Beranda / Romansa / SELIR HATI / Bab 123 - Mantan yang Tak Pernah Pergi

Share

Bab 123 - Mantan yang Tak Pernah Pergi

Penulis: lucyta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-21 19:14:15

Istana pagi itu tidak terasa seperti biasanya. Bukan hanya karena jadwal padat, tapi karena semua orang merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Sejak pertemuan terakhir, Aruna tampak membawa aura yang berbeda, sensitif, dan mudah menyalahkan. Gita, yang berada di garis tembak, harus siap menahan diri setiap kali Aruna muncul di ruangan.

Ruang rapat sudah penuh. Gita duduk di salah satu kursi samping, merapikan berkas-berkas yang ia kerjakan hingga larut malam. Aruna berdiri di depan, bersedekap, seolah siap melakukan evaluasi besar-besaran.

“Selir Gita!” ucap Aruna tanpa basa-basi, “laporan protokol yang kamu susun tadi malam tidak sesuai urutan. Kamu pikir ini warung makan? Ini istana.”

Beberapa orang terkejut tapi diam. Ucapan itu jelas sengaja untuk mempermalukan.

Gita menahan napas. “Saya ikuti format sesuai contoh yang diberikan.”

“Contoh yang mana?” Aruna mengangkat alis. “Atau kamu hanya mengira-ngira saja?”

“Berkas dari bagian keamanan, Aruna.”

Aruna tertawa.

“Haha, Selir Gita
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • SELIR HATI   Bab 185 - Desak

    Ibu Sagara menyandarkan punggung ke kursi, jarinya mengetuk-ngetuk kayu dengan ritme pelan tapi membuat jantung berdebar. Tatapannya tak lepas dari Dian, seperti sedang menunggu celah sekecil apa pun untuk menerkam.“Kamu belum jawab pertanyaanku,” katanya akhirnya. “Utusan siapa kamu sebenarnya?”Dian tidak langsung menjawab. Ia melepas tas kecilnya, meletakkannya di lantai, lalu duduk berhadapan tanpa menunduk sedikit pun.“Kalau saya bilang saya datang atas kemauan sendiri?” ujarnya tenang.Ibu Sagara tersenyum sinis. “Hah... aku bukan anak kecil yang mudah dikelabui. Tidak ada orang datang sejauh ini tanpa tujuan.”“Ada,” sahut Dian. “Kalau yang dibawa itu dendam.”Kata itu membuat wajah Ibu Sagara menegang.“Kamu tidak punya hak bicara soal dendam!” katanya. “Yang kehilangan anak itu aku. Yang kehilangan cucu itu aku.”Dian mengangguk pelan. “Dan yang membuat semuanya terjadi bukan saya. Bukan istana.”“Lalu siapa?” suara Ibu Sagara meninggi.“Dias,” jawab Dian tanpa ragu. “Dan i

  • SELIR HATI   Bab 184 - Keraguan

    “Kamu datang jauh-jauh ke sini sebenarnya untuk apa,” katanya akhirnya, suaranya serak tapi tegas, “dan bilang dirimu mantan Sagara. Perempuan-perempuan seperti itu banyak.”Dian tidak tersinggung. Ia sudah memperkirakan sambutan seperti ini.“Kalau saya perempuan sembarangan,” jawabnya pelan, “saya tidak akan berdiri di sini sekarang.”Ibu Sagara mendengus kecil. “Semua orang bisa bicara.”Dian mendekat dua langkah. “Tapi tidak semua orang tahu bahwa Sagara selalu membenci hujan sore karena ibunya dulu sering memaksanya pulang saat hujan turun. Tidak semua orang tahu dia menyimpan uang di bawah kasur, bukan di lemari. Dan tidak semua orang tahu, dia ingin menikahi saya sebelum Dias hamil.”"Apa kau bilang? Anakku hamili Dias?" tanya Ibu Sagara. "Itu tidak benar.""Tidak benar atau tidak ingin diketahui publik?" desak Dian.Ibu Sagara mulai penasaran. "Kamu itu sebenarnya siapa?" Kursi itu berderit pelan saat Ibu Sagara bergeser. Tatapannya berubah, bukan percaya, tapi tidak lagi mer

