______"Ada apa, Ris? Kenapa Risma pindah?" Mutmainah yang sedari tadi samar-samar menangkap pembicaraan Haris dan Risma di via telepon, menarik bokongnya dan mendekati sang putra. "Dan kenapa pula mesti mendadak?""Katanya, kedua orang tua Justin ingin ditemani putranya di akhir usia. Jadi, dia minta mereka tinggal di rumah yang berdekatan!" Sahut Haris memberikan penjelasan."Lo, terus rumah yang itu bagaimana?""Semula dia titipkan padaku, Bu. Setelahnya mungkin akan dijual, atau dijadikan rumah sewaan!"Mendengar penjelasan dari sang putra, Mutmainah menggedikan bahunya. "Ya, itu lebih baik sih. Kalau pemiliknya rukun!"" Daripada rumah kamu yang dibiarkan kosong molompong!" Mutmainah mencabik, kembali memalingkan wajahnya pada layar televisi tepat menayangkan film legend suara hati seorang istri."Kan itu rumah sejarah antara aku dan Aline, Bu. Jadi, canggung dijual jika
______"Ada apa, Ris? Kenapa Risma pindah?" Mutmainah yang sedari tadi samar-samar menangkap pembicaraan Haris dan Risma di via telepon, menarik bokongnya dan mendekati sang putra. "Dan kenapa pula mesti mendadak?""Katanya, kedua orang tua Justin ingin ditemani putranya di akhir usia. Jadi, dia minta mereka tinggal di rumah yang berdekatan!" Sahut Haris memberikan penjelasan."Lo, terus rumah yang itu bagaimana?""Semula dia titipkan padaku, Bu. Setelahnya mungkin akan dijual, atau dijadikan rumah sewaan!"Mendengar penjelasan dari sang putra, Mutmainah menggedikan bahunya. "Ya, itu lebih baik sih. Kalau pemiliknya rukun!"" Daripada rumah kamu yang dibiarkan kosong molompong!" Mutmainah mencabik, kembali memalingkan wajahnya pada layar televisi tepat menayangkan film legend suara hati seorang istri."Kan itu rumah sejarah antara aku dan Aline, Bu. Jadi, canggung dijual jika
______Aline menunduk untuk menetralkan gelombang yang saling tabrak dibenaknya. Sesekali ia mengangkat wajah, menatap sosok Mikhaila yang terus memeluk Syahdan, juga Mutmainnah yang menatapnya tajam secara silih berganti. Sungguh, jika selama ini sering mendapatkan pilihan, pilihan sekaranglah yang paling sulit. Patuh demi buah hati, atau bertahan demi harga diri."Aku bisa membencimu hingga mengakar, tapi tidak untuk memutuskan tali darah antara anak dan ibu. "Ketus Mutmainah nyaris hilang kesabarannya yang memang tipis. "Maka dari itu, masih menahan diri aku mintai satu keputusan darimu, Aline!"Mata Mutmainnah yang tak lagi bening itu terus menatap sang menantu dengan penuh kobaran api di netranya. Sesekali ia meraup udara sebanyak-banyaknya serta membuang sangat kasar."Baiklah," Tutur Aline sambil menarik napas."Aku memilih Khailanya yang tinggal bersamaku!" Dengan satu tarikan napas, kalimat itu
PrologAwalnya aku mengira Mas Haris memang sudah tidak peduli padaku, sebab ia selalu memberikan nafkah yang berselisih jauh dengan gajinya. Juga, keadaan yang tengah merantau membuat aku diliputi praduga bahwa ia mencari kehangatan pada wanita lain disana. Romli, tetangga yang hanya terhalang tempat jemuran juga mengalami hal yang nyaris sama. Diabaikan oleh istrinya yang memang berkarir dan enggan cepat punya anak membuat skandal tercipta di antara kami. Hingga dikaruniai anak laki-laki yang dilakukan tak jauh sebelum Mas Haris pulang. Saat berusia satu Minggu, aku meminta suamiku pulang dan langsung menyeretnya ke tempat peraduan hingga dia mengira bahwa anak yang bernama Syahdan adalah darah dagingnya.Namun, siapa sangka bahwa hal ini justru melemparkan aku ke jurang penyesalan yang teramat dalam. Mas Haris sebaliknya dari yang aku kira. Dan selingkuhanku, Romli tidak seperti yang aku perkirakan. Tak tahu, apakah aku sanggup menjahit kain yang sudah terkoyak? Atau justru semaki
