suara apakah itu? vote dan komen cerita ini ya agar saya semangat menulis bab-bab selanjutnya terima kasih sudah menyempatkan waktu membaca cerita saya
Zraaass Suara hujan yang tidak henti-hentinya mengguyur Desa Muara Ujung pada malam itu, membuat suasana yang awalnya tenang menjadi sedikit kelam. Apalagi hujan yang sangat deras adalah sebuah hambatan bagi para warga untuk beraktifitas di keesokan harinya. Karena mungkin saja, hujan itu akan menggenangi sebagian tempat dan kebun-kebun mereka yang mengakibatkan mereka harus bekerja keras agar tanaman mereka tidak rusak oleh guyuran hujan yang sekarang terjadi. Selain itu, kita semua tahu, hujan pada malam hari sangat erat hubunganya dengan sesuatu yang tidak terlihat, sesuatu yang sering muncul entah darimana dan mengganggu tidur kita semalaman penuh. Hawa yang sangat dingin, juga perasaan yang terasa sunyi dan sepi ketika hujan tiba, membuat tubuh pun serasa menggigil ketakutan, indera perasa kita akan semakin sensitif atas semua suara-suara yang muncul di tengah-tengah suara hujan yang terdengar keras diluar rumah. Aku yang kini duduk dan menemani Ayu yang sedang tertidur pun m
[10 May 1996 hujan yang begitu deras kini semakin menambah kesepian yang aku alami bersama Ayu, aku sungguh tidak percaya atas apa yang terjadi kemarin malam. Di saat sosok yang aku cintai kini mendadak berubah menjadi sosok yang ingin aku hindari sekarang. Aku tidak tahu apa yang terjadi antara kamu dengan Ayu, aku tidak tahu kenapa kamu melakukan itu. Aku harap, itu bukanlah dirimu yang sebenarnya, namun itu adalah makhluk lain yang menyerupai dirimu yang sedang mengincar anakmu yang kini tertidur di dekat ku pada saat ini. Aku tidak pernah berpikir, anak sekecil ini akan mengalami kejadian yang mengerikan, mengalami sesuatu yang mungkin saja akan terpatri dalam dirinya bahwa ayahnya sendiri menjadi hantu dan menerornya semalaman. Koper kuning yang Pak Ridwan bicarakan belum sempat aku buka, koper yang kini berdebu karena disimpan di atas lemari membuatku berpikir, sebenarnya ada apa di balik hidupmu yang misterius itu. Apa hubunganya orang-orang yang membencimu dengan Ayu yan
Zraaass... Tengah malam sudah berlalu, namun air hujan yang turun tampaknya masih belum menunjukan tanda-tanda berhenti. Suasana malam yang seharusnya diambil alih oleh suara-suara hewan malam yang aktif mencari makan saat langit bertabur bintang dan sinar bulan yang menjadi raja di malam hari, kini justru berubah menjadi awan hitam yang terus memuncahkan percikan-percikan air dari atas sana. Hawa dingin yang menusuk kulit membuat siapa saja ingin berada di tempat yang hangat, di selimuti oleh selimut tebal atau berdiam diri di dekat perapian. Namun kali ini tampaknya ada sesuatu yang berbeda. Pak Ridwan yang entah bagaimana bisa berpindah dari rumahnya sendiri, kini justru duduk dan tidak berdaya di suatu tempat yang tampak tidak asing. Suatu tempat yang berada di ujung hutan, yang berbatasan dengan kebun warga yang ada di belakang. Suatu tempat, yang menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi sahabatnya yang ikut bersama dirinya untuk tinggal di desa ini. Batu nisan yang han
"AYU? KENAPA KAMU MEWUJUDKAN DIRIMU SEBAGAI AYU? ” Pak Ridwan tampak benar-benar tercengang atas apa yang dia lihat sekarang, sosok yang keluar dari bayangan hitam yang dia lihat merupakan Ayu dengan tubuhnya yang masih penuh luka yang sempat dia obati tadi siang. Rambutnya yang panjang dan terurai panjang, kini tampak basah oleh hujan yang masih mengguyur mereka di dekat makam Satria yang menjadi saksi bisu atas apa yang terjadi di malam ini. Perban-perban yang menempel tubuhnya kini terlihat basah. Bahkan beberapa dari perban itu terlihat mengelupas dan jatuh ke tanah yang penuh lumpur, menyisakan luka-luka yang belum mengering sehingga tubuhnya kembali berdarah. Ayu terlihat tersenyum di tengah guyuran hujan, sebagian rambut panjangnya menutupi wajahnya yang kini terlihat menyeramkan. Entah apa yang terjadi kepada dirinya, apakah dirinya kembali dirasuki oleh hantu Satria seperti kemarin malam, atau ada sosok yang lain yang sedang menyerupai dirinya. Pak Ridwan yang tidak be
