_______"Kita mau kemana, Kak?""Kau tenang saja, aku hanya akan ajak kamu shopping!" Sahut Yazdi tanpa mengalihkan pandangannya fokus ke depan sambil menyetir.Aline hanya menarik napas perlahan, kedua tangannya saling mencengkram hingga sampai berkeringat. Pun bibir bawah yang digigit itu kian memerah, sebab rasa gugup yang tiada terkira. Tanpa sadar hal ini justru membuat senyuman laki-laki disampingnya menyeringai."O, ya. Dimana Syahdan?" Basa basi Yazdi seraya menghentikan laju kendaraan. Tentunya, telah sampai di tempat tujuan.Aline hanya menoleh sekilas, selebihnya kembali menunduk. "Dititipkan sama ibu, Kak!" Imbuhnya.Yazid mengangguk-angguk, seraya tangan mulai melepaskan seatbelt yang melingkar di pinggangnya."Kita mau kemana, Kak? Kenapa berhenti di sini?" Aline yang terkejut, hanya mendongak."Kan tadi sudah bilang, mau ajak kamu belanja!" Kekeh Y
_______"Kalau kau tak mau, tak usah dipaksakan!" Haris berucap lirih seraya menoleh ke arah Maheera. Ia ingin semuanya mengalir dengan sendirinya. Seperti dirinya yang akan menjalankan alur hidup dengan melakukan hal yang menjadi seharusnya. Mencintai apa yang saat ini ia miliki, dan melupakan apa yang telah pergi dengan mengikhlaskan.Sedangkan wanita yang terbaring memunggungi, hanya mencengkram kuat tangannya satu sama lain. Namun, dirinya pun mengerjapkan mata sesaat untuk mengusir rasa gundah yang menghimpit rongga dadanya.Tak ada kalimat yang kembali terucap dari mulut keduanya. Haris meraup udara sebelum ia pun ikut berbaring di samping Maheera. Tidur dengan saling membelakangi, tapi bukan berati tak ingin bersentuhan sebab belum hadir rasa cinta di antara mereka. Haris sibuk dengan pikirannya yang melanglang buana akan kemungkinan apa yang akan dilakukannya. Baginya, ini terlalu cepat disamping ia belum bisa menghilangkan
_________"Ini banyak banget, Kak. Apa istrimu tidak marah?" Aline membuka satu persatu paper bag yang berisi pakaian dengan ragam merk.Yazid hanya duduk dengan kaki satu di angkat dan diletakan pada betis kaki sebelah. Dengan tangan mengapit rokok yang berkali-kali disesapnya sehingga menguarkan asap yang membumbung tinggi, membalas dengan anggukan kepala."Bagaimana, kau suka, Aline?" Yazid menatap instens pada sosok perempuan yang tengah berbinar membuka satu persatu pakaian pemberiannya."Suka banget, Kak."Aline berseru girang."Itu belum seberapa."Pernyataan Yazid membuat gerakan adik tirinya yang tengah sibuk melipat kembali pakaian yang jumlahnya banyak, terhenyak. Aline menatap sosok laki-laki berusia tiga puluh tahun didekatnya menyesap rokok yang masih seukuran jari telunjuk."Maksudnya-"Pertanyaan itu terbantahkan saat terdengar suara pintu diketuk,
_________"Khaila tidak mau, Khaila mau cari bunda!" Amuknya.Dengan susah payah Haris menahan kakinya agar tidak nekad membuka pintu. Ia berkali-kali menenangkan Khaila yang terus menerus menendang-nendang dua daun pintu meminta dibuka."Sayang, cari bundanya esok saja ya!" Dengan lembut Haris berjongkok, dan memeluk putrinya dengan erat untuk menenangkan "Sekarang sudah malam, hujan lagi.""Khaila takut kan sama petir?""Tapi, Khaila kasian sama bunda. Pasti bunda dan dedek bayi kehujanan!" khaila menengadah, menatap ayahnya disela membiarkan air mata itu mengalir dari lubang kecil di pelupuk matanya."Kita harus cari bunda, Ayah!" Khaila menarik kerah baju ayahnya. Namun, dengan lembut Haris menarik diri."Esok saja ya, sayang! Sekarang takut hujan!""Gak mau,""Sayang!""Pokoknya tidak mau, Khaila maunya sekarang, Titik!" Bantah Kh
______"Hei, siapa yang mencuri anakku?"Aline yang baru selesai menenggak air untuk sekedar menghilangkan