SELINGKUH DENGAN TETANGGA 1_______________"Yakin di rumah masih ada, Mbak?""Tenang, Jeng. Tadi kebetulan masak semurnya lumayan banyak!" Aku melirik ke arah suamiku yang tengah duduk dekat ranjang bayi. Mas Haris nampak acuh, dan malah asyik menghibur anakku yang tentu tidak akan mengerti apa yang dilakukan olehnya. Pasalnya, Syahdan baru berusia lima puluh hari dari kelahiran."Tapi, aku jadi merasa tidak enak, Mbak. Hampir setiap hari Mbak banyak mengantarkan makanan untuk kami berbuka puasa. Sedangkan dari sini tidak memberikan apa-apa," Kekehku sambil menggaruk kepala yang sesungguhnya tidak gatal."Tidak usah di bahas, Jeng. Aku tidak merasa keberatan kok." Risma menepis angin menandakan bahwa ia tidak keberatan dan mengganggap hal ini sepele. "Apalagi, suamiku selalu mengatakan kalau sedekah di bulan suci ini pahalanya berlipat,"Aku hanya berdiri dengan menatap rantang seng d
SELINGKUH DENGAN TETANGGA 2( P0v Aline )_______________[ Terima kasih, Ayang ]Tertera pemberitahuan pesan terkirim di layar ponsel yang tidak lebar ini. Aku menggunakan ponsel jadul yang harus menekan tombol-tombol untuk mengetik. Dan ini lebih profesional jika digunakan untuk menghubungi Mas Romli. Lelaki yang telah menyimpan benihnya di rahimku dan kini sudah terlahir dengan berjenis kelamin laki-laki.Ya, aku dan Mas Romli telah diam-diam menjalin asmara yang sudah berjalan hampir satu tahun. Entah apa sebabnya, aku yang kurang perhatian dan selalu ditinggalkan Mas Haris kerja ke luar kota. juga Mas Romli yang sering di abaikan Risma, karena sibuk dengan pekerjaan dan usahanya di bidang fotocopy yang cukup ramai. Membuat kami sepakat untuk memberikan kehangatan satu sama lain. Di tambah lagi, Mas Romli selalu mengatakan jika Risma tak mau punya anak. Konon, menunggu perusahaan yang diimpikannya terwujud. Yakni,
________ "Apa yang kamu katakan itu benar, Sayang?" Mas Haris mengelus rambut Mikhaila yang pastinya lembut itu. "Bundamu telponan?""Iya, Ayah." Jawab Mikhaila cepat."Mungkin kamu salah dengar, Sayang! Bunda memang tidak tidur. Tapi, bunda itu sibuk memomong adikmu yang rewel terus," Aku segera menyela, membuat anak sulungku menoleh dan memiringkan kepalanya."Kok bunda senyum-senyum?""Ya, biar Syahdan anteng, sayang." Belaku sambil segera menekan hidung mancungnya. "Khaila juga masih bayi seperti itu. Khaila tidak ingat, Ya?"Nampak wajah putri sulungku yang memang darah daging Mas Haris, berubah pias. Rupanya ia kalah telak. Heran, anak bau kencur sudah ikut campur urusan orang tua."Bundamu benar, Sayang. Mungkin karena semalam Khaila mimpi!"Penuturan Mas Haris membuat aku bisa menarik napas sebab merasa lega, ternyata Mas Haris tidak percaya dengan oc
"Nenek, Mikhaila mau bakso ikan!""Bukankah cucu nenek sudah makan cilok_""Mikhaila kasihan sama abang-abang penjualnya. Dari tadi teriak-teriak tapi tidak ada yang beli!" Rengeknya sambil menengadah.Huft! Kira ada apa, ternyata cuma mau beli dagangan laki-laki tua yang selalu mangkal disana. Mikhaila memang memiliki kebiasaan unik, yang mungkin turun dari ayahnya_Mas Haris. Terlalu berlebihan mengasihi orang, kadang-kadang ia memborong dagangannya tapi tidak di makan. Tapi, tidak apa-apa. Aku tidak susah cari uang sebab mengalir dari dua tempat. Suamiku dan dari selingkuhanku."Ya, sudah! Cucu nenek yang cantik, langsung pesan sama abang-abangnya ya, nenek ambil uang dulu!" Ibu mengusap pucuk kepala putriku, kemudian mendaratkan kecupan singkat di keningnya.Ah, kentara sekali dia pilih kasih pada kedua cucunya. Padahal Mikhaila dan Syahdan terlahir dari rahim yang sama meksipun dari benih yang berbed