Di sebuah ruangan, tampak seseorang yang sedang duduk, dia memakai baju kaos dengan tulisan ‘kebebasan’ berwarna hitam juga celana jeans panjang serta tas ransel besar yang disimpan di sebelahnya. Orang tersebut terlihat santai, melihat situasi di ruangan tersebut yang tampak sibuk karena lalu lalang manusia yang masuk dan keluar dari ruangan tersebut. Terlihat, ada sebuah speaker kecil yang menempel di sudut ruangan, speaker itu seringkali berbunyi memanggil orang-orang yang sedang duduk disana satu persatu hingga akhirnya masuk ke pintu yang berada di sebelahnya Orang tersebut hanya duduk terdiam di sana, beberapa kali dia membalik halaman koran yang disediakan di ruangan tersebut. Dengan santai dia membaca berita-berita yang sedang heboh di negeri ini. Terutama berita-berita tentang hilangnya orang secara misterius, yang hampir setiap hari menjadi bahan obrolan masyarakat, orang-orang yang di tato, orang-orang yang mempunyai jejak kriminal, semuanya menghilang. Namun, terselip
Hujan yang mengguyur Desa Muara Ujung kini telah usai, ketika sang matahari secara perlahan-lahan muncul dari ufuk timur untuk mengusir awan-awan hitam yang masih tersisa di langit.Cahaya kuning kemerahan yang menghangatkan terlihat kontras dengan awan hitam yang masih membungbung tinggi di atas sana. Seperti ada sebuah garis yang panjang yang saling beradu antara cahaya matahari dan gelapnya awan yang menutupi desa.Sisa-sisa hujan yang terjadi semalam terlihat jelas. Dedaunan yang basah meneteskan air hujan di pagi itu, air yang bercampur lumpur yang menggenangi jalanan utama desa yang lurus hingga ke ujung sana, juga tempat-tempat penampungan air yang penuh di belakang rumah untuk keperluan mandi dan mencuci para warga.Desa Muara Ujung perlu bersyukur di pagi ini, karena hujan yang lebat itu tidak mengakibatkan air rawa yang ada di ujung hutan naik dan menggenangi desa mereka seperti yang terjadi dua bulan yang lalu.Desa mereka masih aman dari banjir sekarang, meskipun tampaknya
“Bentar-bentar Pak bentar, kenapa Pak Ridwan tergesa-gesa seperti itu?”“Ada apa sebenarnya?” tanyaku dengan nada yang heran.Aku merasakan firasat yang buruk tentang apa yang sedang dilakukan oleh Pak Ridwan, apalagi ketika dia sedang berkeliling rumah, beberapa kali dia menanyakan Ayu, bahkan mendekati Ayu untuk mengecek semua luka-lukanya yang belum sembuh sepenuhnya.Hingga…Pak Ridwan dengan nada yang serius mengatakan bahwa apa yang terjadi kepadaku dengan Ayu kini terjadi kepadanya kemarin malam di tengah hujan deras yang mengguyur desa, dia bercerita bahwa dirinya dipindahkan secara paksa ke makam Satria pada malam itu.Dia juga bercerita bahwa dia bertemu dengan sesosok bayangan hitam yang merubah dirinya menjadi Ayu, bahkan dia mengatakan bahwa dia juga melihat sosok Satria yang muncul dan memandangi dirinya dengan tatapan kosong dari luar jendela.Setelah dia bercerita, Pak Ridwan kini bertanya tentang Ayu kepadaku, menanyakan apakah Ayu keluar rumah tadi malam, atau ada se
Hujan yang terjadi kemarin malam, membuat siang hari di Desa Muara Ujung kini terlihat sangat cerah, langit biru yang ditemani oleh beberapa awan putih membuat suasana hati menjadi hangat.Apalagi, angin sepoi-sepoi dari arah hutan yang sedikit sejuk membuat rasa lelah dari para warga yang sedang bekerja di kebun di siang ini semakin berkurang.Mereka tampak tak kenal lelah menggarap kebun-kebun mereka, air hujan yang mengguyur desa semalaman membuat beban kerja mereka sedikit berkurang, karena mereka sekarang hanya perlu menyiram pupuk cair saja dan mencabut tumbuhan-tumbuhan liar di kebun tanpa harus menyiram tumbuhan-tumbuhan mereka.Selain sibuk di kebun, para warga biasanya pergi ke rawa untuk mencari ikan, apalagi air rawa yang naik akibat hujan semalam membuat mereka bisa melemparkan jaring-jaring mereka ke tempat yang mereka bisa jangkau untuk mencari ikan.Kejadian yang mengakibatkan hilangnya nyawa Satria tidak menyurutkan niat mereka untuk mencari ikan disana, tidak ada ras