Beranda / Romansa / SELIR HATI / Bab 134 - Pergerakan

Share

Bab 134 - Pergerakan

Penulis: lucyta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-27 20:34:17

Lorong istana terasa lebih dingin dari biasanya. Para penjaga mondar-mandir dengan lampu yang bergetar, dan setiap suara kecil langsung membuat semua orang menoleh.

David menuntun Dias menuju aula tengah yang lebih terang. Tangan Dias masih gemetar, tapi ia berusaha menyembunyikannya.

Di belakang mereka, Aruna mengikuti dengan langkah lambat, seperti tidak punya niat membantu tetapi ingin melihat semua drama dari jarak aman.

Namun tak seorang pun menyadari satu hal: seseorang berjalan mengikuti mereka, begitu dekat, namun nyaris tanpa suara.

Sagara.

Jejak langkahnya pelan, nyaris menyatu dengan lantai. Ia bergerak cepat setiap kali penjaga berpaling, lalu berhenti kaku seperti patung saat ada yang menoleh.

Mata Sagara tak beralih dari Dias. Sejak pertama kali memandangnya malam itu, murka lamanya bangkit kembali, murka yang bercampur rindu yang tak pernah tuntas.

Begitu David, Dias, dan Aruna tiba di aula tengah, lampu-lampu tambahan dinyalakan. Aula itu luas dan aman, dijaga empat pe
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • SELIR HATI   Bab 190 - Tragedi di Rumah Sagara

    Ibu Sagara kembali berdiri di hadapan Ratu Ibu dengan wajah yang jauh dari sikap menantang sebelumnya. Kali ini ketakutan tak lagi bisa ia sembunyikan. Tangannya gemetar, suaranya pecah.“Aku sudah tidak aman, Ratu Ibu,” katanya lirih. “Ibunya Dias benar-benar mengancamku. Dia bilang aku akan dihabisi kalau berani datang ke istana lagi.”Ratu Ibu menatapnya lama, tanpa empati. “Lalu?”“Aku butuh sebuah rumah. Tempat yang aman. Jauh dari mereka berdua,” desak Ibu Sagara. “Yang Mulia mampu melakukannya.”Ratu Ibu menyandarkan punggung. “Kamu salah alamat, Ibu Sagara. Aku tidak bisa membelikan atas sesuatu yang bukan salahku.”Wajah Ibu Sagara menegang. “Aku bisa bicara. Aku tahu banyak.”“Justru itu,” balas Ratu Ibu. “Kalau kamu ingin perlindungan, katakan sekarang. Apa yang sebenarnya disembunyikan Dias? Hubungan dia dengan Sagara. Semuanya.”Ibu Sagara terdiam. Matanya bergerak gelisah. “Yang menghabisi Sagara bukan istana.”Ratu Ibu menyipitkan mata.“Yang seharusnya disalahkan itu D

  • SELIR HATI   Bab 189 - Ibu Sagara Minta Jaminan

    Malam makin larut ketika Dias gelisah di dalam kamar. Jam dinding sudah lewat tengah malam, tapi ibunya belum juga kembali. Biasanya, seberat apa pun hari berlalu, perempuan itu tak pernah pulang selarut ini tanpa kabar.Dias mondar-mandir, dadanya terasa sempit.“Ibu ke mana ya?” gumamnya.Ia baru duduk di tepi ranjang ketika suara pintu depan terdengar. Langkah kaki tergesa, disusul suara kain diseret. Dias segera keluar kamar.Ibunya terkejut begitu melihat Dias berdiri di ruang tengah.“Dias, kamu belum tidur?”“Ibu darimana saja?” tanya Dias tanpa basa-basi.Ibunya terdiam sesaat. Wajahnya masih tegang, napasnya belum sepenuhnya tenang. “Ada urusan luar.”“Urusan apa sampai pulang tengah malam begini?” suara Dias meninggi. “Ini bukan kebiasaan Ibu.”Ibunya menghela napas. “Huhh... aku menemui Ibu Sagara.”Jantung Dias seolah berhenti berdetak. “Apa? Ibu menemui Ibunya Sagara?”“Ya. Perempuan itu kurang ajar!” kata ibunya penuh amarah. “Berani-beraninya dia mengancam balik aku. Mi

