Share

BAB 49

Penulis: Ede Thaurus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 23:03:20
Sadar ini adalah kesalahan yang tidak seharusnya aku lakukan, aku langsung melepas bibirku dan mundur selangkah.

"Maafkan aku. Hanya saja, aku terlalu bahagia melihatmu baik-baik saja. Maafkan aku, ini bukan berarti aku mencintaimu. Tadi itu hanya dorongan impulsif dari perasaan putus asa yang tiba-tiba mendapatkan harapan, jadi aku-"

Dante mendekatiku dan menarik pinggangku hingga wajah kami begitu dekat.

Perlahan dia memperpendek jarak diantara kami. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, hanya bisa merasakan hangat napasnya dan aroma segar yang membuat jantungku terasa melompat keluar. Mataku tertutup sendiri tanpa kuperintahkan ketika bibir Dante menyentuh bibirku.

Bukan, ini bukan sekedar menyentuh, atau menempelkan bibir seperti yang kulakukan tadi.

Tubuhku membeku ketika bibirnya yang lembut, hangat dan manis itu bertemu dengan bibirku. Ini adalah perasaan yang tidak mungkin bisa kuceritakan kepada siapapun bahkan kepada sahabatku. Sekarang aku tahu apa yang dikatakan orang-orang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 113

    "Selamat pagi, Nona Ruby. Silakan duduk di depan, masih ada kursi kosong di sini," panggil Dante dari depan, begitu aku dan Dora memasuki ruang kelas Dante yang adalah aula.Semua orang langsung menoleh ke arah kami dengan tatapan terganggu.'Sial!' batinku kesal. Sepertinya pria ini tidak akan pernah membiarkan aku hidup tenang.Aku berjalan sambil menunduk, untuk menghindari bertemu mata orang lain.Setelah aku duduk di kursi kosong paling depan, aku langsung duduk sambil menatap sepatuku. Lalu tersadar kalau Dora tidak ikut ke depan denganku. Benar-benar menyebalkan."Terima kasih sudah menghadiri kelas ini, Nona Ruby," ucap Dante dengan pengeras suara.Aku langsung melotot ke arahnya, memintanya berhenti mempermalukan aku.Para mahasiswa mulai ribut, terutama para mahasiswi. Aku bisa mendengar kata-kata mereka meskipun mereka berbisik-bisik."Siapa gadis itu?""Apa mereka punya hubungan?""Tidak mungkin mereka punya hubungan, dia pasti saudaranya!""Ah, aku juga ingin dipanggil ol

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 112

    Dante meneruskan sentuhannya, lalu perlahan dia merebahkan tubuhnya di atasku. Kami saling menatap dengan napas yang tidak teratur dan tubuh gemetar, tanpa kata hanya mata yang mencerminkan perasaan yang sama. Akhirnya inilah orang pertama yang menyatukan tubuhnya denganku.Dante perlahan memasuki tubuhku, tidak sempurna karena dia pun tidak benar-benar tahu apa yang harus dia lakukan. Sementara tubuhku menegang, menahan rasa perih yang tiba-tiba menusuk."Sakit?" tanya Dante langsung berhenti."Aku bisa menahannya," jawabku cepat tidak ingin Dante berhenti lalu kecewa."Apa kau mau kita berhenti dulu?" "Jangan, kau sudah-""Jangan pikirkan aku. Kalau kau tidak nyaman, kita bisa berhenti," ucap Dante berusaha melepaskan diri, tapi aku langsung memeluk dan menahannya."Aku menginginkannya. Jangan berhenti! Aku yakin nanti juga rasa sakitnya akan hilang," paksaku mencegah dia berhenti."Kalau begitu aku akan melakukannya perlahan."Aku mengangguk.Dante mencium dahiku dan bibirku denga

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 111

    'Kami adalah suami istri yang sah di mata hukum. Jadi, tidak apa-apa kalau dia melihatku,' batinku mencoba menahan getaran yang terus muncul di dadaku.Dante membuka bajuku perlahan dengan wajah yang tampak tegang. Apa dia juga merasakan ketakutan yang kurasakan?Semua kancing piyama ku sudah terbuka. Dante mengeluarkan tanganku dan akhirnya atasan piyama itu jatuh ke lantai. Lalu perlahan dia menurunkan bagian bawah piyamaku hingga mengekspos hampir seluruh kulitku. Hanya bagian-bagian privat saja yang masih tertutup.Dante tertegun menatap tubuhku, secara refleks aku langsung menutupi tubuh bagian depanku. Aku takut dia menilai tubuhku dan mendapatinya tidak menarik."Kenapa?" tanyanya lembut."Aku malu," jawabku tanpa menatap Dante."Kenapa malu? Tubuhmu sangat indah," jawabnya sambil menurunkan tanganku perlahan.Aku menurutinya.Tiba-tiba Dante membopong tubuhku, lalu menurunkanku di bawah pancuran."Bolehkah aku membuka semuanya?" tanyanya dengan suara bergetar, aku mengangguk.

