang untuk memanen buah.Setelah membuka pintu Sydney langsung memeluk David. "Sydney ada apa pagi-pagi sudah bangun?""Baba kau lupa? Ini sudah weekend, Baba. Kita akan mengunjungi rumah Oma dan Opa, bukan?" David seketika bari teringat akan hal tersebut. Pria itu tersenyum bangga, dia jadi tahu apa saja kesukaan
Rara masih terkejut saat melihat kedatangan Verena bersama dengan David dan cucunya. Selama ini memang Verena sering ke rumahnya bersama dengan cucu kesayangannya. Tapi, tidak bersama David.Wanita itu masih terdiam, akhirnya mereka bertemu? Sebenarnya dia senang tapi juga mengkhawatirkan Gerald suaminya yang masih tidak terima musuh bebuyutan berakhir Bersama putri kesayangannya. Semua orang tahu bagaimana dekatnya Verena dan Gerald sejak dulu."Mom, Daddy ada tidak?" tanya Verena saat Sydney ada di gendongan Mommy-nya. Sydney senang luar biasa.“Oma, aku tidak sabar kita memasak, kita memanen dan berbalanja,” pekik Sydney dengan begitu antusias. Akhirnya dia akan akan bersenang-senang.“Oma, aku sudah punya baju chef untuk memasak. Motif strawberry,” lapor Sydney dengan semangat. Rara tertawa dan mengangguk, memeluk dengan sayang cucunya yang sangat cerewet. Jika anak-anak Skye lebih banyak diam, maka Sydney punya kelebihan banyak energi."Daddy masih ada urusan." Verena menghela na
Gerald masih saja meninju David habis-habisan. Kekesalannya sangat memuncak kala melihat laki-laki tua itu muncul lagi di hadapannya. Selama ini dia sudah amat senang anaknya Verena tidak perlu dekat dengannya. Tapi, malah laki-laki itu muncul lagi. Dendam di masa lalu membuatnya kian membabi buta, David adalah daftar orang yang paling dia benci dan mendengar Namanya saja seluruh kemarahan di muka bumi muncul."BRENGSEK KAMU, DAVID! MEMBUSUK SANA DI NERAKA!" Setiap pukulan tanpa ampun dia lampiaskan kepada David."Fuck! Gerald aku cinta dengan Verena. Apa salahnya aku menikahinya. Kita saling mencintai. Lupakan semua masa lalu kita, kamu juga punya salah, bukan?" ucap David di sela-sela kemarahannya. Langsung saja Gerald meninju mulut David yang masih mampu mengucapkan kata-kata tersebut.“Shut up! Mulut jelekmu dilarang untuk berbicara!”“Ahhhhh!” David menggerang kesakitan saat jari-jari tangannya kembali berbunyi beruntun, sepertinya tulang-tulangnya patah segera."Kamu itu groomin
Gerald menggelengkan kepala melihat cucunya yang lengket sekali dengan David. Hampir anak itu selalu berada di dekat David padahal dia masih belum puas menghabisi laki-laki itu. Hatinya masih keras untuk merelakan begitu saja, David tidak pantas bersanding dengan Verena, putri kesayangannya. "Daddy kenapa tidak suka dengan David?" tanya Verena pada ayahnya yang masih memasang wajah tidak senang sama sekali melihat David. Kalau bisa dia ingin menelan David bulat-bulat saking tak suka dengan rasa benci dan dendam yang sudah mendarah daging. "Bagaiman Daddy mau suka. Dia penjahat kelamin, usianya sudah tua. Dia tidak pantas untuk hidup bersama kalian, cocoknya membusuk di neraka,” balas Gerald dengan berapi-api. "Daddy! Daddy tidak puas bikin David babak belur? Daddy tidak kasihan pada Sydney yang tak suka Babanya dihabisi oleh Opanya sendiri? Daddy mengajarkan anak kecil untuk berbuat kekerasan!" "Suruh dia pergi, Verena. Untuk apa dia di sini,” ungkap Gerald dengan nada jengke
