Seminggu kemudian.
Di sebuah jalan yang terletak di pinggiran sungai Marco, sungai terbesar di kota Noxus.“Tinggal sepuluh kali lagi,” ucap Edward sambil melakukan squat jump. Pemuda itu tampak lebih bersemangat ketika menjalankan misi harian hari ini.Pasalnya, Edward akan memperoleh 10 point setiap kali menyelesaikan misi harian. Point itu guna menambah status pada tubuhnya. Selain itu, ada juga hadiah Experience untuk menaikan levelnya.Secara konsep, Sistem Harem ini sudah seperti sistem pada game MMORPG, yang di mana karakter akan tumbuh semakin kuat setiap kali naik level dan mendapatkan point.Karena itu, Edward menjadi semakin giat menjalankan misi harian. Misi yang awalnya terasa sangat berat, perlahan berubah menjadi misi yang terasa sangat menyenangkan karena sudah terbiasa.“…. Sembilan puluh enam … Sembilan puluh tujuh … Sembilan puluh delapan … Sembilan puluh sembilan … Seratus. Huh, akhirnya selesai juga,” ucap Edward sambil membuang nafas, meregangkan tubuhnya kemudian untuk melakukan pendinginan.“Baiklah, waktunya melihat perubahan statusku. Seharusnya sudah bisa naik level sekarang,” gumam Edward, mencari kursi untuk duduk.Dia lalu mengeluarkan ponsel setelah mendaratlan pantatnya dengan nyaman di sebuah kursi besi berukuran lumayan panjang.“Selamat! Master sudah level tiga sekarang! Berikut adalah hadiah yang akan diterima Master,” ucap Irene begitu Edward membuka Sistem Harem pada ponselnya.“Master mendapatkan sepuluh point dari hadiah misi harian. Pil biru dan buku One Punch dari hadiah naik level. Apakah Master ingin mendistribusikan point seperti biasanya? Juga, apakah Master ingin menggunakan hadiahnya sekarang?” Lanjut Irene sekaligus meminta pendapat Edward.“Hmm ….” Edward berpikir sejenak, merasa ada yang aneh dari hadiah kenaikan level tersebut, terutama buku One Punch itu.“Irene, kenapa aku mendapatkan buku? Apa gunanya?” Tanya Edward.Irene segera memperlihatkan isi buku itu, lalu menjelaskan. “Buku One Punch akan sangat berguna dalam sebuah pertarungan, karena Master bisa mengalahkan semua musuh hanya dengan satu pukulan saja. Tidak peduli seberapa kuat musuh itu, dia pasti akan langsung kalah begitu Master berhasil memukulnya. Hanya saja kemampuan ini memiliki jeda waktu satu menit. Jadi, Master harus lebih bijak ketika akan menggunakannya.”Edward mengangguk berulang kali sebagai tanda mengerti. Tak mengira akan mendapatkan kemampuan bertarung lumayan hebat dari Sistem Harem itu.Wajah Tomy pun seketika terbayang di dalam benaknya, dan entah kenapa ia sangat ingin sekali memukul wajahnya saat ini.“Gunakan buku One Punch itu, Irene. Biar aku bisa berjaga-jaga dari ancaman musuh,” ujar Edward.“Baik, Master.” Tanggap Irene, menerapkan kemampuan One Punch pada tubuh Edward.“Sudah selesai, Master. Sekarang Master bisa menggunakan jurus One Punch,” lapor Irene.“Terima kasih, aku akan menggunakan jurus ini sebijak mungkin. Sekarang, bantu aku mendistribusikan point seperti biasanya,” balas Edward, membuka menu Status pada Sistem Harem.Omong-omong ada lima status yang bisa ditingkatkan Edward untuk menunjang pertubuhannya. Yaitu Strengh, Agility, Intelligence, Luck dan Charm.Strengh berguna untuk menambah stamina, kekuatan pertahan dan serangan.Agility beruguna untuk menambah kecepatan gerak, kelicahan dan hindaran.Intelligence berguna untuk menambah kepintaran, dan memperkuat fungsi otak.Luck berguna untuk meningkatkan keberuntungan dalam sebuah taruhan.Sedangkan Charm berguna untuk meningkatkan kharisma dan pesona.Biasanya Edward akan memperoleh sepuluh point setelah menyelesaikan misi harian. Dan sepuluh point itu akan didistribusikan secara merata pada setiap status.Edward ingin semua statusnya sama rata agar keseimbangan pada tubuhnya tetap terjaga dan stabil.