  • SELIR HATI   Bab 183 - Dian Menemui Ibu Sagara

    Rumah itu lebih kecil dari yang dibayangkan Dian. Dindingnya kusam, pagar besinya berdecit saat didorong. Bau minyak menyambutnya begitu ia melangkah masuk.Seorang perempuan paruh baya muncul dari balik pintu. Rambutnya disanggul asal, matanya tajam, menilai dari ujung kepala sampai kaki.“Ada wanita disini..Kamu siapa?” tanyanya tanpa basa-basi.Dian menegakkan punggung. “Permisi, Bu. Saya Dian.”Tidak ada reaksi.“Saya… mantan kekasih Sagara.”Kalimat itu membuat tangan perempuan itu berhenti di gagang pintu. Ia menatap Dian lebih lama, kali ini bukan sekadar curiga, melainkan menghitung.“Mantannya Sagara?” ulangnya pelan. “Sagara nggak pernah cerita punya mantan.”“Karena dia pergi begitu saja,” jawab Dian tenang. “Tanpa penjelasan.”Ibu Sagara mendengus. “Kok aneh. Selama hidupnya, yang dia sebut cuma Dias. Dari muda sampai mati.”Dian tersenyum, nyaris iba. “Itu karena Dias selalu menangis di depannya. Perempuan seperti itu memang pandai membuat pria merasa bertanggung jawab.”

  • SELIR HATI   Bab 182 - David Membela Dias

    Dian berdiri di balik pilar koridor sejak beberapa menit lalu. Awalnya ia ragu untuk mendekat, tapi suara-suara yang meninggi membuat kakinya berhenti melangkah. Ia tak berniat menguping, namun kalimat demi kalimat yang terdengar membuat dadanya mengencang.“Aku juga tidak percaya Gita melakukan itu," sahut Dian.Suara Raja Ayah terdengar lelah, tapi tegas.“Ayah,” sahut Dias cepat, nada suaranya meninggi, “Ayah terlalu mudah dibutakan. Sejak kapan Ayah lebih membela selir yang bahkan tidak tahu diri dengan posisinya?”Ibu Dias menimpali tanpa ragu, “Benar, Raja Ayah. Anak saya ini istri sah, tapi diperlakukan seolah tak berarti. Apa Ayah tidak sayang lagi pada keluarga sendiri?”Wajah Raja Ayah memerah. “Jaga ucapan kalian. Gita merawatku saat aku sakit. Itu bukan hal kecil.”David melirik Gita sekilas, lalu kembali menatap Dias. “Tapi tetap saja, Ayah… itu seharusnya tugas Dias. Kenapa Gita melakukannya tanpa izin?”Kalimat itu jatuh seperti palu.Gita menelan ludah. Tangannya dingi

  • SELIR HATI   Bab 181 - Gita Tertuduh

    Begitu mobil berhenti di halaman istana, Gita tak langsung turun. Matanya masih merah, dadanya terasa kosong. David menunggu beberapa detik, lalu membuka pintu untuknya.“Kita masuk,” ucapnya pelan.Langkah Gita terasa berat, seolah setiap pijakan mengingatkan pada kata-kata yang baru saja menghantamnya. Belum sempat mereka melewati pintu utama, Dias sudah berdiri di sana, terlihat rapi, tenang, dengan senyum yang terlalu manis untuk situasi seperti ini. Di sampingnya, ibunya ikut menyunggingkan ekspresi puas yang tak berusaha disembunyikan.“Oh, kalian sudah kembali,” Dias bersuara ringan, matanya langsung tertuju pada wajah Gita yang basah air mata. “Gita, kamu kenapa? Apa yang terjadi? Kok pulang-pulang nangis?”Ibunya ikut mendekat. “Jangan-jangan kebohongannya kebongkar, ya?”Gita hanya menunduk. Tangannya mengepal. Ia ingin bicara, ingin membela diri, tapi suaranya seperti tertahan di tenggorokan.Dias menoleh pada David dan Ratu Ibu. “Yang Mulia, Sayang... aku sudah dengar. Git

  • SELIR HATI   Bab 180 - Menemui Saksi

    Langit mulai mendung ketika mereka bertiga melangkah keluar dari istana. Gita yang sejak tadi dadanya terasa sesak. Ia berjalan di antara David dan Ratu Ibu, langkahnya ragu, dan pikirannya tak henti bertanya-tanya apakah keputusan ini benar.“Gita, kau yakin orang itu mau bicara?” tanya David akhirnya, suaranya lebih pelan dari biasanya.Gita mengangguk, meski sebenarnya hatinya tak setenang itu. “Terakhir kami bertemu... dia ketakutan. Tapi dia bilang lelah terus dipalak, Baginda.”Ratu Ibu menatap lurus ke depan. “Kalau dia masih punya nurani, dia akan jujur.”Di depan gerbang kecil rumah sederhana itu, Gita berhenti. Tangannya gemetar saat mengetuk pintu. Butuh beberapa detik sebelum pintu terbuka, memperlihatkan wajah seorang perempuan yang langsung pucat begitu melihat siapa saja yang berdiri di hadapannya.“Permisi, Bu,” Gita membuka suara, lega sekaligus cemas. “Kami hanya ingin bicara sebentar.”Perempuan itu menelan ludah. Pandangannya menyapu David dan Ratu Ibu, lalu kembal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status