  • SELIR HATI   Bab 188 - Ibu Dias dan Ibu Sagara

    Kecurigaan itu tidak datang tiba-tiba pada David. Ia tumbuh perlahan, dari potongan-potongan kecil yang tak lagi bisa ia abaikan. Tatapan Dias yang terlalu waspada, caranya menghindar setiap kali nama Ibu Sagara disebut, dan kegelisahan yang tak mampu ia sembunyikan meski berusaha tampak tenang.Malam itu, David akhirnya memilih bertanya langsung.“Kita perlu bicara, Dias,” katanya singkat, menghentikan langkah Dias di lorong kamar.Dias menoleh. “Sayang, kamu kenapa serius begitu? Tentang apa?”David menatapnya lama, terlalu lama untuk sebuah pertanyaan biasa. “Tentang Ibu Sagara.”Wajah Dias seketika memucat. “Kenapa dengan dia?”“Kamu tahu persis kenapa.” Nada David merendah, tapi tekanannya justru terasa. “Untuk apa dia datang ke istana? Untuk apa dia menemui ibumu?”Dias terkesiap kecil. “Sayang, aku... aku tidak tahu.”“Kamu yakin tidak tahu?” David melangkah mendekat. “Dias, tidak mungkin seseorang datang sejauh itu, menemui ibumu, lalu diam-diam masuk ke istana kalau tidak ada

  • SELIR HATI   Bab 187 - Kecemasan Dias

    Dian mendatangi Ratu Ibu tanpa banyak pengantar. Wajahnya terlihat serius, tidak seperti biasanya yang tenang. Begitu pintu ruang dalam tertutup, Dian langsung bicara.“Ratu Ibu, kenapa Ibu Sagara menemui Ratu Ibu tanpa sepengetahuan saya?” tanya Dian penasaran.Ratu Ibu mengangkat pandangannya perlahan. Tidak terkejut, seolah pertanyaan itu memang sudah ia tunggu. “Jadi kamu sudah tahu, Dian.”Dian mengangguk. “Benar, Ratu Ibu. Saya melihatnya keluar dari sayap barat. Itu bukan jalur tamu biasa.”Ratu Ibu menarik napas panjang sebelum menjawab. “Dia datang menemuiku membawa tawaran. Katanya, dia memiliki informasi penting tentang Dias dan ibunya. Tapi, dia meminta jaminan perlindungan dari istana.”Dian terdiam sesaat. “Apa? Meminta jaminan?”“Ya, jaminan. Keselamatan dirinya.” Nada Ratu Ibu cukup keras. “Dan sampai sekarang, dia belum mengatakan apa pun terkait Dias dan Ibunya.”Belum sempat Dian menanggapi, David masuk dengan langkah tergesa. Wajahnya tampak tegang.“Ibu,” katanya.

  • SELIR HATI   Bab 186 - Ibu Sagara ke Istana

    Tanpa sepengetahuan, Ibu Sagara mencoba ke istana. Kedatangan Ibu Sagara ke istana tidak tercatat secara resmi. Ia masuk lewat pintu samping, mengenakan kerudung gelap dan pakaian sederhana, seolah hanya tamu biasa yang ingin berteduh sebentar. Tapi langkahnya tidak ragu. Matanya tajam, wajahnya menyimpan sesuatu yang sudah lama ia bawa.Ia langsung meminta bertemu Dias.Dias yang sedang berada di ruang kecil dekat taman belakang sempat terdiam saat pelayan menyebut nama itu. Jantungnya berdegup lebih cepat.“Ibu Sagara?” suaranya nyaris berbisik.Belum sempat Dias menolak, pintu sudah terbuka. Ibu Sagara berdiri di ambang pintu, menatapnya tanpa senyum, tanpa basa-basi.Ibunya Dias ikut berdiri. Wajahnya langsung berubah.“Apa urusanmu datang ke sini?” tanyanya ketus, bahkan sebelum Ibu Sagara duduk.Ibu Sagara melangkah masuk, menutup pintu sendiri. “Aku datang bukan untuk bertanya kabar. Aku datang untuk menagih kalian.”Dias terkejut. Tangannya gemetar di sisi gaun.“Menagih apa?”

  • SELIR HATI   Bab 185 - Desak

    Ibu Sagara menyandarkan punggung ke kursi, jarinya mengetuk-ngetuk kayu dengan ritme pelan tapi membuat jantung berdebar. Tatapannya tak lepas dari Dian, seperti sedang menunggu celah sekecil apa pun untuk menerkam.“Kamu belum jawab pertanyaanku,” katanya akhirnya. “Utusan siapa kamu sebenarnya?”Dian tidak langsung menjawab. Ia melepas tas kecilnya, meletakkannya di lantai, lalu duduk berhadapan tanpa menunduk sedikit pun.“Kalau saya bilang saya datang atas kemauan sendiri?” ujarnya tenang.Ibu Sagara tersenyum sinis. “Hah... aku bukan anak kecil yang mudah dikelabui. Tidak ada orang datang sejauh ini tanpa tujuan.”“Ada,” sahut Dian. “Kalau yang dibawa itu dendam.”Kata itu membuat wajah Ibu Sagara menegang.“Kamu tidak punya hak bicara soal dendam!” katanya. “Yang kehilangan anak itu aku. Yang kehilangan cucu itu aku.”Dian mengangguk pelan. “Dan yang membuat semuanya terjadi bukan saya. Bukan istana.”“Lalu siapa?” suara Ibu Sagara meninggi.“Dias,” jawab Dian tanpa ragu. “Dan i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status