“Semua point sudah didistribusikan, berikut laporan dari status Master sekarang,” lapor Irene, menampilkan status Edward.“Huh, ternyata baru sampai angka puluhan, masih jauh sekali dari harapanku. Apa lagi Bar Experience bertambah menjadi dua kali lipat. Akan lama naik level jika aku hanya mengandalkan misi harian,” ujar Edward, menghembuskan nafas kecewa.“Jangan khawatir, Master. Misi tambahan dan misi utama akan tersedia mulai besok. Master bisa mendapatkan Experience lebih banyak setelah menyelesaikan misi-misi itu,” sahut Irene.Edward hanya mengangguk kecil, dan tidak mempermasalahkannya lagi. Namun, situasinya akan menjadi lebih berat karena ia harus fokus menjalankan misi Sistem Harem dari pada kuliah.Dan sudah seminggu ini Edward bolos kuliah dengan alasan sakit. Tugas-tugas kuliahnya pun diabaikan demi fokus menjalankan misi harian.“Sisa hadiah terakhir, apakah Master ingin menggunakannya juga?” Tanya Irene.“Apa kamu sedang mengejekku? Tidak gunanya aku menggunakan pil itu jika tidak ada pasangan. Kamu ini bikin aku kesal saja,” ketus Edward, mau tak mau membayangkan tubuh Lena.Jika saja ada gadis itu di sini, mungkin dia layak untuk menjadi bahan percobaan dari kekuatan pil biru. Lagi pula, dia sudah menunjukan sifat aslinya, sehingga Edward tidak perlu merasa sungkan lagi ketika ingin menjamah tubuhnya.“Maaf, Master. Saya hanya ingin bertanya saja, siapa tahu Master punya niatan pergi ke rumah bordil untuk menguji coba kekuatan pil biru,” ujar Irene, memasang wajah bersalah.“Bodoh! Aku bukan tipe pria seperti itu,” balas Edward masih ketus.“Cepat simpan pil itu, lalu belikan aku dua mie cup dan air mineral. Aku mau makan di sini,” titahnya kemudian.“Siap, Master!” Tanggap Irene, mengeksekusi perintah Edward dengan penuh semangat.Tak lama berselang, muncul dua mie cup dan air mineral secara ajaib. Benda-benda itu keluar dari udara begitu saja dan langsung tersaji dalam keadaan siap makan.Edward awalnya terkejut dengan hal ajaib semacam itu, tapi sekarang sudah terbiasa dan tidak terlalu memperdulikannya.“Selamat makan,” ucap Edward seraya menggerakan garpu plastik ke dalam mie cup. Ia menyantapnya dengan begitu lahap.Sluuurp!Sluuurp!Sluuurp!Dan tak butuh waktu lama bagi Edward untuk menghabiskan satu porsi mie itu. Selain karena rasanya sangat enak, ada juga efek khusus setelah memakannya.“Woaaah! Kekuatanku bertambah lagi! Rasanya seperti aku bisa berlari lebih dari sepuluh kilometer sekarang!” Seru Edward sebelum lanjut menyantap mie kedua.Namun, dia tidak bisa langsung menyantapnya, karena suara seseorang tiba-tiba terdengar dari arah belakang.“Nak … Bolehkah aku memakan mie itu? Perutku sudah sangat lapar,” pinta orang di belakang Edward.Edward spontan menoleh ke arah suara, ternyata suara itu berasal dari seorang kakek-kakek. Dia pun bergegas menghampirinya, lalu mengajaknya duduk bersama di kursi besi itu.“Boleh, Kek. Silakan kakek makan saja. Aku kebetulan sudah kenyang,” ujar Edward, membukakan penutup mie cup untuk kakek itu.“Terima kasih, kau baik sekali.” Si Kakek tersenyum ramah kepada Edward, kemudian menyantap mie itu sangat lahap.“Apa-apaan mie instan ini? Kenapa rasanya enak sekali?” Dia berujar ketika mulutnya masih dipenuhi Mie.“Pelan-pelan makannya, jangan sampai kakek tersedak,” ujar Edward, tak lupa memberikan air mineral untuk kakek itu.Gluk!Gluk!Gluk!Dia langsung meminumnya hingga habis setengah, sepertinya sudah sangat kelaparan dan kehausan.Edward diam-diam memperhatikan penampilan kakek itu dari ujung kepala hingga kaki. Dia memang terlihat seperti seorang gelandangan dari segi apa pun. Apa lagi ada banyak lubang pada pakaian yang dikenakannya.“Aku masih ada urusan, Kek. Aku tinggal duluan tak apa-apa, kan?” Tanya Edward, terpaksa pergi karena ada janji temu dengan Derick.