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 110

    "Kakek!" teriak Pedro begitu suara senjata yang memekakkan telinga berbunyi.Aku segera memeriksa dadaku, mencari bagian tubuh mana yang terkena tembakan kakek.Tidak ada! Kenapa tidak ada apa-apa di tubuhku, bahkan darah setetespun tidak ada.Aku langsung mengangkat kepalaku dan melihat kakek yang sedang rebah di pangkuan Pedro dengan kepala bersimbah darah.Apa yang terjadi? Apa dia menembak dirinya sendiri? Tiba-tiba sekelompok orang dengan pakaian seperti tentara dan senjata di tangan menyerbu tempat itu. Para anak buah kakek terlihat kaget tapi pasrah, dengan keadaan kakek yang seperti itu, sepertinya mereka tidak berani melawan."Ruby!" teriak Dante yang langsung memelukku dengan erat."Dante apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa menemukanku disini?" tanyaku dengan nada tidak percaya."Aku akan menjelaskannya nanti. Apa kau baik-baik saja?" jawab Dante khawatir.Aku mengangguk pelan, lalu tiba-tiba semuanya menjadi gelap.***Aku membuka mataku perlahan dan suara Dante langsung m

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 109

    "Sial! Cepat mundur!" teriak Dora panik.Kami bertiga langsung menengok ke belakang. Tapi tiba-tiba beberapa mobil keluar dari balik pepohonan, dan menutup jalan. Kami bertiga semakin ketakutan."Telepon polisi!" perintah Dora sambil memukul Rahul."Tapi semua telepon kita sudah aku singkirkan!" jawab Rahul ikut panik.Aku menghela napas dalam."Sudah! Tenanglah! Aku akan keluar. Kalian tetaplah disini dan kunci pintunya," perintahku mencoba tenang, meski jantungku berdetak sangat kencang."Tapi-"Aku segera keluar dari mobil sebelum Rahul selesai bicara.Aku berjalan perlahan ke arah kakek, yang menatapku tanpa reaksi apapun. "Apa kau pikir kau bisa melarikan dariku? Benar-benar bodoh!" maki kakek sambil menatapku berjalan mendekatinya."Untuk apa anda menangkap saya?" tanyaku dengan suara bergetar."Bukan urusanmu!" bentaknya sambil memukulkan tongkatnya ke aspal."Apa anda ingin menghancurkan keluarga Randall melalui saya? Apa anda pikir bisa membuat keturunan Randall habis dengan

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 108

    Dante dan Charles mengangguk bersamaan lalu berkata."Pedro.""Pe ... Pedro? Dia anak kakek?""Bukan, dia adalah keponakan kandungnya. Ayah Pedro adalah sepupu sekaligus satu-satunya keluarga pria tua itu," jawab Charles cepat."Tapi ... orangtua angkatku mengatakan kalau Pedro lah yang menolongku selama ini. Kau juga mendengarnya," ucapku kepada Dante."Itu semua kebohongan. Mereka sudah merencanakan semuanya, termasuk membunuh kedua orangtuamu. Aku sudah tahu siapa kau sebenarnya sejak awal, karena itulah aku sengaja datang dan menikahimu. Karena mereka memang sudah merencanakan untuk menjual dan menghancurkan masa depanmu.""Berarti selama ini ... kau juga berbohong kepadaku?" tanyaku putus asa dengan suara pelan.Dante tampak panik mendengar pertanyaanku."Aku memang berbohong, tapi itu semua demi kebaikanmu. Aku-""Bagaimana aku bisa tahu kalau kalian ada di pihak yang benar? Jangan-jangan kalian lah penjahatnya dan sengaja menipuku!" potongku dengan suara keras sambil berdiri.A

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status