dahaga, dikejutkan kala kembali ke tempat dimana ia meletakkan Syahdan, bayi itu tidak lagi ada. Panik dan rasa bersalah bergumul dalam benaknya hingga ia mencari-cari seperti orang kese-tanan."Mbak, lihat anak yang mencuri anak saya, Gak?" Aline mendongak sehingga tubuhnya sebagian masuk ruangan."O, jadi yang ditaruh di depan ruko itu anak Mbak?" Sinis pemilik toko saat ditanyai."Sudah di ambil tuh sama bapaknya!" Mata Aline membeliak mendengar jawaban ketus wanita bertubuh gempal di hadapannya. "Maksudnya?"Wanita yang menggunakan lipstik orange itu menunjuk ke arah jalan. Aline segeralah menoleh kemana jari telunjuk itu mengarah. Dan, seketika tangannya membekap mulut serta kepala yang menggeleng cepat."O, Terima kasih, Mbak!"Alin
________"Biar Mas saja, Yang!" Cegah Justine saat Risma beringsut hendak bangkit. "Kamu disini saja jaga Zidan!"Mendengar kalimat itu, Risma balas menatap suaminya isyarat tanya yang langsung mendapatkan anggukan sebagai jawaban. "Terima kasih, Mas!"Justin melukis senyum di bibirnya yang tipis serta mendaratkan sejenak kecupan singkat di pucuk kepala berbalut hijab itu. Sedangkan Halimah, wanita sebagai asisten rumah tangga itu melangkah mundur setelah dipastikan penyampaiannya diterima baik oleh sang majikan. Siap kembali untuk melanjutkan aktivitasnya mengelap guci-guci yang sempat tertunda."Apa maksudmu menampakan batang hidungmu? Apa juga katamu yang ingin mengambil hakmu?" Justin memberondong pertanyaan setelah ia berada di luar gerbang setelah beberapa detik melangkah cepat dan tahu siapa yang datang."Aku hanya ingin mengambil alih asuh anakku, Justin." Lantang laki-laki yang kini memiliki cam
_______"Apa yang terjadi dengan Maheera?" Haris me-me-kik dengan menatap Risma.Wanita yang belum lama menyandang gelar sebagai istri dan ibu itu tak memberikan Jawaban, hanya jari telunjuk yang di arahkan ke arah dimana semula ia duduk."Maheera?"Haris dan Justine reflek me-me-kik saat melihat sosok yang dimaksud. Tanpa komando, keduanya berlari ke arah dimana perempuan bercadar itu berada."Maheera, apa yang terjadi padamu?" Haris merengkuh bahu Maheera, dan sedikit menekan tengkuknya.Maheera hanya menjawab dengan gelengan kepala, sedangkan mulutnya tidak berhenti terus memuntahkan cairan berwarna merah yang kental dan berbuku-buku. Meksipun terhalang oleh kain niqab, Tapi tak membuat darah itu tersembunyi sebab tembus dan berceceran di lantai setelah mengenai rol yang dikenakannya."Maheera!""Antar aku ke kamar, Mas!" Pinta Maheera mengabaikan pertanyaan-pertanyaan suaminya.Haris terdiam sejenak dan menoleh ke arah Risma, Ibunya menuntut penjelasan. Namun, belum dapat jawaban
_______"Aku,""Aku hanya tak ingin kau tahu penderitaanku, Kak!" Tutur Maheera serak seraya menatap suaminya nanar. "Aku mengidap penyakit ini sejak berumur lima tahun,""Lantas, kenapa kau sembunyikan ini, Maheera. Justru tindakanmu yang seperti ini membuat aku harus menanggung derita dua kali lipat!""Aku hanya ingin menikmati sisa hidupku untuk mengabdi pada sosok yang bernama suami, Kak. Setelah tidak mungkin pada kedua orang tua sebab mereka telah tiada," Maheera berucap lirih dengan tetap menatap suaminya nanar."Itu alasan selanjutnya kenapa aku ingin dinikahi kakak!" Tuturnya lagi dengan suara yang hampir tidak terdengar.Mendengar kalimat yang cukup menyayat, tak bisa Haris untuk tidak tersedu. Air matanya menitik kembali bersamaan dengan tangan yang merangkul tubuh Maheera. Padanya Haris memang belum ada cinta, sebab tak juga berhasil menggantikan sosok Aline. Hanya iba, serta rasa tanggung jawab yang membuat selama ini ia bersikap teramat lembut dan memperlakukan Maheera s