“Tak apa kok, aku sudah terbiasa sendirian,” balas kakek itu tanpa menoleh Edward. Dia masih fokus menyantap mie cup.“Oke, aku pergi dulu kalau begitu,” pamit Edward beralu begitu saja meninggalkan kakek itu.Ternyata si kakek juga memperhatikan Edward secara diam-diam. Sebuah senyum cerah pun terbentang dari sudut mulutnya.“Sungguh pemuda yang sangat baik. Tak ‘kusangka masih ada sosok pemuda sebaik itu di zaman ini,” gumamnya sambil melihat punggung Edward hingga menghilang dari garis pandang.“Tapi, aku heran pada pemuda itu. Kenapa dia bisa memiliki makanan dan minuman yang bisa meningkatkan kekuatan tenaga dalam? Tubuhku seperti sudah diremajakan lagi setelah memakannya,” ujar kakek itu, menatap tajam pada bungkus mie cup dan air mineral. Tapi, dia tidak mengerti apa-apa karena tulisan yang tertera di sana tidak bisa dibaca sama sekali.Si kakek kemudian berdiri sambil memegang botol air mineral. Sementara pandangannya lurus menatap langit seakan sedang mengharapkan sesuatu.“Pemuda itu pasti memiliki benda yang bisa digunakan untuk membantuku menerobos ke tingkat lebih tinggi. Aku harus menemuinya lagi untuk mendapatkan benda sejenis itu. Tidak peduli seberapa mahal harganya, aku pasti akan membelinya.“Pokoknya, aku tidak boleh melewatkan kesempatan emas ini demi menunjukan wajah keluargaku di turnamen seni bela diri Timur nanti.”Si kakek bergumam dengan penuh keyakinan. Saat yang sama, sosoknya menghilang dalam sekejap layaknya hantu.…Edward menatap dengan cermat sosok pria yang baru saja bangkit dengan tenaga luar biasa. Meskipun dia mengaku telah sembuh berkat obat Edward, ekspresi wajah pria itu menunjukkan kekhawatiran mendalam. “Ayah, kamu benar-benar baik-baik saja?” tanya Aluna, penuh rasa syukur dan cemas bersamaan. “Tenang, Nak. Aku baik-baik saja sekarang,” jawab pria itu sambil mengamati tim medis yang sudah berusaha menolongnya. Edward merasa lega, tetapi rasa ingin tahunya semakin membara. Dia berusaha menyusun strategi untuk menghadapi ancaman di balik serangan bom tersebut. “Aluna, ayo kita bicara sebentar,” ajak Edward, menarik Aluna ke samping, jauh dari kerumunan. “Ada apa, Ed? Kenapa serangan ini bisa terjadi?” tanya Aluna dengan suara bergetar. Edward mencoba menganalisis situasi. “Ada kemungkinan bahwa serangan ini bukan hanya sekadar aksi teroris. Menurut informasi yang aku dapat, keluarga Everdeen mungkin sudah menjadi target lama. Ada beberapa kelompok yang bisa melakukan hal ini,
Edward merasa gelisah dan khawatir usai mendengar kabar buruk dari Aluna. Dia segera kembali ke meja Clara dengan wajah yang penuh kekhawatiran."Ada apa, Ed?" tanya Clara, tampak penasaran.Edward menjelaskan situasi yang sedang terjadi kepada Clara, tentang pengeboman di perusahaan ayah Aluna. Clara terkejut mendengarnya dan merasa prihatin dengan keadaan Aluna dan keluarganya."Kita harus segera pergi ke tempat Aluna. Dia butuh dukungan kita di saat-saat seperti ini," ujar Clara tegas.“Tidak, kamu tak perlu pergi kesana. Kamu masih punya masalah yang harus diselesaikan,” tukas Edward, diam-diam mengeluarkan sebotol air dari sistem harem.“Minumkan ini pada ibumu, lalu kabari aku reaksinya. Cukup satu gelas saja, jangan berlebihan,” jelasnya sambil memberikan botol air itu pada Clara.“Air mineral? Untuk apa air mineral, Ed?” Clara bingung sendiri, menatap air itu dan tidak mengerti.Edward tersenyum tipis, “Percayalah, air itu bisa mengatasi masalahmu. Aku yakin ibumu aka