Verena kembali lagi ke dapur. Dia melihat anaknya yang antusias memasak bersama Mommy-nya. Di tempat lain David duduk di kursi meja makan dekat dapur sambil mengawasi mereka. Verena lebih memilih mendekat ke arah David dan menanyakan keadaannya. "David...." panggil Verena dan dia duduk di sebelah David. "Kenapa, Verena?" tanya David mengalihkan pandangannya kepada Verena. "Apa wajahmu kembali sakit setelah Daddy lagi-lagi memukulmu?" "Tidak, Sayang. Tenang saja. Aku kuat demi kamu." Verena tersenyum tipis."Tapi, tetap saja wajahmu babak belur lagi. Aku ambilkan kotak obat lagi ya biar aku obati lukamu. Jangan keras kepala, Pak Tua." David mengangguk. Dia kembali melihat anaknya yang antusias Memasak bersama Rara. Dia tidak peduli berapa pukulan yang dilayangkan Gerald karena kemarahannya asalkan Sydney akan kembali ke pelukannya dan Gerald akan menerimanya. Pria itu menghela napas, entah sampai kapan dia akan melunak. "Baba ... Baba jangan ke mana-mana ya disitu saja dekat
Gerald masuk ke dalam kamarnya. Dia kesal melihat keakraban David dengan anak dan cucunya. Bahkan sekarang cucunya enggan dekat dengannya karena David. Rara yang melihat David masih dengan raut wajah semrungut pun menaikkan satu alisnya bingung, suaminya memang sangat keras kepala. Sekali tak suka akan tetap pada pendiriannya. Apalagi sudah sejak lama dia menyimpan dendam pada David. Mereka memang punya masa lalu yang tidak mengenakan."Ada apa lagi sih, Daddy? Wajah kamu seperti anak kecil, yang meminta permen tak dikasih atau seperti kurang jatah," ucap Rara saat melihat Gerald yang masuk lalu duduk di kasur dengan kasar."Hem,” gumam Gerald sedang dalam mood yang tidak baik. Puluhan tahun dia mengenal suaminya, tentu saja Rara tahu lahir batin apa yang Gerald rasakan, hanya saja terlalu egois jika kebahagiaan anak kecil yang tidak tahu apa-apa dikorbankan hanya karena orang dewasa yang tidak mau mengalah. "Jangan buat wajah seperti itu. Seperti anak kecil saja." "Aku tak suka,
Setelah Gerald menyetujui acara pernikahan, David dan Verena dia tidak berhenti senyum. Setelah penantian sejak kemarin dan penantian lama ditinggal David akhirnya mereka benar-benar bisa berkumpul. "Kira-kira Daddy kenapa ya tiba-tiba setuju kita nikah? Mana ngomongnya digantung-gantung lagi bikin aku deg-deg an sendiri dari tadi," ucap Verena. Mereka kini sedang tidur berdua. Verena masih memikirkan bagaimana tadi Daddy-nya bisa menerimanya begitu saja. "Ya tentu bagus, bukan? Sehingga kita tidak usah menunggu lama lagi,” jawab David. Mereka sama-sama lega dengan sikap Gerald yang mendadak berubah "Pasti Daddy luluh karena diancam Mommy. The power of senjata Mommy dan aku tahu sekali apa yang Mommy ancamkan. Hahaha, Daddy kalau sama anak-anaknya tegas tapi sangat takut pada istri," ucap Verena sambil tertawa geli membicarakan ayahnya yang langsung jadi tikus kecebur got kalau sang istri sudah marah. "Ya, aku seharusnya juga berterimakasih kepada Rara. Walaupun, Rara awalnya
Skye menatap ke arah bocah kecil yang sedang berjalan melaluinya itu dengan tatapan bingung. Bagaimana bisa dia melewatkan hal terpenting di hidup adiknya? Ia tidak mengetahui sama sekali bagaimana caranya keponakannya itu bisa mendapatkan ayah baru. Maksudnya bagaimana pada akhirnya Verena luluh dan bisa menerima David kembali, padahal dari awal Verena yang meminta agar menutup semua akses yang berhubungan dengan David.Akhirnya karena penasaran, Skye bergegas keluar. Ia melihat Verena dan David yang berinteraksi bersama, keduanya tampak saling mencintai terpancar dari wajahnya. Walau bagi Skye masih terasa aneh karena Verena berakhir dengan pria tua yang seumuran dengan ayahnya.Pria tua itu juga menatap ke arah adiknya penuh cinta dan hal itu terlihat sama sekali tak wajar di mata Skye. Akhirnya semua orang menyadari kehadiran dari Skye. Skye kemudian menghampiri mereka dengan langkah yang dibuat sedikit cepat.Tempo yang cepat itu sebenarnya Verena artikan dengan Skye tidak sabar