Edward menatap Aluna dengan ekspresi serius, mengangguk pelan. "Dua triliun, ya? Baiklah, aku akan membantu kamu," ujarnya, mengambil ponsel Aluna dan mulai melakukan transfer.Aluna menatap Edward dengan mata berkaca-kaca, terharu dengan kesediaan Edward yang membantu keluarganya. "Terima kasih, Edward," ucapnya, suaranya bergetar.Edward hanya tersenyum, menepuk bahu Aluna dengan lembut. "Tidak perlu berterima kasih, Aluna. Kita adalah pasangan, dan pasangan harus selalu membantu satu sama lain," ujarnya, menenangkan Aluna.Setelah selesai transfer, Edward mengembalikan ponsel Aluna. "Ok, masalahnya beres. Aset keluarga Everdeen sudah aman sekarang," ujarnya, tersenyum tulus.Aluna menatap Edward dengan mata berbinar, penuh rasa terima kasih. "Kamu benar-benar menyelamatkan kami, Edward. Aku tidak tahu bagaimana cara membalas budi baikmu," ucapnya, suaranya penuh rasa haru.Edward hanya tersenyum, menggelengkan kepalanya. "Tak perlu membalas apa-apa, aku hanya melakukan apa yang seh
Edward termenung cukup lama usai membaca pesan Irene, benar-benar bingung dan tak tahu harus mengambil keputusan apa."Sarapannya sudah siap, Ed. Ayo kesini," teriak Aluna dari arah dapur, sontak membuyarkan lamunan Edward."Oke, sebentar ...." Edward menanggapi sambil mengenakan pakaiannya. Mencoba melupakan Helena sejenak dan berusaha fokus pada Aluna.Tak lama berselang, Edward tiba di ruang makan, tampak beragam makanan yang sudah tersaji di atas meja."Wah, kamu jago masak ternyata. Kelihatannya makananmu enak-enak," ujar Edward, memuji usaha Aluna.Wajah Aluna pun memerah, jelas senang dengan pujian Edward."Silakan dicoba, Ed. Semoga kamu tidak kecewa," ujarnya.Edward tersenyum kecil mendengarnya, "Kenapa aku harus kecewa? Aku pikir makananmu terasa lezat.", kemudian dia menyantap makanan itu. Mulai dari daging hingga sayur sop bening.Namun, yang paling menggugah selera Edward adalah sambal buatan Aluna. Siapa sangka, wanita secantik dia sangat pandai membuat sambal."Ini ena
Pagi berikutnya.Edward dan Aluna terbangung dalam keadaan telanjang, mereka tampak masih lelah usai melakukan persetubuhan panas tadi malam.Aluna sendiri sangat menikmati hal tabu tersebut meski sudah pernah merasakannya. Dia pikir Edward terlalu perkasa sehingga berhasil membuatnya melalang buana berulang kali. Ini juga merupakan pengalaman baru bagi wanita dewasa itu.Entah berapa kali Aluna mendapatkan pelepasan tadi malam, pastinya sangat sering sampai dia tak bisa menghitungnya pakai jari lagi.“Uh ... aku sepertinya akan kesulitan berjalan,” ujar Aluna masih dengan mata mengantuk.Dia lalu menyentuh ranah kewanitaannya, dan ternyata masih ada sisa-sisa cairan di sana.“Aduh, aku langsung tidur semalam, aku tak sempat membersihkannya. Kira-kira Edward benci wanita kurang teliti seperti aku tidak ya?” Aluna tampak cemas, jelas takut akan hal tersebut.“Mana mungkin aku membencimu, jusru aku menyukai wanita seperti kamu,” sahut Edward, langsung membawa Aluna ke dalam pelukannya.
“Edward, apa kamu baik-baik saja?” tegur Aluna kala Edward semakin larut dalam lamunannya.Edward tidak langsung menanggapi, hanya mentapa wajah cantik Aluna dengan sayu. Dia tiba-tiba ragu untuk menuntaskan misi utama sistem harem dengan wanita itu.Aluna seketika menyadari sesuatu dari ekspresi Edward, namun dia tidak ingin berhenti di sini setelah memantapkan hatinya untuk Edward. Dengan berani, dia pun mendekati Edward sambil melepas pakaiannya secara perlahan.“Ini mungkin bukan yang pertama bagiku, tapi aku percaya kemampuanku bisa mengilangkan semua keraguanmu. Aku harap kamu tidak keberatan, supaya kita bisa lanjut ke tahap yang lebih serius,” ujar Aluna, kini sudah telanjang bulat di depan Edward. Dia sangat berharap Edward akan langsung menyerangnya setelah disuguhkan pemandangan indah semacam itu.Glup!Edward menelan salivanya, bersamaan dengan naiknya gairah yang secara perlaan. Tidak mau jadi orang munafi, dia memang sudah terangsang oleh Aluna saat ini.“Tolong lihat ak